Showing posts with label Al-'Ankabut. Show all posts
Showing posts with label Al-'Ankabut. Show all posts

Tuesday, 10 June 2014

12 Kaum Yang Dibinasakan Allah SWT







1. Kaum Nabi Nuh.
Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang engkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh (Surah Al-Ankabut : 14).

2. Kaum Nabi Hud.
Nabi Hud diutus untuk kaum ‘Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (Surah Attaubah: 70, Alqamar: 18, Fushshilat: 13, Annajm: 50, Qaaf: 13).

3. Kaum Nabi Salleh.
Nabi Salleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Salleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka (Surah ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).

4. Kaum Nabi Luth.
Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyonsang, iaitu berminat dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian). Banyak kali diberi peringatan, mereka tidak mahu bertaubat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya tertimbun di bawah runtuhan rumah mereka sendiri (Surah Alsyu’araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, Qaf: 12).

5. Kaum Nabi Syuaib.
Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah kerana mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perniagaan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Banyak kali mereka berlindung di tempat yang teduh, perkara itu tidak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa (Surah Attaubah: 70, Alhijr: 78, Thaaha: 40, dan Alhajj: 44).
Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pohonnya sangat rimbun. Kaum ini menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah) (Surah AlHijr: 78, Alsyu’araa: 176, Shaad: 13, Qaaf: 14).

6. Firaun.
Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun mengaku sebagai tuhan. Dia akhirnya maut di Laut Merah dan jasadnya berjaya diselamatkan. Hingga kini masih boleh disaksikan di museum mumi di Mesir (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).

7. Ashab Al-Sabt.
Mereka adalah segolongan fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestin). Mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dilaknat Allah menjadi kera yang hina (Surah Al-A’raaf: 163).

8. Ashab Al-Rass.
Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Salleh. Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib.
Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Mereka menyembah patung. Ada pula yang menyebutkan, pelanggaran yang mereka lakukan kerana mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam perigi sehingga mereka dibinasakan Allah (Surah Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).

9. Ashab Al-Ukhdudd.
Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yang sedang menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Allah SWT (Surah Alburuuj: 4-9).

10. Ashab Al-Qaryah.
Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras (Surah Yaasiin: 13).

11. Kaum Tubba’.
Tubaa’ adalah nama seorang raja bangsa Himyar yang beriman. Namun, kaumnya sangat engkar kepada Allah hingga melampaui batas. Maka, Allah menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju. Salah satunya adalah empangan air (Surah Addukhan: 37).

12. Kaum Saba.
Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Kerana mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan empangan Ma’rib dengan banjir besar (Al-Arim) (Surah Saba: 15-19).



sumber dari: nine.gapuranetwork.net/

Hafalan Alquran Dapat Mencegah Berbagai Penyakit






Sebuah kajian baru membuktikan bahwa semakin banyak hafalan seseorang terhadap Al-Qur’an Al-Karim, maka semakin baik pula kesehatan. Dr. Shalih bin Ibrahim Ash-Shani’, guru besar psikologi di Universitas Al-Imam bin Saud Al-Islamiyyah, Riyadh, meneliti dua kelompok responden, yaitu mahasiswa/i Universitas King Abdul Abdul Aziz yang jumlahnya 170 responden, dan kelompok mahasis Al-Imam Asy-Syathibi yang juga berjumlah 170 responden.
 
Peneliti mendefinisikan kesehatan psikologis sebagai kondisi dimana terjadi keselarasan psikis individu dari tiga faktor utama: agama, spiritual, sosiologis, dan jasmani. Untuk mengukurnya, peneliti menggunakan parameter kesehatan psikis –nya Sulaiman Duwairiat, yang terdiri dari 60 unit.
 
Penelitian ini menemukan adanya korelasi positif antara peningkatan kadar hafalan dengan tingkat kesehatan psikis, dan mahasiswa yang unggul di bidang hafalan Al-Qur’an itu memiliki tingkat kesehatan psikis dengan perbedaan yang sangat jelas.
 
Ada lebih dari tujuh puluh kajian, baik Islam atau asing, yang seluruhnya menegaskan urgensi agama dalam meningkatkan kesehatan psikis seseorang, kematangan dan ketenangannya. Sebagaimana berbagai penelitian di Arab Saudi sampai pada hasil yang menegaskan peran Al-Qur’an Al-Karim dalam meningkatkan ketrampilan dasar siswa-siswa sekolah dasar, dan pengaruh yang positif dari hafalan Al-Qur’an untuk mencapai IP yang tinggi bagi mahasiswa.
 
Kajian tersebut memberi gambaran yang jelas tentang hubungan antara keberagamaan dengan berbagai bentuknya, terutama menghafal Al-Qur’an Al-Karim, dan pengaruh-pengaruhnya terhadap kesehatan psikisi individu dan kepribadiannya, dibanding dengan individu-individu yang tidak disiplin dengan ajaran-ajaran agama, atau tidak menghafal Al-Qur’an, sedikit atau seluruhnya.
 
Komentar terhadap Kajian:
 
Setiap orang yang menghafal sebagian dari Al-Qur’an dan mendengar bacaan Al-Qur’an secara kontinu itu pasti merasakan perubahan yang besar dalam hidupnya. Hafalan Al-Qur’an juga berpengaruh pada kesehatan fisiknya. Melalui pengalaman dan pengamatan, dipastikan bahwa hafalan Al-Qur’an itu dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada seseorang, dan membantunya terjaga dari berbagai penyakit.
 
Berikut ini adalah manfaat-manfaat hafalan Al-Qur’an, seperti yang penulis dan orang lain rasakan:
 
1. Pikiran yang jernih.
2. Kekuatan memori.
3. Ketenangan dan stabilitas psikologis.
4. Senang dan bahagia.
5. Terbebas dari takut, sedih dan cemas.
6. Mampu berbicara di depan publik.
7. Mampu membangun hubungan sosial yang lebih baik dan memperoleh kepercayaan dari orang lain.
8. Terbebas dari penyakit akut.
9. Dapat meningkatkan IQ.
10. Memiliki kekuatan dan ketenangan psikilogis.
 
