Dalam Surat An-Naazi’aat ayat 1-14, Allah Swt. menuturkan pengaturan alam semesta dan kedahsyatan Hari Kiamat. Pada ayat 15-33, Allah menceritakan “sinopsis” penciptaan alam semesta. Dalam Diskusi Tafsir Salman pada Senin pagi (29/11), terkuak pesan bahwa alam semesta ini ternyata belum selesai diciptakan. Pesan ini kelak dipahami lebih jelas berkat perkembangan sains dan teknologi.
“Sinopsis” kejadian alam semesta, uniknya, mulai dibahas dengan pertemuan Musa dan Fir’aun. Allah Swt. berfirman:
Hal ataaka hadiitsu muusaa, idz naadaahu rabbuhu bi l-waadi l-muqaddasi thuwaa, idzhab ilaa fir`auna innahuu thaghaa. Fa qul hal laka ilaa an tazakkaa, wa ahdiyaka ilaa rabbika fa takhsyaa. Fa araahu l-aayata l-kubraa
(ayat 15-20).
Terjemahan harfiahnya:
“Sampaikah kepadamu berita Musa, ketika menyerunya Tuhannya di lembah suci Thuwa, ‘Pergilah kepada Fir`aun, sesungguhnya dia melampaui’. Maka katakanlah, ‘Adakah padamu ingin membersihkan, dan kutunjuki engkau kepada Tuhanmu agar engkau takut’. Maka dia memperlihatkannya ayat yang besar”.
Fa kadzdzaba wa `ashaa, tsumma adbara yas`aa, fa hasyara fa naadaa, fa qaala ana rabbukumu l-a`laa. Fa akhadzahu l-laahu nakaala l-aakhirati wa l-uulaa. Inna fii dzaalika la `ibratan li man yakhsyaa
(ayat 21-26).
Terjemahan harfiahnya:
“Maka dia mendustakan dan membangkang, kemudian membelakangi sambil berusaha, maka dia mengumpulkan massa lalu berseru, seraya berkata, ‘Aku Penguasamu yang tinggi’. Maka Allah mengambilnya sebagai contoh azab akhirat dan dunia. Sesungguhnya pada hal itu benar-benar pelajaran bagi yang takut”.
Berdasarkan data egiptologi (ilmu tentang Mesir purba), fir`aun-fir`aun pada masa Nabi Musa a.s. berasal dari Dinasti XIX. Dinasti ini beribukota di Memphis. Nama Nabi Musa a.s. (Moses, Moshe) tidak ditemukan dalam catatan-catatan Mesir purba. Tetapi nama fir`aun yang memerintahkan pembunuhan bayi-bayi lelaki bangsa Ibrani adalah Sethi (memerintah 1320-1304 SM). “Putra Sethi, yaitu Ramses II (memerintah 1304-1237 SM), adalah fir’aun yang berhadapan dengan dakwah Nabi Musa a.s.,” jelas Irfan. Di masanya, bangsa Ibrani terbebas dari perbudakan bangsa Mesir.
Seakan ingin menghantam kepongahan Ramses II, Allah melanjutkan firmannya. A antum asyaddu khalqan ami s-samaa’, banaahaa (ayat 27). Terjemahan harfiahnya: “Apa kamu yang lebih hebat penciptaannya ataukah langit? Dia telah membinanya”.
Pada ayat 27 sampai 33 Allah Swt. memerinci proses penciptaan alam semesta (langit dan bumi). “Hal ini memperkuat bukti bahwa yang diwacanakan Allah pada awal surat ini (ayat 1-5) memang proses Big Bang,” tegas Irfan.
Tepat pada Waktu Nol (Time Zero), dengan perintah Allah “Kun” (“Jadilah”), terciptalah ruang dan waktu melalui Big Bang. Yang menarik, dalam Al-Qur’an Allah selalu memakai kalimat kun fa yakuun (‘jadilah’, maka dia menjadi). Kalimat ini berbentuk present tense atau fi`il mudhari`. Tidak pernah kita menjumpai kalimat kun fa kaana yang berbentuk past tense atau fi`il madhi. Irfan menegaskan, inilah bukti bahwa Allah menciptakan alam melalui proses evolusi atau tahap yang berkesinambungan.
