Showing posts with label Al-Hajj. Show all posts
Showing posts with label Al-Hajj. Show all posts

Saturday, 7 June 2014

The Most Beautiful Names of Our Lord




Say: 'Call on Allah or call on the All-Merciful. Whichever you call upon, the Most Beautiful Names are His.'
(Surat al-Isra, 110)




The name All-Merciful and Most Merciful has a broad and deep meaning which subsumes numerous names of our Lord mentioned in the Qur'an. For example, He is protective and forgiving in His endless mercy toward human beings and grants them incomparable blessings throughout their lives. Through His abundant grace, He provides physical and spiritual blessings; forgives their errors, accepts their repentance, protects them, covers their sin, and guides them on the straight path.

Due to His creation's perfection and superior nature, Allah sustains the life of all creatures, every one of which submits to His supreme intelligence, endless compassion, and mercy. He has given them everything they need to survive in their close proximity, as another indication of His mercy. The Lord is "All-Gentle, Most Merciful" (Surat al-Baqara, 143) towards His creatures:

Do you not see that Allah has made everything on Earth subservient to you, and the ships running upon the sea, by His command? He holds back the heaven, preventing it from falling to Earth – except by His permission. Allah is All-Compassionate to humanity, Most Merciful. (Surat al-Hajj, 65)

He sends down Clear Signs to His servant to bring you out of the darkness to the light. Allah is All-Gentle with you, Most Merciful. (Surat al-Hadid, 9)

From the moment of birth, each person can survive only with Allah's mercy, protection, and help. For example, disasters such as earthquakes, floods, tornadoes, and volcanic eruptions happen all over the world every single minute. In fact such events can happen anywhere at any chosen time. And anyone can fall sick or experience material hardship. And there is a very basic fact that should never be forgotten in the face of such events; no matter how hard people may try, they cannot avoid any of these calamities, and no one can help them for they are all sent by Allah, and only Allah can remove them, for He, as the All-Merciful, is a person's sole protector and helper. Allah, if He wishes so, rescues people from every kind of trouble and calamity and also if He wishes so makes them face all kinds of difficulties.

Say: "Who rescues you from the darkness of the land and sea? You call on Him humbly and secretly: 'If You rescue us from this, we will truly be among the thankful.' " Say: "Allah rescues you from it, and from every plight. Then you associate others with Him." (Surat al-An'am, 63-64)

He [Noah's son] said: "I will take refuge on a mountain; It will protect me from the flood." He [Noah] said: "There is no protection from Allah's command today, except for those upon whom He has mercy." (Surah Hud, 43)

As for those who show disdain and grow arrogant, He will punish them with a painful punishment. They will not find any protector or helper for themselves besides Allah. (Surat an-Nisa, 173)

We can see from these verses that only Allah, out of His endless compassion, removes people's anxieties and protects them from disaster. Knowing this, believers take refuge in His endless mercy when confronted with sickness, anxiety, and difficulty, for He provides material and spiritual abundance in this world to those who sincerely believe in and obey Him. He makes a way for them out of their difficulties and removes their anxiety:

Is there anyone who will make Allah a generous loan so that He can multiply it for him [or her] many times over? Allah both restricts and expands. And you will be returned to Him. (Surat al-Baqara, 245)

Your Lord expands and restricts the provision of anyone He wills. He is aware of and sees His servants. (Surat al-Isra, 30)

Being eternal goodness, Allah is good to human beings throughout their lives and gives them things of incomparable goodness and beauty: "Beforehand we certainly used to call on Him because He is the All-Good, the Most Merciful" (Surat at-Tur, 28) Everything that exists comes from Him; all beauty and every fine blessing manifest His intelligence. Like all other beings, each person comes into this world, through His will, as a piece of flesh in its mother's womb, grows and gradually develops a beautiful face, and reflects His wondrous artistry in every detail:

O humanity! What has deu in respect of your Lord Most Beneficent? He Who created you, formed you, proportioned you, and assembled you in whatever way He willed? (Surat al-Infitar, 6-8)

Recite: In the Name of your Lord Who created, created humanity from clots of blood. Recite: And your Lord is the Most Generous, He Who taught by the pen, taught humanity what it did not know. No indeed! Truly humanity is unbridled, seeing itself as self-sufficient. Truly it is to your Lord that you will return. (Surat al-Alaq, 1-8)



sumber dari: m.harunyahya.com/

Wednesday, 4 June 2014

Peringatan Buat Kita




 بسم الله الرحمن الرحيم 

Kitab (al-Quran) ini tidak ada kekurangan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (al-Baqarah; 2)

Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam. (al-An'am; 90)

Katakanlah (Muhammad), "Kemukakanlah alasan-alasanmu! (Al-Quran) ini adalah peringatan bagi orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang sebelumku." Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak (kebenaran), kerana itu mereka berpaling. (al-Anbiya; 24)

Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahawa (al-Quran) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (al-Hajj; 54)




Dan orang-orang kafir itu senantiasa ragu mengenai hal ini (al-Quran), hingga saat kematiannya datang kepada mereka dengan tiba-tiba, atau azab hari kiamat yang datang kepada mereka.  (al-Hajj; 55)

Dan apa yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad) iaitu Kitab (al-Quran) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. (Fatir; 31)

Ini (al-Quran) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhannya, mereka akan mendapat azab berupa siksaan yang sangat pedih. (al-Jasiyah; 11)

(al-Quran) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (al-Jasiyah; 20)

Dan sungguh, al Quran itu pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. (al-Haqqah; 48)

Dan sungguh, al Quran itu akan menimbulkan penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). (al-Haqqah; 50)

Akhir kata,

Dan sungguh, al Quran itu kebenaran yang meyakinkan..  (al-Haqqah; 51)



sumber dari: jieare92.blogspot.com/

Thursday, 15 May 2014

Penawar Sanubari bersama Ashraf Muslim







Masalah Lemah Antibodi
Surah al-Anfal (8): Ayat 36-50

Masalah Keyakinan Diri
Surah al-Nur (24): Ayat 11-25

Masalah Kerungsingan
Surah Muhammad (47): Ayat 21-32

Masalah Terseliuh
Surah Qaf (50): Ayat 16-45

Masalah Zuriat
Surah Nahli (16): Ayat 81-89 (untuk Lelaki)
Surah Maryam (19): Ayat 31-48 (untuk Perempuan)

Ayat Pendinding Diri
Surah al-Baqarah(2): Ayat 103-123

Masalah Kemarahan
Surah Toha (20): Ayat 120-135

Masalah Penyakit Kanser
Surah al-Mukminum  (23): Ayat 91-100

Masalah Rezeki
Surah al-Waqiah (56)

Ayat Penerang Hati
Surah ar-Rahman (55)

Masalah Jantung
Surah al-Israq (17): Ayat 40-55

Masalah Anak Bermasalah
Surah Yasin (36): Ayat 72-83

Masalah Akhlak
Surah al-Hajj (22): Ayat 73-78

Masalah Was-was
Surah al-Hijr (15): Ayat 66-99



sumber dari: alamhati.com/blog/

Friday, 4 April 2014

Syaitan Takut Ayat Sajdah




بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ




HADIS riwayat al-Bukhari dan Muslim daripada Abdullah bin Amrin menyebut: “Nabi SAW membaca al-Quran, lalu Baginda membaca surah yang terkandung dalam ayat Sajdah. Maka Baginda sujud dan kami pun sujud bersama Baginda sehingga tidak ada sebahagian kami mendapat tempat untuk meletakkan dahi.”