Karena itu Allah berfirman, “Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang lalim.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 49)
 
Ini adalah sebagian dari manfaat keduniaan. Ada manfaat-manfaat yang jauh lebih besar di akhirat, yaitu kebahagiaan saat berjumpa dengan Allah, memperoleh ridha dan nikmat yang abadi, mendapatkan tempat di dekat kekasih mulia Muhammad Saw.



sumber dari: alkautsar-rt.blogspot.com/

Friday, 18 April 2014

nescaya akan hilang bisanya








Surah An Nur :- 
Baca nescaya terhindar dari mimpi-mimpi buruk.
 

Surah An Nur Ayat 35 :- 
Baca setiap hari Jumaat sebelum solat Asar, nescaya disegani oleh orang ramai.
 

Surah Al Furqan :- 
Baca 3 kali dalam air dan percikkan dalam rumah, nescaya selamat dari gangguan binatang liar dan ular.
 

Surah Asy Syu'ara' Ayat 130 :- 
Baca 7 kali dengan senafas pada orang-orang yang digigit binatang bisa, nescaya akan hilang bisanya.
 

Surah An Naml :- 
Baca nescaya nikmat-nikmat Allah akan kekal kepadanya.
 

Surah Al Ankabut :- 
Nescaya demam sembuh dan juga terhindar dari gelisah.
 

Surah Ar Rum :- 
Baca nescaya Allah akan binasakan orang-orang yang hendak menzaliminya.
 

Surah Luqman :- 
Baca nescaya terhindar dari segala penyakit-penyakit perut.




sumber dari: virtualfriends.net/

Thursday, 10 April 2014

Nikmat khusyuk solat







TUGAS utama Nabi Muhammad SAW dan rasul adalah untuk membina diri manusia supaya berakhlak mulia serta beramal salih. Pembangunan diri manusia, pembangunan insan adalah menjadi tonggak segala pembangunan lain.

Bagaimana manusia boleh membangunkan akhlak mulia boleh difahami dan dipelajari dalam peristiwa Isra’ Mikraj, yang mana Nabi Muhammad SAW dibawa melihat setiap kelakuan manusia, nyata atau ghaib.

Berdasarkan gagasan Isra’ Mikraj, solat fardu lima waktu menjadi perintah utama kerana ia ibu segala amal ibadah, wajib dilaksanakan sama ada ketika sihat atau sakit, menjadi tonggak kekuatan agama, menggugurkan segala dosa dan menyelamatkan azab kubur.

Maka kecelakaan besar bagi orang yang sembahyang. (Iaitu) mereka yang berkeadaan lalai daripada menyempurnakan sembahyangnya. – Surah An-Najm, Ayat 5

Selain itu kualiti solat juga akan menentukan kualiti pelaksanaan ibadah lain. Wujud perkaitan kuat jika seseorang itu lemah melaksanakan solat, maka ibadah lain mempunyai tahap yang sama. Berdasarkan perkaitan ini, amalan solat adalah amalan yang dapat mencegah kemungkaran.

Firman Allah yang bermaksud:
“Sesungguhnya sembahyang itu mencegah daripada perbuatan keji dan mungkar; dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya); dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Ankabut, ayat 45)

Jika solat itu dibuat secara lalai maka ia boleh mendatangkan musibah dan memberi kesan buruk terhadap kelakuan seseorang.

Firman Allah yang bermaksud:
“Maka kecelakaan besar bagi orang yang sembahyang. (Iaitu) mereka yang berkeadaan lalai daripada menyempurnakan sembahyangnya.” (Surah al-Maa’un, ayat 5)

Maksud lalai ialah mereka yang melakukan solat tidak menyedari bilangan rakaatnya, malas melakukan solat sehingga bertangguh-tangguh kerana mengutamakan pekerjaan lain, terburu-buru melakukan solat dan tidak merasai nikmat melakukan solat pada awal waktu.

Memandangkan solat adalah perintah Allah SWT, maka pelaksanaan solat hendaklah dilaksanakan secara khusyuk mengikut peraturan tertentu. Solat yang hakiki dilakukan secara khusyuk akan melindungi seseorang daripada melakukan perbuatan berdosa.

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Perbezaan antara manusia dan perbezaan antara syirik dan kufur ialah meninggalkan solat.” (Hadis riwayat Muslim)

Walaupun tidak dapat bertemu Allah SWT seperti dialami Nabi Muhammad SAW berdasarkan gagasan Isra’ Mikraj, kita dapat berhadapan dengan Allah SWT dalam solat dengan syarat, hati kita sepenuhnya mengingati Allah dengan menghindari penyakit syahwat atau bisikan duniawi.

Kedua, hati kita sentiasa mengagungkan Allah SWT dan merasa Allah sentiasa melihat diri kita dan ketiga, hati kita sentiasa meresapi makna ayat al-Quran yang di baca dalam solat.

Menurut Imam Ghazali, antara amalan membentuk solat yang khusyuk ialah memastikan sumber rezeki adalah halal, mendirikan solat seolah-olah akan menghadapi kematian pada esok hari, mendirikan solat pada awal waktu.

Memahami pengertian bacaan dalam solat, mengambil wuduk dengan sempurna dan pakaian bersih, memiliki sifat malu kepada Allah SWT jika pelaksanaan solat itu tidak sempurna.

Akhlak yang kurang baik dan keruntuhan moral dideritai segolongan umat Islam kini berpunca daripada solatnya tidak khusyuk menyebabkan mereka masih melakukan perbuatan keji dan maksiat. Mereka ini melakukan solat tetapi masih juga melakukan perbuatan berdosa.

Gagasan dan kebenaran dalam Isra’ Mikraj ini hendaklah kita teladani, pelajari serta dihayati sebaik mungkin, untuk mengelakkan diri daripada melakukan pelbagai kejahatan, kemungkaran serta terjerumus gaya hidup berdosa.