Pada mulanya alam semesta berwujud energi. Lalu sebagian energi mengalami transformasi menjadi partikel-partikel mikro (dukhaan, dalam Surat Fushshilaat ayat 11). Proses ini sesuai dengan Hukum Einstein E = mc2. Pada gilirannya partikel-partikel mikro ini berdiferensiasi menjadi quark dan lepton. Quark membentuk nukleon (proton dan neutron). Bersama lepton bermuatan negatif (elektron), nukleon ini membangun berbagai jenis atom.
Sampai tahun 2010 dikenal 117 jenis atom. Semuanya merupakan turunan dari hidrogen dan helium. Sekarang, kira-kira 14 miliar tahun sesudah alam semesta mulai tercipta, komposisi alam semesta relatif tetap tidak berubah. Sekitar 92% alam semesta adalah atom-atom hidrogen, dan hampir 8% adalah atom-atom helium. Atom-atom lain (karbon, nitrogen, oksigen, logam-logam, dan sebagainya) hanya meliputi sekitar 0,1% dari seluruh atom di alam semesta.
Rafa`a samkahaa fa sawwahaa (ayat 28). Terjemahan harfiahnya: “Dia meninggikan batas-luarnya lalu menggubahnya”.
Sebagaimana telah dibahas dalam tafsiran ayat 3 dan 4, galaksi-galaksi beredar pada orbit masing-masing serta berlomba-lomba saling menjauhi. Jadi alam semesta ini berada dalam keadaan berekspansi (mengembang). Hal ini dipertegas oleh Allah dalam ayat 28 di atas: rafa`a samkahaa (“Dia meninggikan batas luarnya”). Lantaran galaksi-galaksi makin menjauh, langit menjadi makin tinggi.
Wa aghthasya lailahaa wa akhraja dhuhahaa (ayat 29). Terjemahan harfiahnya: “Dan Dia menggelapkan malamnya dan mengeluarkan terangnya”.
Menurut Irfan, ayat ini menjelaskan penciptaan tatasurya kita (solar system) sekitar 4,6 miliar tahun yang silam. Matahari dan planet-planet tatasurya terbentuk dari awan gas dan partikel debu puing-puing bintang purba. Awan gas dan puing-puing tersebut menjadi rapat akibat rotasi. Sebagian besar awan gas tersebut membentuk Matahari atau inti yang terkonsentrasi di pusat. Awan-awan yang lebih kecil di sekitar inti, menjadi cikal bakal planet-planet.
Setiap saat di Matahari berlangsung reaksi termonuklir, yaitu pengubahan atom hidrogen menjadi atom helium. Reaksi ini disertai pembebasan energi berupa sinar yang terpancar ke segenap penjuru tatasurya. Planet-planet, termasuk Bumi, setiap saat mengalami rotasi (perputaran) sehingga terjadilah malam yang gelap-gulita dan siang yang terang benderang.
Wa l-ardha ba`da dzaalika da?aahaa (ayat 30). Terjemahan harfiahnya: “Dan Bumi sesudah itu Dia hamparkan”.
“Kalimat da?aahaa yang artinya “Dia hamparkan” pada ayat ini mengisyaratkan pembentukan daratan,” ujar Irfan. Sekitar 240 juta tahun yang silam, terbentuklah superbenua tunggal yang disebut Pangaea. Ia ditemani supersamudera yang juga tunggal, Panthalassa. Kemudian, sekitar 120 juta tahun yang silam, Pangaea terbelah menjadi dua benua besar: Laurasia di utara dan Gondwana di selatan, yang dipisahkan oleh Samudera Tethys.