Antara kelebihan melakukan sujud tilawah seperti hadis yang diriwayatkan Muslim dan Ibn Majah daripada Abu Hurairah yang bermaksud: “Apabila anak Adam membaca ayat Sajdah, lalu ia sujud, maka syaitan akan melarikan diri serta menangis dan berkata, “celaka, ia diperintahkan untuk sujud lalu ia sujud dan baginya syurga. Dan aku pernah diperintahkan untuk sujud, aku enggan dan bagiku neraka.”

Sujud tilawah hukumnya sunat bagi orang yang membaca ayat Sajdah dan juga mendengarnya, sama ada ia qashad (niat) untuk sujud tilawah atau tidak.

Menurut Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam kitabnya Sabilal Muhtadin, ayat Sajdah dalam al-Quran ada 14 selain dari Sajdah dalam surah ‘Shad’ kerana ia termasuk sujud syukur seperti mana diterangkan dalam hadis riwayat an-Nasa’I daripada Ibn Abbas yang bererti: 

“Nabi Daud melaksanakan sujud kerana bertaubat dan kita melakukan sujud kerana bersyukur.”

Dimaksudkan bersyukur di sini kerana diterima taubatnya dan kerana itu orang yang mengerjakan sujud sajdah pada surah Shad hendaklah ia berniat sujud syukur kerana taubat Nabi Daud diterima Allah.

Ayat Sajdah yang dimaksudkan itu adalah akhir ayat 15 surah ar-Ra’du, akhir ayat 50 surah an-Nahl, akhir ayat 109 surah al-Isra’, akhir ayat 58 surah Maryam, akhir ayat 18 surah al-Haj, akhir ayat 77 surah al-Haj, akhir ayat 26 urah an-Naml, akhir ayat 15 surah as-Sajdah, akhir ayat 38 surah Fushilat, akhir ayat 62 surah an-Najm, akhir ayat 21 surah al-Insyiqaq dan akhir ayat 19 surah al-Alaq.

Sujud tilawah sunat dalam solat dan di luar solat. Sujud tilawah di luar solat ada empat rukun, iaitu takbiratul ihram, niat sujud tilawah ketika takbir seperti dalam solat, sujud sekali dan memberi salam sesudah sujud seperti salam dalam solat.

Sunat membaca dalam sujud tilawah dalam solat dan di luar solat iaitu 

“Sajada wajhiya lil lazi khalaqahu wa sawwarahu wa syaqqa sam’ ahu wa basharahu bi haulihi wa quwwatihi fatabarakallahu ahsanul khaliqiin.”

Berbeza dengan sujud syukur, hendaklah dilakukan di luar solat dan tidak boleh dalam solat kerana jika dilakukan dengan sengaja dalam solat, maka batallah solat.

Cara pelaksanaan sujud syukur adalah sama dengan sujud tilawah di luar solat iaitu berniat melakukan sujud, takbiratulihram, sujud dan salam. Sujud syukur sunat dilaksanakan ketika memperoleh nikmat yang diharapkan seperti memperoleh anak, pangkat, kemuliaan dan harta.

Sunat juga melakukan sujud syukur ketika terhindar daripada musibah yang tidak diduga, baik musibah yang menimpa dirinya, anak cucunya atau salah seorang dari umat Islam seperti selamat daripada karam, kebakaran atau rumah runtuh.

Sujud syukur tidak dilakukan lagi kerana dipisahkan oleh waktu yang cukup lama antara sujud dan sebabnya. Demikianlah secara ringkas berkaitan sujud tilawah dan sujud syukur.



sumber dari: http://shafiqolbu.wordpress.com/

Wednesday, 2 April 2014

NAMA-NAMA NERAKA DAN SYURGA




NERAKA

1. NERAKA HAWIYAH: diperuntukkan atas orang-orang yang ringan timbangan amalnya, yaitu mereka yang selama hidup di dunia mengerjakan kebaikan bercampur keburukan. Orang muslim laki-laki maupun perempuan yang perbuatan sehari- harinya tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka Hawiyah sebagai tempat tinggalnya. Mereka ini yaitu orang yang tidak mau menerima syariat Islam, tidak mau memakai jilbab (bagi wanita), memakai sutra dan emas (bagi lak- laki), mencari rejeki dengan cara tidak halal, memakan riba dan lain sebagainya. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al-Qori’ah ayat 8-11)

2. NERAKA JAHIM adalah neraka sebagai tempat penyiksaan atas orang-orang musyrik atau orang-orang yang menyekutukan ALLAH, maka sesembahan mereka akan datang untuk menyiksa mereka. Orang yang di dunia menyembah sapi (bangsa Hindu) maka sapi yang akan menyiksa orang itu. Orang yang menyembah patung berbentuk hewan, maka patung itu yang akan menyiksanya. Dan demikian selanjutnya. Syirik disebut sebagai dosa yang paling besar menurut ALLAH, karena syrik berarti mensekutukan ALLAH atau menganggap ada mahluk yang lebih hebat dan berkuasa sehebat ALLAH. Syirik dapat pula berarti menganggap ada Tuhan lain selain ALLAH. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (As-Syu’araa, ayat 91), (Asy-Syu’ara’) dan (Surah As-Saffat)

3. NERAKA SAQAR adalah tempat untuk orang-orang munafik, yaitu orang-orang yang mendustakan (tidak mentaati) perintah ALLAH dan Rasulullah. Mereka mengetahui bahwa ALLAH sudah menentukan hukum Islam melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi mereka meremehkan syariat (hukum) Islam. Maka dibakar dalam api adalah hukuman untuk mereka. Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surah (Al-Muddatsir ayat 26-27,42)
 
4. NERAKA LAZZA: neraka yang bergejolak apinya dan mengelupaskan kulit kepalanya. (QS:70. Al Ma´aarij] 15-18)

5. NERAKA HUTHAMAH: itu disediakan untuk orang yang suka mengumpulkan harta, serakah dan menghina orang-orang miskin. Mereka berpaling dari agama, tidak mau bersedekah dan tidak mau pula membayar zakat. Mereka juga memasang wajah masam apabila ada orang miskin yang meminta bantuan. Maka ALLAH membalas dengan menyiksa mereka dengan cara menguliti dan mengelupaskan kulit muka mereka. Serta membakar mereka semau yang ALLAH mau. NERAKA HUTHAMAH disediakan untuk gemar mengumpulkan harta berupa emas, perak atau platina, mereka serakah tidak mengeluarkan zakat hartanya dan mencela menghina orang-orang miskin. Maka di Huthamah harta mereka dibawa dan dibakar untuk diminumkan sebagai siksa kepada manusia pengumpat pengumpul harta. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al-Humazah)