Firman Allah SWT yang bermaksud:

“Sesungguhnya orang munafik itu melakukan tipu daya terhadap Allah, dan Allah pula tetap membalas tipu daya mereka. Mereka pula apabila berdiri hendak sembahyang, mereka berdiri dengan malas. Mereka riak kepada manusia, dan mereka pula tidak mengingati Allah melainkan sedikit sekali.” (Surah an-Nisaa’, ayat 142).



sumber dari: http://albakriah.wordpress.com/

Friday, 7 March 2014

Jiwa yang Mulia




1296529620611752158


Kita mengetahui bahwa kita sebagai manusia mempunyai komposisi ruhani dan bahwa Alloh SWT telah meniupkannya ruh-Nya ke dalam diri kita. Hakikat ruh itu sendiri tidak penting bagi kita. Karena Alloh SWT telah memerintahkan Rosul SAW agar menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya tentang ruh dengan jawab bahwa ruh adalah urusan Alloh SWT. Tidak diragukan lagi bahwa ruh merupakan unsur yang agung dan mulia karena merupakan urusan Alloh SWT. Tidak diragukan lagi bahwa ruh berada di alam metafisik, yang berada di luar ruang lingkup hukum-hukum alam. Ia berada di alam yang seluruhnya berisi cahaya dan sinar terang, semuanya jernih, tetapi ketika Al Qur’an yang mulia menyebutkan jiwa manusia, maka ia menyebutkan sifat-sifatnya.  

“Dan Kami telah menunjukkan dua jalan kepadanya.” (QS. Al Balad:10) 

“ Dan demi jiwa serta penyempurnaananya, maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” (QS. Asy-Syams: 7-8)

Jiwa manusia semata adalah jiwa yang diberi hak memilih. Ia dapat melakukan kebaikan dan keburukan. Ia mampu berbuat baik sebagaimana pula mampu berbuat buruk. Alloh SWT telah membuat berbagai sarana yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kebaikan, jika ia berorientasi kepadanya. Namun ia dapat pula digunakan untuk tujuan kejahatan jika ia berorientasi kepadanya. Inilah rahasia Alloh SWT, Robb Yang Maha Kuasa dan Maha Mengatur.
Sesungguhnya kita dapat melakukan perbuatan baik dan perbuatan buru, dan kita mampu membedakan antara keduanya. Rahasia pemberian Alloh ini selalu siap untuk ditingkatkan keilmuannya sampai pada puncak batas kemungkinan. Kita bukan malaikat yang seluruh hidupnya sarat dengan kebaikan, namun kita juga bukan setan yang seluruh hidup kita penuh dengan keburukan. Dengan kebijaksanaan Alloh SWT, kita dapay mengisi hidup kita dengan keduanya. Jadi, jiwa kemanusiaan kita memiliki batas-batas yang luas dan karakter yang elastis, yang dapat menerima kebaikan sebagaimana pula dapat menerima kejahatan.

Meskipun jiwa manusia dinilai sangat tinggi oleh Al Qur’an, sekalipun jiwa manusia mempunyai ilmu dan keutamaan, dan sekalipun ia bercahaya dan cemerlang, namun manusia tidak disebut di dalam Al Qur’an dengan gambaran bahwa ia memiliki kecenderungan kepada keburukan.

“ Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72)

“ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” (QS. Al A’adiyat: 6)

“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (QS. Al ‘Ashr: 1-2)

“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al Ma’arij: 19-21)

Hal ini semua disebabkan oleh kenyataan bahwa jiwa manusia yang menempati badan, sedangkan dengan kedudukan yang diberikan Alloh SWT itu, ia lupa dan bodoh, sehingga ia terpola dengan karakter bejana dan wadah yang ditempatinya. Ia terpola dengan kecenderungan materi dan karakteristik-karakteristiknya. Tidak ini saja, bahkan setan telah menguasainya. Setan akan terus menguasai dan memikatnya.

Jiwa manusia akan menjadi mulia jika jiwa itu melakukan amal sholih, sehingga martabatnya akan tinggi dihadapan manusia dan Alloh SWT.  

“ Sesungguhnya manusia benar-benar rugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan amal sholih.” (QS. Al ‘Ashr: 2-3). 

““Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir.Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat. Yaitu mereka yang terus menerus mengerjakan sholatnya.” (QS. Al Ma’arij: 19-23)


12965293461944782258


Jadi untuk mengatasi karat keburukan dan kemaksiatan dalam jiwa kita diperlukan pembersih noda. Di sana ada perjuangan yang harus dilakukan terus menerus. Alloh SWT tidak akan membiarkan kita sia-sia. Sebaliknya Alloh SWT mengirimkan para rasul yang membawa kita sehingga ruh dapat dijaga kesuciannya dan orientasi kita kepada Alloh SWT terus lestari dan subur, berkat karunia dan petunjuk Alloh SWT. Al Qur’an telah mengisyaratkan bahwa jiwa manusia dalam perjuangan ini mengalami beberapa tahapan dan peringkat. Maka, rutinkanlah hubungan kita dengan Alloh SWT, rutinkanlah zikir kita, rutinkanlah ketaatan kita kepada Alloh SWT, dan kuatkan perhatian kita kepada Alloh SWT. Inilah pelarut karat yang dapat mencemerlangkan jiwa kita manakal ia jatuh ke kubangan kemaksiatan dan keburukan.  

“ Dan aku tidak menganggap bahwa diriku terbebas dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu meyuruh kepada kejahatan…” (QS. Yusuf: 53).

Terakhir saya ingin mengingatkan diri saya khususnya, dan kita semua yang membaca tulisan ini dengan firman Alloh SWT yang berbunyi,  

“ Dan orang-orang berjihad untuk mencari keridhoan-Ku, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut: 69)

Marilah kita bermujahadah (bersungguh-sungguh) meningkatkan kemuliaan jiwa kita di sisi Alloh SWT dengan amal sholih dan iman kepada-Nya.