Akhirnya, sekitar 60 juta tahun yang silam, Laurasia dan Gondwana terbelah lagi menjadi benua-benua yang kita kenal sekarang. Laurasia terbagi menjadi Amerika Utara dan Eurasia (Eropa dan Asia). Gondwana terbagi menjadi Amerika Selatan, Afrika , India , Australia dan Antartika. Amerika Utara bergabung dengan Amerika Selatan, dan India bergabung dengan Asia. Kepulauan Indonesia usianya masih muda. Ia baru terbentuk sekitar 20 juta tahun yang silam pada masa Tersier Akhir (Late Tertiary).
Akhraja minhaa maaähaa wa mar`aahaa (ayat 31). Terjemahan harfiahnya: “Dia mengeluarkan darinya airnya dan tumbuhannya”.
Bumi yang telah terhampar, masih sangat panas dan kering kerontang. Namun, benturan komet-komet segera menyuplai Bumi dengan benda yang paling berharga, yaitu air. Proses pembombardiran Bumi oleh komet-komet telah dibahas dalam tafsiran Surat Ath-Thaariq.
Pada bagian akhir ayat, Allah mewacanakan mar`aa (tumbuhan). Tidak dapat disangkal, bahwa tumbuh-tumbuhan yang mempunyai klorofil merupakan perintis bagi kemunculan makhluk-makhluk hidup lainnya. Dengan memiliki klorofil, mereka mampu melakukan fotosintesis, yaitu menangkap energi sinar matahari untuk memecahkan molekul air. Atom hidrogennya dipakai untuk mereduksi karbon dioksida menjadi glukosa. Atom oksigen dari air dibuang ke udara dalam bentuk molekul gas oksigen (O2) sebagai hasil sampingan.
Wa l-jibaala arsaahaa (ayat 32). Terjemahan harfiahnya: “Dan gunung-gunung Dia meneguhkannya”.
Peristiwa pembentukan benua-benua melalui pergerakan lempeng-lempeng tektonik menyebabkan munculnya gunung-gunung. Sebagai contoh, Pegunungan Himalaya muncul akibat tabrakan anak-benua India ketika bergabung dengan Asia. Proses vulkanisme pada bagian dalam gunung menyebabkan pembebasan gas-gas yang membentuk atmosfer purba. Gas-gas tersebut adalah nitrogen, hidrogen, uap air, metana, karbon dioksida, amonia, dan hidrogen sulfida.
Ketika di udara belum ada gas oksigen, tentu juga belum ada lapisan ozon (molekul oksigen beratom tiga) di bagian atas atmosfer. Lapisan ini seperti kita ketahui, membendung radiasi ultraviolet dari Matahari. Radiasi ultraviolet yang menghujani permukaan Bumi menyediakan energi untuk sintesis senyawa-senyawa organik dari molekul-molekul anorganik. Asam-asam amino yang dimiliki makhluk hidup sekarang ini disintesis dari gas-gas pada atmosfer purba.
Mataa`aan lakum wa li an`aamikum (ayat 33). Terjemahan harfiahnya: “Untuk kesenangan bagimu dan bagi ternak-ternakmu”.
Sebelum ada proses fotosintesis, oksigen selalu terikat dalam bentuk senyawa, terutama dalam wujud senyawa air dan mineral-mineral pada kulit Bumi. Sekali gas oksigen muncul sebagai unsur bebas, gas pendatang baru ini mengubah udara planet Bumi. Reducing atmosphere yang tidak mengandung gas oksigen menjadi oxydizing atmosphere. Satu dari lima molekul di udara adalah gas oksigen. Salah satu konsekuensinya adalah terbentuknya lapisan ozon (O3) di bagian atas atmosfer yang secara drastis membendung radiasi ultraviolet ke permukaan Bumi. Dengan demikian, Bumi memenuhi syarat untuk berkembangnya berbagai makhluk hidup yang menggunakan oksigen, terutama manusia dan hewan-hewan.
Penciptaan alam semesta belum selesai. Siklus alam di daratan, lautan dan angkasa masih terus berlangsung. Demikian pula dengan pembahasan Surat An-Naazi’aat ini, yang masih akan berlanjut pekan depan.
No comments:
Post a Comment