6. NERAKA SAIR diisi oleh orang-orang kafir. Dan orang yang memakan harta anak yatim. Kafir berasal dari kata kufur yang berarti ingkar atau menolak. Sehingga kafir dapat diartikan menolak adanya ALLAH atau dengan membantah perintah ALLAH dan Rasul-NYA. Jadi manusia kafir itu terdiri dari: Orang yang tidak beragama Islam atau orang yang tidak mau membaca syahadat. Orang Islam yang tidak mau shalat. Orang Islam yang tidak mau puasa. Orang Islam yang tidak mau berzakat. Didalam Al-Qur’an terdapat pada (An-Nisa’ ayat 10), (Al-Mulk ayat 5,10,11)

7. NERAKA WAIL disediakan untuk para pengusaha dan pedagang yang culas, mengurangi timbangan, mencalo barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat. Maka dagangan mereka dibakar dan dimasukkan ke dalam perut mereka sebagai azab atas dosa-dosa mereka. Surah (Al-Tatfif) dan (Surah At-Tur). Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surah (Al-Muthaffifin, ayat 1-3)

8. NERAKA JAHANAM: Neraka tempat penyiksaan itu kemudian banyak disebut orang dengan nama jahanam. Neraka yang paling dalam dan berat siksaannya. Al-Qur’an surah (Al Hijr, 43-44). “Bahwasanya orang-orang kafir dan orang aniaya itu tidak akan diampuni Allah, dan tidak pula ditunjuki jalan, melainkan jalan ke Neraka Jahannam. Mereka kekal dalam neraka itu selama-lamanya. Yang demikian itu mudah sekali bagi Allah”(An-Nisa: 169)

SURGA
 
1. SURGA FIRDAUS: surga yang diperuntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya, menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia, aktif menunaikan zakat, menjaga kemaluannya, memelihara amanah, menepati janji, dan memelihara sholatnya. dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al Kahfi, ayat 107) dan surah(Al Mu’minuun, ayat 9-11).

2. SURGA ‘ADN: surga yang diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada Allah (An Nahl:30-31), benar-benar beriman dan beramal shaleh (Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir: 32-33), sabar, menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23)

3. SURGA NAIM: surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah dan beramal shaleh. dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Luqman, ayat 8) dan (Al Hajj, ayat 56)

4. SURGA MA’WA: surga yang diperuntukan bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah (An Najm: 15), beramal shaleh (As Sajdah: 19), serta takut kepada kebesaran Allah dan menahan hawa nafsu (An Naziat : 40-41)

5. SURGA DARUSSALAM: surga yang diperuntukkan bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya, memperhatikan ayat-ayat Allah serta beramal shaleh. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal sholeh yang selalu mereka kerjakan.” (QS. 6:127)

6. SURGA DARUL MUQAMAH: surga yang diperuntukkan bagi orang yang bersyukur kepada Allah. Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana yg disebutkan di dalam surat (Faathir ayat 35).

7. SURGA AL-MAQAMUL AMIN: surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman (Ad Dukhan, ayat 51)

8. SURGA KHULDI: surga yang diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (orang-orang yang bertakwa). Katakanlah: “Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang Telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?” dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka?” (Al Furqaan, ayat 15)
 




sumber dari: http://suararakyatfm.blogspot.com/

Saturday, 8 March 2014

"Rahib di waktu malam, Penunggang kuda saatnya siang.. "






Pernah tak tuan-tuan hadapi saatnya terasa amat susah hendak tunaikan Ibadah?

Pernah atau tidak kakak-kakak dan abang-abang berada dalam suatu fatrah terasa amat jauh sekali daripada Tuhan ?

Pernah tak saudara-saudara sekalian, yang celik mata hatinya, yang kuat ruh imannya, merasakan detik waktu begitu sukar khusyuk di dalam Solat?


Ya pasti sekali, kita sebagai manusia yang sangat lemah ini, lagi-lagi apabila tidak bersama sahabat-sahabat soleh yang saling mengingatkan, akan mudah terjerumus dalam fatrah lemah longlai futur serta lesu keletihan iman.

Dalam sebuah kata-kata masyhur menyebut;
“Al fatrah ba’dal mujahadah min fasadil ibtida’- Kelesuan sesudah bermujahadah timbul kerana kefasadan permulaan”

Dari situlah kita lihat kembali bagaimanakah detik bermulanya kita melakukan sesuatu ibadat. Kita renung dan fikirkan kembali apakah sebenarnya kita sudah bersedia sebenarnya untuk melaksanakannya.

Sebab itulah para ulama’ meletakkan kunci(miftah) kepada kekusyukan seseorang dalam solatnya adalah ketika saat khusyuknya dia di dalam berwuduk lagi. Ya, kemudiannya ketika saat kita mengangkat takbiratul ihram, melepaskan segala urusan dunia jauh-jauh sekali dari benak fikiran kita. Hanya menundukkan kekhusyukkan khas hanyasanya kepada Allah swt.

Perhatikan sahabat-sahabat sekalian, bagi kita yang merindui tangisan , linangan air mata tahajud di malam hari,




Bagaimanakah sebenarnya persediaan kita?
Adakah sekadar berazam dan menampal motto “saya mesti bangun qiamullail” sahaja?

Ataupun kita sudahpun memperSEDIAkan diri kita semenjak laungan azan Subuh lagi. Kemudiannya, memenuhkan ruang seharian kita dengan zikir-zikir yang membasahi lidah kita. Kemudiannya, menahan diri dan kekuatan syahwat daripada makan yang berlebihan dan senda gurau yang mengeringkan jiwa serta melupakan akhirat. Pada malamnya pula, seusai iftor, memperdengarkan kalam-kalam berharga mengingatkan diri tenang hakikat jiwa dan tujuan kewujudan kita. Pada akhirnya, sebelum tidur sekali lagi mengikhlas hati tulus niat untuk mencapai kelazatan qiamulail di malam nanti. Allah! manisnya hayat dalam lingkungan katibah imani membina kembali ruh dalam diri..

Firman Allah swt:
“Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati” (Surah al Hajj: 32)




Ustaz Sayyid Qutb mengatakan dalam tafsir surah Mujadilah: “sesungguhnya, sebuah pasukan tentera yang sudah mengetahui tabiat jiwanya, dan tabiat jiwa musuhnya, sebenarnya sudahpun memenangi separuh daripada peperangan itu…”
Ya, pastinya untuk mengetahui tabiat jiwa diri serta musuh memerlukan analisis menyeluruh yang sangat teliti. Inilah yang dikatakan PERSEDIAAN!

Kita duduk sejenak, hayati bagaimana Rasulullah saw menyambut ketibaan bulan Ramadan semenjak bulan-bulan sebelum itu lagi, dengan doa “… Allahumma baligna Ramadan ya Allah, Allahumma baligna, Allahumma baligna..”. Persediaan yang dibuat berbulan-bulan sebelum itu lagi supaya dapat rasai kemanisan suasana imani (jau imani)bulan Ramadan itu.

Umar al Khattab pula menyambut pengakhiran ramadan dengan tangisan air mata. Memikirkan berpisahnya beliau dengan bulan penuh kerahmatan, pelepasan Allah subhanahu wata’ala ke atas hambaNya daripada azab Neraka yang mengerikan. Harapan, moga-moga bertemu pada Ramadan yang berikutnya.

Begitulah diri kita yang mendambarkan khusyuk dalam sesebuah ibadat. Pastinya perlu meNYEDIAkan diri terlebih dahulu, supaya bekalan sentiasa mencukupi, stamina iman sentiasa berpanjangan dan istiqamah sentiasa dalam amalan.