Wallahu A’lam



sumber dari: http://agama.kompasiana.com/

Shalat dan Sedekah Ibarat Dua Sisi Mata Uang







Dalam surat al-Ma’arij: 19-21, Allah SWT menjelaskan bahwa sifat-sifat dasar yang umumnya dimiliki manusia adalah berkeluh kesah, gelisah, dan bakhil. Kemudian pada ayat setelahnya Allah SWT menyampaikan pada kita tentang adanya insan-insan istimewa yang dapat mengikis sifat-sifat negatif tersebut.

Golongan pertama adalah orang-orang yang konsisten dan istiqomah dalam mengerjakan shalat. Manusia yang masuk dalam kelompok ini sangat memahami bahwa yang diinginkan oleh syariat tidak hanya sekedar melaksanakan shalat tanpa makna, akan tetapi shalat yang dapat memunculkan efek positif bagi para pelakunya.

Saudaraku, perhatikan firman Allah SWT, “...dan dirikinlah shalat, karena sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar...” (al-Ankabut: 45). Inilah yang diinginkan Allah SWT, mendirikan shalat, bukan sekedar melaksanakan shalat. Ketika seorang muslim telah mendirikan shalat, maka dipastikan ia akan menjadi seorang yang shaleh moralnya.

Selanjutnya golongan kedua adalah yang dapat memenej diri sehingga tidak banyak berkeluh kesah, gelisah, dan bakhil sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Ma’arij: 24-25, yang artinya, “Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia  bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).”

Diantara sekian banyak golongan manusia yang terselamatkan dari tabiat negatif umumnya manusia adalah orang-orang yang secara konsisten mendirikan shalat dan senantiasa menyisihkan sebagian hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan. Bisa dikatakan bahwa informasi ini mengandung muatan perintah. Perintah mendirikan shalat secara konsisten, langsung diikuti dengan perintah bersedekah. Para sahabat begitu perhatian dengan masalah shalat dan sedekah, sehingga tak ada satu orang pun dari mereka yang menganggap remeh keterkaitan antara shalat dan zakat.

At-Thabarani meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra. Ia berkata, “Kami telah diperintahkan untuk menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Barang siapa tidak menunaikan zakat , maka ia tidak mendapatkan pahala shalat”. Pernyataan ini menunjukkan betapa eratnya hubungan shalat dan sedekah yang sekali waktu diartikan zakat, hingga shalat seseorang yang enggan bersedekah tidak dianggap bermakna. Mengapa demikian? Karena shalat tersebut tidak mempunyai efek sedikitpun dalam membentuk pribadi berakhlak pelakunya. Ia hanya saleh untuk dirinya sendiri dengan shalatnya, akan tetapi ia tidak mempunyai kontribusi kebaikan yang dapat dirasakan orang lain dengan dermanya.

Saudaraku, disinilah kita semakin paham, ibadah shalat dikaitkan dengan sedekah. Shalat sebagai salah satu pondasi dasar bangunan Islam kala didirikan secara maksimal, sudah tentu akan membentuk berbagai karakter positif seorang muslim. Salah satunya sifat dermawan. Kedermawanan yang menghujam dalam diri seorang muslim terbentuk melalui proses pendekatan ibadah kepada Allah. Kala hati seorang muslim telah dekat dengan Rabb-nya, maka janji-janji Rabb-nya tentang keutamaan sedekah pasti akan ia respon dengan cepat. Ia betul-betul yakin bahwa sedekahnya tak akan membuatnya miskin. Ia yakin bahwa sedekahnya akan dibalas Allah SWT dengan balasan yang berlipat-lipat. Ia yakin bahwa sedekahnya akan menaikkan status dirinya menjadi hamba terkasih Allah SWT.



sumber dari: http://lazmm.org/

Sunday, 2 March 2014

Give me victory





Gambar: DUA OF (Lut (PBUH) FOR:
Victory

RECITATION & TAFSIR & MORE DETAILS:
http://quranicduas.com/surah-ankabut/#mg_ld_2157

TRANSLATION:
30. He said: "My Lord! Give me victory over the people who are Mufsidun (those who commit great crimes and sins, oppressors, tyrants, mischief-makers, corrupts).

He said: "My Lord! Give me victory over the people who are Mufsidun (those who commit great crimes and sins, oppressors, tyrants, mischief-makers, corrupts).



sumber dari: https://www.facebook.com/QuranicDuas

Sunday, 15 September 2013

mereka akan menaburkan tuduhan-tuduhan






Penyamun-penyamun tersebut akan memasang perangkap dengan apa cara sahaja untuk dapat menentang kamu dan memadamkan sinar dakwah kamu. Dalam usaha-usaha mereka ini, mereka akan menggunakan kerajaan yang lemah, akhlak yang rendah dan tangan-tangan yang sentiasa menadah sesuatu dari mereka tetapi melakukan kejahatan dan permusuhan terhadap kamu.

Kesemua mereka akan menaburkan salah faham dan tuduhan-tuduhan kabur terhadap dakwah kamu dan mereka akan terus berusaha untuk melemparkan tuduhan yang mengatakan bahawa dakwah kamu itu tidak sempurna, tempang dan songsang, sekalipun mereka melemparkan tuduhan-tuduhan itu dengan cara yang paling kotor, menggunakan kekuatan dan kekuasaan mereka, berlaku zalim dengan menggunakan harta kekayaan dan kedudukan mereka.

Tidak syak lagi kamu akan mengharungi dan menghadapi perkara-perkara tersebut dalam peringkat ujian dan cubaan, kamu akan ditangkap, dipenjara, dibuang daerah, dipindah dan diporak-perandakan. Segala kepentingan-kepentingan kamu akan dirampas, kerja-kerja kamu akan dibekukan dan rumah-rumah kamu akan digeledah. Boleh jadi masa ujian ini kamu melalui dalam satu jangka waktu yang panjang.

“Apakah manusia itu akan menyangka bahawa mereka dibiarkan (sahaja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji?”.- Al-Ankabut: 2

Tetapi, ingatlah bahawa setelah ujian-ujian ini, Allah telah menjanjikan akan member pertolongan kepada para pejuang Islam dan ganjaran bagi mereka yang beramal dan berbuat baik.

“Wahai orang-orang yang beriman! Mahukah kamu Aku tunjukkan sesuatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (iaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Nescaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam syurga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung. Dan (ada lagi) kurniaan yang lain yang kamu sukai (iaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin. Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong (agama) Allah? Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah”, lalu segolongan dari bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang”.- As-Saff: 10-14


sumber dari: juitamusa.blogspot.com

Tuesday, 11 June 2013

Duhai Hati, Janganlah Terkorban Dengan Dunia




alt
Sesekali hati mengeluh dengan kesusahan dan kepayahan hidup. Terasa pedih dan rapuh, sakitnya seperti tiada hati lain yang mampu mengerti.
Namun adakah kita sedar bahawa ia adalah ujian dari Allah?

Kepayahan itu sesungguhnya adalah satu bentuk tarbiyah-Nya kepada hati.
Pernah hati bersyukur kerana mendapat perhatian yang sedemikian dari Tuhannya?

Terlebih banyak mengadu dari bertahmid rasanya.

"Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Surah Al-Ankabut ayat 2-3)

"...dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (Surah Yusuf ayat 87)

Tak tersedarkah hati bahawa segala yang diberinya itu adalah nikmat; kebahagiaan adalah nikmat, sakit adalah nikmat, perit itu adalah nikmat.

Duhai hati, sedarlah, bukannya Tuhanmu tidak mendengar segala jerit perih, betapa pedih peritnya derita apa yang dialami, betapa segala yang hati ingin, tidak semua kan hati perolehi. Bukankah Dia sudah terang-terang berfirman:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Surah Al-Baqarah ayat 216)

Nah, Allah sendiri telah siap mengatur segala rencana perjalanan hidupnya hati. Mengapa harus merungut lagi dengan jalan yang ditempuhi?

Duri-duri dan halangan itu adalah rahmat. Redha dan pasrah lah, wahai hati.
Tidak sedarkah kita bahawa setiap langkah, setiap kudrat, setiap butir bicara, kerlip mata dan denyut jantung selama ini semuanya nikmat yang Allah beri dan pinjamkan lepada kita?

Selama ini, adakah setiap langkah dan kudrat digunakan untuk ke jalan kebaikan? Adakah setiap butir bicara hanya yang baik dan berhikmah sahaja?
Adakah kerlip mata dan sisa denyut jantung yang masih ada dimanfaatkan dengan amal ibadah?
Allah berhak mutlak ke atas hati kita. Kenapa hati kita masih perlu persoalkan mengapa ujian diturunkan kepada kita? Layakkah hati-hati ini mendapat syurga milik Allah SWT?

"Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amalan yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa dihisab." (Surah Al Mu'min ; ayat 39-40)

Duhai hati, janganlah terkorban dengan dunia... sesungguhnya hidup hati sebenarnya untuk mencari mati yang sempurna...


sumber dari: fenditazkirah.blogspot.com

Qarun : Pemilik Harta Karun






Qarun adalah salah seorang sepupu Musa, berasal dari Bani Israel. 

Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu’min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir’aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.
“Dan (juga) Qarun, Fir’aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (al-`Ankabut: 39-40)
Penyebutan dalam surah al-Mu’min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya.”Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.’” (al-Mu’min:23-24).

Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir’aun dan Haman. Allah telah menganugerahi Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.
Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.
Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.
Qarun mabuk dan terlena oleh harta dan kekayaannya. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justeru menolak seraya mengatakan “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”
Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh….”                                    
Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.
Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”


sumber dari: dausramli.blogspot.com

Thursday, 23 May 2013

bersyukurlah kita yang selama ini mereka tertawai







Pahit memang saat kita ditertawai karena dianggap orang aneh bagi mereka yang tak terjamah oleh hidayah-Nya. Saat kebanyakan orang memilih berakrab-akraban dengan wanita di sekitarnya sedang kita memilih untuk menundukkan pandangan,,

Bagaimana anehnya tindakan itu bagi mereka..

Saat kebanyakan orang memilih untuk berpacaran dengan alasan penjajakan sebelum menikah sedang kita memilih untuk menikah tanpa pacaran, Saat kebanyakan orang memilih untuk menggunakan pakaian ketat membentuk lekukan tubuh sedang kita memilih untuk berpakaian longgar yang dianggap kolot bagi mereka..
Saat kebanyakan orang memilih untuk membanggakan rambut indah mengurainya sedang kita memilih untuk menutupnya dengan jilbab yang berkibar kala tertiup angin.
Saat kebanyakan orang sibuk dengan urusannya masing-masing sedang kita memilih untuk sibuk dengan urusan ummat yang tak memberi keuntungan materi untuk kita. Saat kebanyakan orang diam dan membisu ketika agamanya dihina sedang kita memilih untuk meneriakkan kebenaran yang tak jarang gelar ‘teroris’ ekstrim radikal melekat pada kita..

Bagaimana anehnya semua tindakan itu bagi mereka, tdiak jarang mereka menertawai sikap kita. Tidak jarang mereka menjadikan sikap kita sebagai bahan tertawaan.. Betapa seringnya hinaan itu mebuat hati kita perih, betapa sering hinaan itu membuat hati kita menangis. Betapa seringnya hinaan itu mebuat hati kita menjerit, betapa sering hinaan itu membuat hati kita tersayat hingga luka..
Pedih dan perih bagaikan mengenggam bara api..