Seperti membina sebuah bangunan mencakar langit yang tinggi, CERUCUK binaan juga, jika tak kurang sama tingginya, pasti lebih tinggi lagi seperti bangunan tersebut..

Dalam sebuah kata-kata:
“Al istiqamatu khairun min alfu karamah-Istiqamah itu lebih bagus daripada seribu Keramat”




Sesungguhnya, Allah mencintai seseorang itu, apabila melakukan sesuatu amalan, sedikit tetapi berterusan..

Wallahua'lam..


sumber dari: http://almubtasim.blogspot.com/2011/12/selembut-ibadat-ahli-sufi

Thursday, 20 February 2014

INTRODUCTION: A SHORT VOYAGE THROUGH THE HUMAN BODY




This website describes how the human body’s various systems function, and gives examples of their components. In contrast to many other books about human anatomy, however, we also regularly emphasize a number of points. We examine information in considerable detail, draw attention to the fine characteristic in every square millimeter of the human body, and particularly emphasize the cells, tissues, molecules and glands that perform such miraculous processes within that body’s depths.
From time to time, we also provide technical details, to ensure a better understanding of the complex structure within your body, and also to give you a new perspective on events occurring inside your body and to encourage you to consider them more deeply.
In order to achieve this, as you read this website, imagine yourself on a voyage throughout your own body—a voyage on which unbelievable surprises await you. You will discover that there is a generator in your heart, and when that generator cuts out, a spare one steps in to take over the work. You’ll witness how cells in your small intestine are able to recognize and trap iron atoms out of the many hundreds of different substances they encounter. You will see how, after a long journey, a molecule of hormone, produced in an endocrine gland located in your head, reaches its far distant objective—your kidney, for example—and how it instructs the cells there what to do.
During the course of this journey you will witness miraculous events that have been taking place throughout what you refer to as “My body” ever since the day you were born, starting right beneath the surface of your skin.
Viewed from that point of view, your body is a whole city, a whole other world, in fact. Inside it are modes of transport, buildings, factories, infrastructure systems, equipment more highly advanced than even the most sophisticated technology in the outside world, specialized elements (such as cells, hormones, glands) that seem to exhibit unexpected awareness, fully equipped defensive troops, and many other marvels.Moreover, this miniaturized environment is not restricted to your own body alone. Everyone you see around you—your parents, brothers, sisters, friends, colleagues, people walking in the street, the actors you watch on television, and all the billions currently living on this planet—possesses this same miraculous world within the skin. Similarly, people who lived hundreds or even thousands of years ago—indeed all the humans who have ever lived—have possessed this same inner perfection. Just like those alive today, people in the past had the same flawless systems in their bodies: trillions of conscious-seeming cells, secretory glands with decision-making abilities, and organs equipped with the most sophisticated biotechnology.
Considering and evaluating the events taking place within this miniature environment is of great importance, because anyone who does so has taken the first step towards freedom from a great illusion. Those who realize the perfection of the systems inside their own bodies—in the heart, for example—and who have grasped the creation within that system, can no longer be taken in by evolutionary fables that claim that the heart acquired all these features by chance. You will know that cells formed by the coming together of unconscious molecules could never do these things by themselves, and will seek to question of Whose intellect it actually is that these cells exhibit.
Someone who realizes that the stomach, a mere enclosure of muscle and tissue, possesses a special system that prevents it digesting itself while it secretes the acid strong enough to dissolve meat . . . those who know that when they cut their finger, at least 20 different enzymes go into action in a very special sequence in order for their blood to clot, with never any confusion or deficiency in the various processes while this is carried out . . . will find, by thinking deeply about the details of matter, that none of these systems could have developed in stages, as evolutionists would have us all believe.
Those who understand these details will realize that the tiny worlds of their bodies, has a Creator, and will regard the information they read here as a guide to becoming acquainted with that Creator. Everyone who sees the order in the systems within the human body, its superior creation at every point, will also clearly see that an Entity possessed of a superior power and a superior intellect must have created that body. In the Qur’an it is revealed that:
Everything in the heavens and everything in the earth belongs to Him. Allah is the Rich Beyond Need, the Praiseworthy. Do you not see that Allah has made everything on the earth subservient to you and the ships running upon the sea by His command? He holds back the heaven, preventing it from falling to the earth—except by His permission. Allah is All-Compassionate to humanity, Most Merciful. It is He Who gave you life and then will cause you to die and then will give you life again. Man is truly ungrateful. (Surat al-Hajj: 64-66)
As you will clearly see from the examples given throughout this website, it is Almighty Allah Who created the 100 trillion or so cells, the glands, many organs and tissues in your human body. Allah creates human beings as a whole, together with all their physical components, and reveals evidence of this to allow them to come to know Him. As our Lord has revealed in the Qur’an:
If you tried to number Allah’s blessings, you could never count them. Allah is Ever-Forgiving, Most Merciful. (Surat an-Nahl:18)
That being so, those who are aware of all this must also realize the many blessings imparted by Allah. Such people will arrange their lives in such a way as to please only Him, know that their own bodies, and every new day bestowed on them when they rise in the morning are blessings from Allah, and will give due thanks to Him.
INTELLIGENT DESIGN—IN OTHER WORDS, CREATION
In order to create, Allah has no need to design.
It’s important to properly understand the word “design.” That Allah has created a flawless design does not mean that He first made a plan, and then followed it. Allah needs no “designs” in order to create. Allah, the Lord of the Earth and the heavens, is exalted above all such deficiencies. His planning and creation take place at the same instant.
Whenever Allah wills a thing to come about, it is enough for Him just to say, “Be!” As we are told in verses of the Qur’an:
His command when He desires a thing is just to say to it, “Be!” and it is. (Surah Ya Sin:82)
[Allah is] the Originator of the heavens and Earth. When He decides on something, He just says to it, “Be!” and it is. (Surat al-Baqara: 117)
 

sumber dari: the-human-miracle.blogspot.com

Saturday, 23 November 2013

Wednesday, 2 October 2013

Everything Prostrates to Allah Subhanahu Wa Ta'ala






"See you not that to Allâh prostrates whoever is in the heavens and whoever is on the earth, and the sun, and the moon, and the stars, and the mountains, and the trees, and Ad-Dawâb (moving living creatures, beasts, etc.), and many of mankind?" 
[Sourat al-Hajj 22:18]


Sometimes I walk around campus and just stare at the sky or at the birds and I think about how everything in this world prostrates to Allah in all His Glory. The moon, the sun, the trees, the ants, the bees---everything in this world praises Allah and everything is also a sign for humanity. Some people believe that in order for them to believe in God, they must see Him, but the true definition of faith is to believe without ever seeing. Don't get me wrong, Islam doesn't encourage blind faith, which is why the signs of the existence of God surround us everywhere we go. Next time you step outside of your doorstep, take a moment and look at the birds, they are in fact praising Allah--what's more beautiful than that?


sumber dari: 1beautyofislam.blogspot.com

Saturday, 28 September 2013

MAKANAN DAN MINUMAN DI NERAKA






1. Pohon Zaqqum, mayangnya seperti kepala syetan, tumbuh di bawah dasar neraka Jahim, setiap yang memakannya, maka ususnya akan terburai. ( QS. Ash-Shaffat: 62 - 68 ).