“Akan datang kepada manusia suatu masa, orang yang sabar pada masa itu bagaikan orang yang sedang menggenggam bara api”
HR. Tirmidzi

Kebaikan yang kita tawarkan kepada mereka seolah menjadi barang usang yang tak berharga,,

“Seorang manusia yang sehat akalnya akan memahami betapa berharganya berlian walau penuh dengan debu. Mereka yang tidak mengerti betapa berharganya berjalan di atas tali agama Allah, bagaikan binatang yang tidak mengerti akan nilai sebuah berlian. Bukan karena berlian itu berdebu, hanya saja hatinya usang karena tak terjamah oleh iman”

Maka bersyukurlah kita yang selama ini mereka tertawai,
Maka berbahagilah kita yang selama ini mereka hina..
Jika pedih menyayat hati, menagislah dalam sujudmu pada-Nya
Karena cacian dan hinaan mereka adalah syurga bagi kita kawan .

‘Apakah manusia menyangka mereka dibiarkan saja untuk berkata “kami telah beriman”. Padahal mereka belum diuji. Kami telah uji orang-orang sebelum mereka, supaya Allah mengetahui siapa yang benar keimanannya dan siapa yang dusta dalam keimanannya”. 
(QS. al-Ankabut: 2-3)

Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita istiqomah di jalan-Nya..

Allahumma Amin

Semoga bermanfaat ..

::Allahu ‘alam::



sumber dari: sejutakaryauntukummat.wordpress.com

Wednesday, 14 November 2012

apakah makna kehidupan kita.....






”Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS: Al-A’laa : 17).

Hidup adalah kumpulan hari, bulan, dan tahun yang berputar tanpa pernah kembali lagi. Setiap hari umur bertambah, usia berkurang. Hal itu berarti kematian kian dekat. Semestinya kita kian arif dan bijak menjalaninya, tetap dalam kesalehan, bertambah kuat akidah, semakin khusyuk dalam beribadah, dan mulia akhlak. Pada puncak kebaikan itu lalu kita wafat, itulah husnul khatimah.

Kehidupan jasad hanyalah sementara di dunia. Sedangkan kehidupan roh mengalami lima fase, yaitu: arwah, rahim, dunia, barzah, dan akhirat. Berarti hidup di dunia hanya terminal pemberhentian menuju akhirat. Allah SWT mengingatkan,

”Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS: Al-A’laa [87]: 17).

Rasulullah saw menggambarkan bahwa hidup ini tak ubahnya seorang musafir yang berteduh sesaat di bawah pohon yang rindang untuk menempuh perjalanan tanpa batas. Karena itu, bekal perjalanan mesti disiapkan semaksimal mungkin.

Sebaik-baik bekal adalah takwa (QS Albaqarah [2]: 197).

Orang bertakwa adalah orang yang sangat cerdas. Ia tidak mau terjebak pada ”keenakan” sesaat, tetapi menderita berkepanjangan. Karenanya, ia mengolah hidup yang sesaat ini menjadi berarti untuk kehidupan panjang tanpa akhir nanti.

”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabuut [29]: 64).

Hidup ini di bawah tatapan dan aturan Allah. Segalanya digulirkan dan digilirkan: hidup, lalu mati; kecil, akhirnya membesar; muda, lama-lama tua; dan muncul kesenangan, terkadang berganti kesedihan. Semua fana. Tetapi, di tengah kefanaan itu, umat Rasulullah yang paling sukses –sebagaimana dijelaskan dalam hadis –adalah yang paling banyak mengingat mati, lalu mempersiapkan hidup setelah mati.

================================================

Akhirnya, orang-orang cerdas akan tahu, sadar, dan yakin bahwa hidup bukan untuk mati, tetapi mati itulah untuk hidup. Hidup bukan untuk hidup, tetapi untuk Yang Mahahidup. Karenanya, jangan takut mati, jangan cari mati, jangan lupa mati, dan rindukanlah mati. Mengapa? Karena, kematian adalah pintu berjumpa dengan-Nya — perjumpaan terindah antara kekasih dengan Kekasihnya.

Subhanallaah, ternyata hidup ini surga, saudaraku.



sumber dari: sarikata.com

Wednesday, 7 November 2012

fenomena yang biasa kita lihat




Fenomena yang biasa saya lihat sewaktu menuntut di KMB tiga tahun lepas, bila tibanya musim exam, surau itu bertambah jemaahnya dua atau tiga saf. Hamba-hamba Allah yang dahulunya liat untuk keluar dari sarang-sarangnya di blok-blok asrama kini keluar bak kupu-kupu yang berterbangan menuju ke arah lampu kalimantan. Masing-masing yang merasakan dirinya perlu bergantung kepada Allah datang untuk sujud mengharap pada-Nya di tempat yang lebih afdhal untuk sujud iaitu masjid.


Ramai mengatakan fenomena ini tidak sihat. Mereka itu hanya keluar bila ada exam, sesudah exam mereka akan masuk balik ke dalam sarang-sarang mereka sebagaimana ayat Allah dalam surah Al-Ankabut:
Dalam pada itu, apabila mereka naik bahtera (lalu menemui sesuatu bahaya di laut), mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan doa yang tulus ikhlas kepadaNya. Kemudian setelah Allah menyelamatkan mereka (naik) ke darat, mereka berlaku syirik kepadaNya. (65)
Biarlah demikian. Persoalannya, sejauh mana kita tahu bahawa mereka yang keluar dari sarangnya hanya akan berbuat demikian ketika exam? Sejauh mana pula kita yang mengecam pasti kita tidak akan berbuat demikian? Apa yang pasti, pada musim ini, ramai yang terbuka hatinya untuk meletakkan pergantungannya kepada Allah, Rabbul A'lamin.

Inilah juga masanya untuk kita membelai-belai diri kita dengan peringatan-peringatan kerana peringatan-peringatan itu membasahkan hati. Apabila basah hati, maka tenanglah ia. Moga-moga dengan tenangnya hati itu dapat kita menelaah dengan tenang dan sekaligus menjawab exam dengan tenang.
Apa yang penting moga-moga dengan rapatnya diri kita kepada Allah di kala kita memerlukan ini, Allah terus membuka pintu hidayahNya agar kita terus istiqamah di dalam ubudiyyah kepada-Nya. Lebih-lebih lagi agar kita terus istiqamah di dalam mendalami pemahaman kita terhadap agamaNya.