2. Pohon Dhari, yaitu pohon duri yang sangat keras, tidak dapat menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar, karena ia menyumbat tenggorokan, tidak keluar dan tidak juga masuk ke dalam perut, demikian menurut Ibnu Abbas. ( QS. Al-Ghasiyah: 6 ).

3. Ghislin, yaitu nanah bercampur darah yang keluar dari tubuh penduduk neraka. ( QS. Al-Haqqah: 35 - 37 ).

4. Al-Hamim, yaitu air yang sangat panas yang akan disuguhkan dengan besi panas yang ujungnya dibengkokkan. ( QS. An-Naba’: 24 - 25 ).

5. Al-Ghassaq, air yang sangat dingin. Menurut Ibnu Umar ia adalah nanah kental yang jika setetesnya ditumpahkan di barat bumi, niscaya penduduk timur akan mencium baunya yang sangat busuk.

6. Ash-Shadid, ( QS. Ibrahim: 16 ), yaitu air nanah bercampur darah. Ibnu Rajab berkata, air shadid akan membuat wajah mereka hangus, sekaligus membuat seluruh kulit kepala dan rambutnya mengelupas.

6. Di Jahannam juga terdapat penjara Bulas dimana orang-orang yang menyombongkan diri akan digiring seperti semut - semut kecil berbentuk manusia, mereka diselimuti dengan kobaran api dan terbenam dalam keringat dan nanah yang bercampur darah penduduk neraka. ( HR. Ahmad, hasan ).

7. Belenggu Jahannam. Di dalam Jahannam ada tiga belenggu; Al-Aghlal, yaitu belenggu dari besi membara yang dipasang dileher penduduk neraka. ( QS. Saba: 33 ), Al-Ashfad, yaitu tali api yang sangat kuat sehingga membuat seseorang tak berdaya. ( QS. Ibrahim: 49 ) dan As-Salasil, yaitu rantai besi yang panjangnya 70 hasta. ( QS. Al-Haqqah: 32 ).

8. Cambuk Jahannam. Allah berfirman: “Dan untuk mereka cambuk - cambuk dari besi.” ( QS. Al-Hajj: 21 ).


sumber dari: belantaraindonesia.org

Monday, 19 August 2013

Memperkuat Iman





“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (Ali Imran: 102)

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah mengembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang denan (menggunakan) nama-Nya kami saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisa: 1)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan, barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapatkan kemenangan yang besar.”

Begitulah perintah Allah kepada kita agar kita bertakwa. Namun, iman di dalam hati kita bukanlah sesuatu yang statis. Iman kita begitu dinamis. Bak gelombang air laut yang kadang pasang naik dan kadang pasang surut.

Ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu kita masih ada dalam kebaikan, kita beruntung. Namun, bila ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu membuat kita ada di luar koridor ajaran Rasulullah saw., kita celaka. Rasulullah saw. bersabda, “Engkau mempunyai amal yang bersemangat, dan setiap semangat mempunyai kelemahan. Barangsiapa yang kelemahannya tertuju pada sunnahku, maka dia telah beruntung. Dan, siapa yang kelemahannya tertuju kepada selain itu, maka dia telah binasa.” (Ahmad)

Begitulah kondisi hati kita. Sesuai dengan namanya, hati –dalam bahasa Arab qalban—selalu berubah-ubah (at-taqallub) dengan cepat. Rasulullah saw. berkata, “Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya hati itu ialah laksana bulu yang menempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin secara terbalik.” (Ahmad dalam Shahihul Jami’ no. 2365)

Karena itu Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa agar Allah saw. menetapkan hati kita dalam ketaatan. “Ya Allah Yang membolak-balikan hati-hati manusia, balikanlah hati kami untuk taat kepada-Mu.” (Muslim no. 2654)

Hati kita akan kembali pada kondisi ketaatan kepada Allah swt. jika kita senantiasa memperbaharui keimanan kita. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu sekalian sebagaimana pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.” (Al-Hakim di Al-Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-Shahihain no. 1585; Thabrany di Al-Kabir)

Bagaimana cara memperbaharui iman? Ada 20 sarana yang bisa kita lakukan, yaitu sebagai berikut.

1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran

Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia. “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra’: 82).

Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran, “Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Qur’an, memikirkan dan memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh.”

2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur’an dan Sunnah

Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.

Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asma’ul husna). Dialah Al-’Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muth’ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.

Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.” (Az-Zumar: 67)

3. Carilah ilmu syar’i

Sebab, Al-Qur’an berkata, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang-orang yang berilmu.” (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.

Allah berfirman, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang diturunkan Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.

Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu untuk meraihnya.

4. Mengikutilah halaqah dzikir
Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. “Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?” Hanzhalah menjawab, “Hanzhalah telah berbuat munafik.” Abu Bakar menanyakan apa sebabnya. Kata Hanzhalah, “Jika kami berada di sisi Rasulullah saw., beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan istri, anak-anak, dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa.”

Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, “Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam dzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, sa’atah, sa’atan, sa’atan.” (Shahih Muslim no. 2750)

Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. “Duduklah besama kami untuk mengimani hari kiamat,” begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Qur’an, membaca hadits, atau mengkaji ilmu pengetahuan lainnya.

5. Perbanyaklah amal shalih

Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk surga.” (Muslim)

Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan surga. “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (Al-Hadid: 21)

Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Adz-Dzariyat: 17-19)

Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu dengan amal-amal shalih, Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadits qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahwa Allah berfirman, “Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya.” (Shahih Bukhari no. 6137)

6. Lakukan berbagai macam ibadah

Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa, ibadah materi seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.

Puasa membuat kita khusyu’ dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah). Shalat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitasnya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.

Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah baik.’ Lalu barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah.” (Bukhari no. 1798)

7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su’ul khatimah

Rasa takut su’ul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab su’ul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.

8. Banyak-banyaklah ingat mati

Rasulullah saw. bersabda, “Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang ziarahilah kubur karena hal itu bisa melunakan hati, membuat mata menangism mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.” (Shahihul Jami’ no. 4584)

Rasulullah saw. juga bersabda, “Banyak-banyaklah mengingat penebas kelezatan-kelezatan, yakni kematian.” (Tirmidzi no. 230)

Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, “Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat.” (Shahihul Jami’ no. 4109)

Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.

Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.

9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat

Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadits-hadits Rasulullah saw.

Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafa’at Rasulullah saw., hisab, pahala, qishas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau neraka; semua itu menambah tebal iman kita.

10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam

Aisyah pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu.” Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’.” (Muslim no. 899)

Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, “Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda kiamat.”

11. Berdzikirlah yang banyak

Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. “Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.” (Al-Kahfi: 24) “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28)

Ibnu Qayim berkata, “Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah.”

12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya

Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., “Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Muslim no. 428)

Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.

13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk

Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.

Allah swt. berfirman, “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah dijanjikan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (Asy-Syu’ara: 205-207)

“Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.” (Yunus: 45)

14. Memikirkan kehinaan dunia

Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali Imran)

Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., “Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu bisa dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah ia.” (Thabrani)

Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah

“Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)

“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.” (Al-Hajj: 30)

Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.; tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan waktu-waktu tertentu seperti bulan-bulan haram.

Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw., “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bisa berhimpun pada diri seseornag hingga ia bisa membinasakan dirinya.”

16. Menguatkan sikap al-wala’ wal-bara’

Al-wala’ adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.

Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman adalah hal yang bisa menghidupkan iman di dalam hati kita.

17. Bersikap tawadhu

Rasulullah saw. bersabda, “Merendahkan diri termasuk bagian dari iman.” (Ibnu Majah no. 4118)

Rasulullah juga berkata, “Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.” (Tirmidzi no. 2481)

Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf –sahabat yang kaya—tidak beda dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.

18. Perbanyak amalan hati

Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara’, dan mawas diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)

19. Sering menghisab diri

Allah berfirman, “Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)

Umar bin Khattab r.a. berwasiat, “Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab.” Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah swt.? Sungguh ini sarana yang efektif untuk memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.

20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman

Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, “Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.”

Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.


sumber dari: primasusetya.blogspot.com

Friday, 2 August 2013

Earth Will Be Shaken by Quakes




When Earth is convulsed with its quaking, and Earth then disgorges its charges, and man asks: "What is wrong with it?" on that Day it will impart all of its news, because your Lord has inspired it. 
(Surat az-Zilzal, 1-5)

On the Day of Judgment, an ear-shattering sound will follow the sounding of the trumpet, and an unequalled tremor will rock Earth. Massive mountains, trees, skyscrapers, buildings—in fact every place on Earth—will begin to rock at the same time. People will panic and be gripped by great fear. The most fear-inspiring aspect is that no one can escape it or find any sort of refuge, for this tremor is not like the ones with which we are familiar; rather, this tremor will continue until Earth has been flattened. (Allah knows best.) Allah describes these tremors, as follows:

On the Day the first blast shudders, and the second blast follows it, hearts that Day will be pounding and eyes will be cast down. (Surat an-Nazi‘at, 6-9)


Try to imagine how much the tremors known to us affect those who experience them. These tremors lasted only for seconds, but the results were nevertheless devastating. Hundred of thousands died in or under collapsed buildings, and survivors were left destitute. Homes, property, earnings, and savings were destroyed in no time. These calamities were seen by everyone and, in those seconds, no person or force could resist them. The tremors of the Day of Judgment will have no equals in terms of severity, consequence, and the size of area affected. When they are over, there will be no ruins or life left on this planet.

No matter how severe the tremor, people who are prepared for such an event often find a way to survive. However, upon hearing the trumpet sound, even they will realize that this is no ordinary tremor and that there is no possibility of escape.

The Qur'an warns of this event and of the tremors, as follows:

Mankind, heed your Lord! The quaking of the Hour is a terrible thing. (Surat al-Hajj, 1)

At that moment, nothing on Earth will have any meaning. Everything that led people astray (e.g., luxurious houses, gigantic skyscrapers, 5-star hotels, ambitiously accumulated life savings, houses, decorations, palaces, bridges, all of the most famous buildings, the Pyramids that have survived all natural disasters so far, historic castles, and whole cities) all will crumble like sand castles on the beach. Everything that makes people proud to possess it, as well as their fame, honor, prestige, and power, will be destroyed instantly and become meaningless instantaneously, for:

No indeed! When Earth is crushed and ground to dust, and your Lord arrives with the angels rank upon rank, and that Day Hell is produced, that Day man will remember. But how will the remembrance help him? (Surat al-Fajr, 21-23)

When the entire planet gives way, those who found all kinds of excuses to deny Allah and who did not engage in any acts of worship, despite knowing what was required, finally will realize that there is refuge only in Allah. However, it now is too late for them to make amends, and their remorse is of no use either.

After fear, the next most-felt emotion on that Day will be incapacity. Humanity, who took precautions against every possible calamity and deadly disaster (e.g., severe earthquakes, fierce hurricanes, and even nuclear war), will be unable to hide from or survive this event. Nothing and nobody, regardless of how they were perceived while alive, will be able to guide them to safety. 


sumber dari: dayofjudgment.com

Tuesday, 30 July 2013

Sajdah Al-Tilaawat






There are fifteen places in the Quran where we should perform Sajdah al-tilaawat (prostration of recitation) when reciting them. It was reported from ‘Amr ibn al-‘Aas that the Messenger of Allah (peace and blessings of Allah be upon him) recited to him fifteen verses in the Quran where one should prostrate, three of which are in al-Mufassal and two in Surah al-Hajj. It was reported by Abu Dawood, Ibn Maajah, al-Haakim and al-Daaraqutni, and classed as hasan by al-Mundhiri and al-Nawawi. The fifteen aayat are (interpretation of the meanings) :
Sajdah # 1 : Juz’ 9 : Surah Al A’raf (7) Ayat 206
“Those who are near to thy Lord, disdain not to do Him worship: They celebrate His praises, and bow down before Him.”
Sajdah # 2 : Juz’ 13 : Surah Al Ra’d (13) Ayat 15
“Whatever beings there are in the heavens and the earth do prostrate themselves to Allah (acknowledging subjection),- with good-will or in spite of themselves: so do their shadows in the morning and evenings.”
Sajdah # 3 : Juz’ 14 : Surah Al Nahl (16) Ayat 50
“They all revere their Lord, high above them, and they do all that they are commanded.”
Sajdah # 4 : Juz’ 15 : Surah Al Isra’ (17) Ayat 109
“They fall down on their faces in tears, and it increases their (earnest) humility.”
Sajdah # 5 : Juz’ 16 : Surah Maryam (19) Ayat 58
“Those were some of the prophets on whom Allah did bestow His Grace,- of the posterity of Adam, and of those who We carried (in the Ark) with Noah, and of the posterity of Abraham and Israel of those whom We guided and chose. Whenever the Signs of (Allah) Most Gracious were rehearsed to them, they would fall down in prostrate adoration and in tears.”
Sajdah # 6 : Juz’ 18 : Surah Al Hajj (22) Ayat 18
“Seest thou not that to Allah bow down in worship all things that are in the heavens and on earth,- the sun, the moon, the stars; the hills, the trees, the animals; and a great number among mankind? But a great number are (also) such as are fit for Punishment: and such as Allah shall disgrace,- None can raise to honour: for Allah carries out all that He wills.”
Juz’ 18 : Surah Al Hajj (22) Ayat 77 (Shafi’i)
“O ye who believe! bow down, prostrate yourselves, and adore your Lord; and do good; that ye may prosper.”
Sajdah # 7 : Juz’ 19 : Surah Al Furqan (25) Ayat 60
“When it is said to them, “Adore ye (Allah) Most Gracious!”, they say, “And what is (Allah) Most Gracious? Shall we adore that which thou commandest us?” And it increases their flight (from the Truth).”
Sajdah # 8 : Juz’ 19 : Surah Al Naml (27) Ayat 26
“God!- there is no god but He!- Lord of the Throne Supreme!”
Sajdah # 9 : Juz’ 21 : Surah Al Sajdah (32) Ayat 15
“Only those believe in Our Signs, who, when they are recited to them, fall down in adoration, and celebrate the praises of their Lord, nor are they (ever) puffed up with pride.”
Sajdah # 10 : Juz’ 23 : Surah Sad (38) Ayat 24
“(David) said: “He has undoubtedly wronged thee in demanding thy (single) ewe to be added to his (flock of) ewes: truly many are the partners (in business) who wrong each other: Not so do those who believe and work deeds of righteousness, and how few are they?” …and David gathered that We had tried him: he asked forgiveness of his Lord, fell down, bowing (in prostration), and turned (to Allah in repentance).”
Sajdah # 11 : Juz’ 24 : Surah Fussilat (41) Ayat 38
“But if the (Unbelievers) are arrogant, (no matter): for in the presence of thy Lord are those who celebrate His praises by night and by day. And they never flag (nor feel themselves above it).”
Sajdah # 12 : Juz’ 27 : Surah Al Najm (53) Ayat 62
“But fall ye down in prostration to Allah, and adore (Him)!”
Sajdah # 13 : Juz’ 30 : Surah Al Inshiqaq (84) Ayat 21
“And when the Quran is read to them, they fall not prostrate,”
Sajdah # 14 : Juz’ 30 : Surah Al Alaq (96) Ayat 19
“Nay, heed him not: But bow down in adoration, and bring thyself the closer (to Allah)!”