Semoga kalian semua sukses di dalam exam ini.

Wallahuallam



sumber dari: iyabangalore.blogspot.com

The Origin of Photosynthesis



Çiçek


If you ask them, 
'Who created the heavens and the earth and made the sun and moon subservient?' 
they will say,
'Allah.' 
So how have they been perverted?
(Surat al-'Ankabut: 61)


sumber dari: harunyahya.com

solat itu mencegah perbuatan keji...........






“Dan dirikanlah solat, sesungguhnya solat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.” [Al-Ankabut :45]

Manusia, dengan solat, lebih dekat dirinya kepada ALLAH. Dengan solat, manusia dapat memelihara diri dari kemungkaran. Dengan solat, orang Islam dan orang Kafir dapat dibezakan. Dengan solat, hati kan menjadi tenang. Dengan solat, ramai orang yang sudah berjaya. Dengan solat, ada hamba ALLAh yang terpilih kembali kepada-Nya dalam sujud.. Dan, dengan solatlah kesempurnaan seorang hamba ALLAH.

Ada sesetengah daripada kita menunaikan solat hanya kerana kebiasaan atau hanya sebagai rutin yang hanya sekadar rutin bagi seorang Muslim. Dan ada sesetengah daripada kita hanya bertaqlid buta sahaja mengikut solat tanpa mengetahui sebab apakah untuk solat? Yang diketahui hanya, kerana kebiasaan orang Islam berbuat demikian ; rukuk, sujud maka hanya mengikut sahajalah.

Dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pelajar, seorang anak, seorang pendakwah kepada diri sendiri, seorang kakak atau abang, seorang sahabat dan kawan. Kadangkala terasa sungguh kita keletihan, dan adakalanya terbujur di atas tilam merehatkan badan yang terasa penat. Begitulah setiap hari yang kita lakukan. Dan kadang-kadang kerana kesibukan seperti di atas, ramai hamba ALLAH yang terleka. Terleka untuk ‘berehat’ beberapa minit di hadapan Tuan Punya Dunia.

Apabila Solat Itu Hanya ‘Kebiasaan’
Orang yang solat kerana hanya dilakukan sebagai rutin harian tanpa mengetahui kenapa perlu solat dan apa keperluan serta keajaiban solat hanya memenatkan diri sendiri rukuk dan sujud. Kerana pergerakan solat yang dilakukan tanpa memahami keistimewaan solat, akan terasa lebih berat, terasa lebih malas untuk melakukan solat.

Solat menjadi syarat yang dilakukan untuk mencukupkan syarat hidup. Dan jika solat ini hanya menjadi ‘kebiasaan’ sahaja, maka tidak hairanlah jika seseorang yang meninggalkan solat itu tidak berasa apa-apa. Kerana pada penetapan dalam fikirannya, solat ini hanya suatu ada dan rutin yang perlu dilaksanakan. Alangkah kasihannya kita!

Satu kehairanan bagi saya apabila saya tidak merasa apa-apa apabila mendengarkan azan. Saya takut. Saya takut adakah salah satu nikmat mencintai agama sendiri, ALLAh akan tarik? Oleh itu, saya berusaha untuk tidak menjadi golongan yang menganggap solat hanya ‘biasa-biasa’ sahaja.



sumber dari: cintailahi.com

kita akan sentiasa diuji





Setiap detik kehidupan kita perlu meyakini bahawa kita berada dalam ujian Allah sehingga roh bercerai daripada badan.

Firman Allah yang bermaksud:


“Apakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan saja mengatakan kami sudah beriman sedangkan mereka tidak diuji terlebih dulu. Dan sesungguhnya kami sudah menguji orang sebelum kamu maka sesungguhnya Allah maha mengetahui orang yang benar dan orang yang dusta,” (Surah al-Ankabut, ayat 2-3)



haruman ketaatan





Allah berfirman di dalam ayat kedua surah al-ankabut-

"Apakah kamu menyangka bahawa kamu akan dibiarkan dengan hanya berkata 'Kami telah beriman' sedangkan kamu belum diuji?"

Hakikatnya kehidupan ini ialah ujian. Ujian daripada Allah, untuk mengira siapakah antara kita yang mencapai piawaian 'ahsanu amala'. Allah nak uji siapa antara kita yang berjaya untuk menjadikan hidupnya harum dengan amalan yang terbaik, sebagaimana difirmankan oleh-Nya di dalam surah al-Mulk ayat 2.

Fudail bin Iyyad, seorang tabi'in mengatakan bahawa maksud 'ahsanu amala' ialah amalan yang paling ikhlas dan yang paling bertepatan dengan sunnah.

Kedua-duanya (iaitu ikhlas dan ittiba' sunnah) ialah resolusi daripada pemahaman manusia kepada kalimah syahadatain. Kerana bila mana kita mengatakan bahawa 'tiada tuhan melainkan Allah', makanya kita bermaksud untuk memusatkan seluruh ketaatan kita kepada-Nya sahaja. Tidak kepada kuasa-kuasa yang lain, dan tidak juga kepada sosok-sosok yang lain.

Apakah ada ruang untuk manusia yang beramal kepada Allah semata, untuk berasa letih dan kecewa bila tiada pujian yang dilemparkan kepadanya? Tiada penghargaan yang dikurnia kepadanya, tiada kesenangan yang ditumbuhkan kepadanya.

Maka, jika timbul di dalam dirinya sifat dan perasaan sebegitu, itu bermakna manusia itu sedang beramal untuk suatu yang bukan kerana Allah. Mungkin kerana manusia, dan mungkin kerana dunia.