sumber dari: alhaaqulmubin.blogspot.com

Wednesday, 17 July 2013

Destruction (Kieyamah)




Yaum-al-Qiyamah, are we prepared?


Allah (STW) Sent Us In This Planet (Earth), and at a time We have to return to the Allah(SWT). In The Last day of this world, Allah will Destroy this universe (What was created only for us) to start Judgment  of each person. What will happen in the time of destruction Allah Informed us in the Holy Al-Quran….Some of those verses are here.

In Surath Al-Mu'minun
18. And We send down water from the sky according to (due) measure, and We cause it to soak in the soil; and We certainly are able to drain it off (with ease).
45. Then We sent Moses and his brother Aaron, with Our Signs and authority manifest,
46. To Pharaoh and his Chiefs: but these behaved insolently: they were an arrogant people.

In Surath Ya-Sin
51. The trumpet shall be sounded, when behold! from the sepulchers (men) will rush forth to their Lord!
In Surath Al-Haj
2. The Day ye shall see it, every mother giving suck shall forget her suckling- babe, and every pregnant female shall drop her load (unformed): thou shalt see mankind as in a drunken riot, yet not drunk: but dreadful will be the Chastisement of Allah.
7. And verily the Hour will come: there can be no doubt about it, or about (the fact) that Allah will raise up all who are in the graves.

In Surath Al-'Anbya
 104. The Day that We roll up the heavens like a scroll rolled up for books (completed),- even as We produced the first creation, so shall We produce a new one: a promise We have undertaken: truly shall We fulfill it.

In Surath 'Ali `Imran
185. Every soul shall have the taste of death: And only on the Day of Judgment shall you be paid your full recompense. Only he who is saved far from the Fire and admitted to the Garden will have succeeded: For the life of this world is but goods and chattels of deception.

In Surath An-Nahl
77. To Allah belongeth the Unseen of the heavens and the earth. And the matter of the Hour (of Judgment) is as the twinkling of an eye, or even quicker: for Allah hath power over all things.
In Surath At-Tur
9. On the Day when the firmament will be in dreadful commotion.
10. And the mountains will move.
11. Then woe that Day to the rejecters (of truth);-
In Surath Al-Qiyamah
8. And the moon is buried in darkness.
9. And the sun and moon are joined together,-
10. That Day will Man say: "Where is the refuge?"
11. By no means! No place of safety!
12. Before thy Lord (alone), that Day will be the place of rest.

In Surath 'Ibrahim
42. Think not that Allah doth not heed the deeds of those who do wrong. He but giveth them respite against a Day when the eyes will fixedly stare in horror,-
43. They running forward with necks outstretched, their heads uplifted, their gaze returning not towards them, and their hearts a (gaping) void!

In Surath An-Naml
87. And the Day that the Trumpet will be sounded - then will be smitten with terror those who are in the heavens, and those who are on earth, except such as Allah will please (to exempt): and all shall come to Him in utter humility.
88. Thou seest the mountains and thinkest them firmly fixed: but they shall pass away as the clouds pass away: (such is) the artistry of Allah, who disposes of all things in perfect order: for He is well acquainted with all that ye do.

In Surath Taha
105. They ask thee concerning the Mountains: say, "My Lord will uproot them and scatter them as dust;
106. "He will leave them as plains smooth and level;
107. "Nothing crooked or curved wilt thou see in their place."
108. On that Day will they follow the Caller (straight): no crookedness (in) him: all the voices will be hushed to the Most Gracious: so that thou hearest not but murmuring.
109. On that Day shall no intercession avail except for those for

In Surath Ad-Dukhan
10. Then watch thou for the Day that the sky will bring forth a kind of smoke (or mist) plainly visible,
11. Enveloping the people: this will be a Chastisement Grievous.
12. (They will say:) "Our Lord! remove the Chastisement from us, for we do really believe!"
In Surath Al-Muzzammil
17. Then how shall ye, if ye deny (Allah), guard yourselves against a Day that will make children hoary-headed?-
18. Whereon the sky will be cleft asunder? His Promise needs must be accomplished.
In Surath Al-Qari`ah
1. The (Day) of Clamor:
2. What is the (Day) of Clamor?
3. And what will explain to thee what the (Day) of Clamor is?
4. (It is) a Day whereon men will be like moths scattered about,
5. And the mountains will be like carded wool.
6. Then, he whose balance (of good deeds) will be (found) heavy,
7. Will be in a life of good pleasure and satisfaction.
8. But he whose balance (of good deeds) will be (found) light,-
9. Will have his home in a (bottomless) Pit.
10. And what will explain to thee what this is?
11. (It is) a Fire Blazing fiercely!
In Surath An-Naba'
18. The Day that the Trumpet shall be sounded, and ye shall come forth in crowds;
19. And the heavens shall be opened as if there were doors,
20. And the mountains shall vanish, as if they were a mirage.

In Surath Al-Haqqah
13. Then, when one blast is sounded on the Trumpet,
14. And the earth is moved, and its mountains, and they are crushed at one stroke,-
15. On that Day shall the (Great) Event come to pass.
16. And the sky will be rent asunder, for it will that Day be flimsy,
In Surath Al-Mursalat
10. When the mountains are scattered (to the winds) as dust;
11. And when the messengers are (all) appointed a time (to collect);-
12. For what Day are these (portents) deferred?
13. For the Day of Sorting out.
14. And what will explain to thee what is the Day of Sorting out?
15. Ah woe, that Day, to the Rejecters of Truth!
16. Did We not destroy the men of old (for their evil)?
17. So shall We make later (generations) follow them.
18. Thus do We deal with men of sin.
19. Ah woe, that Day, to the Rejecters of Truth!
In Surath Ar-Rahman
27. The Companions of the Right Hand,- What will be the Companions of the Right Hand?
37. Full of love (for their mates), equal in age,-

In Surath Al-Ma`arij
The Day that the sky will be like molten brass,
9. And the mountains will be like wool,
10. And no friend will ask after a friend.
In Surath. Al-'Inshiqaq
1. When the Sky is rent asunder,
2. And hearkens to (the Command of) its Lord, and it must needs (do so);-
3. And when the earth is flattened out,
4. And casts forth what is within it and becomes (clean) empty,
In Surath At-Takwir
1. When the sun (with its spacious light) is folded up;
2. When the stars fall, losing their luster;
3. When the mountains vanish (like a mirage);
4. When the she-camels, ten months with young, are left untended;
5. When the wild beasts are herded together (in human habitations);
6. When the oceans boil over with a swell;
7. When the souls are sorted out, (being joined, like with like);
8. When the female (infant), buried alive, is questioned -
9. For what crime she was killed;
10. When the Scrolls are laid open;
11. When the sky is unveiled;
12. When the Blazing Fire is kindled to fierce heat;
13. And when the Garden is brought near;-
14. (Then) shall each soul know what it has put forward.
15. So verily I call to witness the Planets - that recede,
16. Go straight, or hide;
17. And the Night as it dissipates;
18. And the Dawn as it breathes away the darkness;-
19. Verily this is the word of a most honorable Messenger,
20. Endued with Power, held in honor by the Lord of the Throne,
21. With authority there, (and) faithful to his trust.

In Surath Al-'Infitar
1. When the Sky is cleft asunder;
2. When the Stars are scattered;
3. When the Oceans are suffered to burst forth;
4. And when the Graves are turned upside down;-
5. (Then) shall each soul know what it hath sent forward and (what it hath) kept back.

In Surath `Abasa
34. That Day shall a man flee from his own brother,
35. And from his mother and his father,
36. And from his wife and his children.
37. Each one of them, that Day, will have enough concern (of his own) to make him indifferent to the others.

sumber dari: secret2100.blogspot.com

Participation of the Inner Self




Reading the Qur'an, the tilawah, must involve your whole 'person'. 



Only thus will you be able to elevate your encounter with the Qur'an to the level where you can be called a 'true' believer in the Qur'an (al-Baqarah 2: 121).

What is the Heart?

The more important part of your 'person' is your inner self. This inner self the Qur'an calls the qalb or the 'heart'. The heart of the Prophet, blessings and peace be on him, was the first recipient of the Qur'anic message:

Truly it has been sent down by the Lord of all the worlds, the Trustworthy Spirit has alighted with it upon your heart [O Prophet], that you may be one of the warners ... (al-Shu'ara' 26: 1924).

You will therefore reap the full joys and blessings of reading the Qur'an when you are able to involve your heart fully in your task.

The 'heart', in Qur'anic vocabulary, is not the piece of flesh in your body, but the centre of all your feelings, emotions, motives, drives, aspirations, remembrance and attention. It is the hearts which soften (al-Zumar 39: 23), or harden and become stony (al-Baqarah 2: 74). It is they which go blind and refuse to recognize the truth (al-Hajj 22: 46) for it is their function to reason and understand (al-A'raf 7: 179;al-Hajj 22: 46; Qaf 50: 37). In hearts, lie the roots of all outward diseases (al-Ma'idah 5: 52); they are the seat of all inner ills (al-Baqarah 2: 10); hearts are the abode of Iman (al-Ma'idah 5: 41) and hypocrisy (al-Tawbah 9: 77). It is the hearts, again, which are the centre of every good and bad thing, whether it be contentment and peace (al-Ra'd 13: 28), the strength to face afflictions (al-Taghabun 64: 11), mercy (al-Hadid 57: 27), brotherly love (al-Anfal 8: 63), taqwd (al-Hujurat 49: 3; al-Hajj 22: 32); or, doubt and hesitation (al-Tawbah 9: 45), regrets (Al 'Imran 3: 156), and anger (al-Tawbah 9: 15). 


Finally it is, in reality, the ways of the heart for which we shall be accountable, and only the one who brings before his God a sound and whole heart will deserve to be saved.

God will not take you to task for a slip, but He will take you to task for what your hearts have earned (al-Baqarah 2: 225).

The Day when neither wealth nor children shall profit, [and when] only he [will be saved] who comes before God with a sound heart [free of evil] (al-Shu'ara' 26: 88-9).

You must therefore ensure that so long as you are with the Qur'an, your heart remains with you. The heart not being that piece of flesh but what the Qur'an calls qalb.

This should not prove difficult if you remain conscious of a few things and observe certain actions of heart and body The seven prerequisites described earlier lay the foundation for the fuller participation of your inner self in reading the Qur'an. In addition to these, the taking of a few more steps will greatly increase the intensity and quality of this involvement of the heart.




sumber dari: afifichestclinic.ning.com

Monday, 15 July 2013

The Relativity of Time Revealed in the Qur’an




Timeless Reality. Image Credit: violscraper via flickr.


The relativity of time, discovered by 20th-century science, was revealed 1,400 years ago in the Qur’an.
For example, Allah emphasizes in several verses that the life of this world is very brief. Our Lord has informed us that the average human life span is as brief as “an hour of a single day”:

On the Day He calls you, you will respond by praising Him and think that you have only tarried a very short time. (Surat al-Isra’, 52)

On the day We gather them together—when it will seem if they had tarried no more than an hour of a single day—they will recognize one another. . . (Surah Yunus, 45)

In some verses, Allah reveals that time is much shorter than people imagine:

He will ask, “How many years did you tarry on the Earth?” They will say, “We tarried there for a day or part of a day. Ask those able to count!” He will say, “You tarried there for only a little while, if you did but know!” (Surat al-Muminun, 112-114)

In other verses of the Qur’an, it is revealed that time passes at different speeds in different dimensions. For example, it is stated that one day in the Sight of Allah is equal to one thousand human years. (Surat al-Hajj, 47)

Other verses on this subject read as follows:

The angels and the Spirit ascend to Him in a day whose length is fifty thousand years. (Surat al-Ma‘arij, 4)

He directs the whole affair from heaven to Earth. Then it will again ascend to Him on a Day whose length is a thousand years by the way you measure. (Surat as-Sajda, 5)

The Companions of the Cave, a group of believers to whom Allah refers in the Qur’an, were kept in a profound slumber for around 300 years. When He later woke them, these people thought that a very short period of time had elapsed, and were unable to estimate for how long they had slept:

So We sealed their ears with sleep in the cave for a number of years. Then We woke them up again so that we might see which of the two groups would better calculate the time they had stayed there. (Surat al-Kahf, 11-12)

That was the situation when we woke them up so they could question one another. One of them asked, “How long have you been here?” They replied, “We have been here for a day or part of a day.” They said, “Your Lord knows best how long you have been here.” . . . (Surat al-Kahf, 19)

In the following verse, Allah also reveals an important proof of the fact that time is essentially a psychological perception:

Or the one who passed by a town which had fallen into ruin? He asked, “How can Allah restore this to life when it has died?” Allah caused him to die a hundred years then brought him back to life. Then He asked, “How long have you been here?” He replied, “I have been here a day or part of a day.” He said, “Not so! You have been here a hundred years. Look at your food and drink—it has not gone bad—and look at your donkey so We can make you a Sign for all mankind. Look at the bones—how We raise them up and clothe them in flesh.” When it had become clear to him, he said, “Now I know that Allah has power over all things.” (Surat al-Baqara, 259)

These verses reveal that time is relative rather than absolute. It varies according to perception and the observer, and that fact was revealed 1,400 years ago in the Qur’an.


sumber dari: harunyahya.com