Dalam kitab Ayyuhal Walad, pada pesanan keempat, Imam Ghazali rahimahullah menukilkan kisah seorang lelaki dari kalangan bani Israel yang telah beribadah selama 70 tahun. Allah berkehendak untuk menguji lelaki soleh ini, dengan mengutuskan seorang malaikat kepadanya untuk berkata, "Walau kamu telah beribadah selama 70 tahun lamanya, namun ia belum melayakkan kamu untuk masuk ke syurga."

Lalu dijawab pula oleh lelaki tadi, "Itu bukan urusan saya. Saya diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Maka itulah yang perlu saya lakukan."

Apabila malaikat itu kembali kepada Allah, dia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya Kau Maha Tahu akan apa yang dikatakan oleh hambaMu."

Lalu Allah berfirman, "Apabila hambaku tidak berpaling daripada beribadah kepada-Ku, maka Aku membalasnya dengan kemurahan-Ku. Aku juga tidak akan berpaling daripadanya. Wahai para malaikat-Ku, bersaksilah kamu semua bahawa Aku telah mengampuni segala dosa-dosanya."

Hari ini, berapa ramai manusia yang telah tertipu dengan amalnya? Mereka (termasuklah kita) menginginkan suatu yang segera dan mudah, saat beramal. Bila tak dapat dan diuji sedikit, kita cepat goyah. Sedikit demi sedikit, meninggalkan pula amalan!

Bahkan, bukan sedikit juga manusia yang tertipu dengan merasakan bahawa amalannya itu telah membawanya seolah-olah sehasta daripada pintu syurga. Kata-kata iblis, 'ana khairun minhu' diucapkan oleh nuraninya yang sudah basah dengan ego dan kesombongan. Wajarlah! Aku orang yang banyak beramal, maka aku secara automatik adalah lebih baik dan lebih betul daripada engkau!

Benarkah begitu?

Jika berlaku begitu, ternyata ada perkara yang tak kena pada diri kita. Kita masih kurang ikhlas dalam beramal. Subhanallah. Betapa ruginya seorang hamba, bilamana dia beramal dan beribadah sejak usia baligh, tetapi hingga ke tua, tidak ada satu pun amalnya yang ikhlas semata-mata kerana Allah.

Bagaimana pula jika amal itu pun dilakukan tanpa mengikuti sunnah? Huh, beramal ikut nafsu, ikut suka hati!

Allah....

Sekarang, kita perlu sedar bahawa kita sememangnya ada banyak perkara yang perlu diubah, diperbaiki baik daripada nilai ketundukan hati dan keikhlasan jiwa, mahupun aspek ilmu. Ibadah bukannya suatu yang direka, dan dijadikan bahan ikut-ikutan yang diwariskan, sebaliknya ibadah ialah legasi daripada ajaran Rasululullah. Nak beribadah, wajib ada ilmu. Maka, kalau kita habiskan kebanyakan masa kita dengan aktiviti tak bermanfaat, apakah ada alasan kita kepada-Nya bila kita kekal sebagai orang yang tidak berilmu?


sumber dari: iqbalsyarie.blogspot.com

Thursday, 23 February 2012

Al-'Ankabut -terjemahan



  

الم
1 . Alif . Lam . Mim .
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
2 . Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: Kami beriman, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)?
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
3 . Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang yang terdahulu daripada mereka, maka nyata apa yang diketahui Allah tentang orang yang sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahui-Nya tentang orang yang berdusta.
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَن يَسْبِقُونَا سَاء مَا يَحْكُمُونَ
4 . Bahkan patutkah orang yang melakukan kejahatan menyangka bahawa mereka akan terlepas dari azab Kami? Amatlah buruk apa yang mereka hukumkan itu.
مَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
5 . Sesiapa yang percaya akan pertemuannya dengan Allah, maka sesungguhnya masa yang telah ditetapkan oleh Allah itu akan tiba; dan Allah jualah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.
وَمَن جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
6 . Dan sesiapa yang berjuang maka sesungguhnya dia berjuang untuk kebaikan dirinya; sesungguhnya Allah Maha Kaya daripada sekalian alam.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
7 . Dan orang yang beriman serta beramal soleh, sesungguhnya Kami akan hapuskan dari mereka kesalahan-kesalahan mereka, dan Kami akan membalas apa yang mereka telah kerjakan dengan sebaik-baik balasan.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْناً وَإِن جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
8 . Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; dan jika mereka berdua mendesakmu supaya engkau mempersekutukan Dengan-Ku dengan sesuatu yang tidak engkau ketahui tentangnya, maka janganlah engkau taat kepada mereka. Kepada Akulah tempat kembali kamu kemudian Aku akan menerangkan kepada kamu segala yang kamu telah kerjakan.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ
9 . Dan orang yang beriman serta beramal soleh, sudah tentu Kami akan masukkan mereka dalam kumpulan orang yang soleh.
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِن جَاء نَصْرٌ مِّن رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ
10 . Dan ada sebahagian dari manusia yang berkata: Kami beriman kepada Allah; kemudian apabila ia diganggu dan disakiti pada jalan Allah, ia jadikan gangguan manusia itu seperti azab seksa Allah (lalu ia taatkan manusia). Dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu memberi kemenangan nescaya mereka akan berkata: Kami adalah sentiasa bersama-sama kamu. Bukankah Allah lebih tahu apa yang ada dalam hati sekalian makhluk?
وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ
11 . Dan sesungguhnya Allah mengetahui akan orang yang beriman, dan sesungguhnya Ia mengetahui akan orang yang munafik.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُم بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُم مِّن شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
12 . Dan berkata pula orang yang kufur ingkar kepada orang yang beriman: Ikutlah jalan agama Kami, dan kami akan menanggung kesalahan-kesalahan kamu, padahal mereka tidak akan dapat menanggung kesalahan mereka itu sedikitpun, dan sesungguhnya mereka adalah berdusta.
وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالاً مَّعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ
13 . Dan sesungguhnya mereka akan menanggung beban dosa mereka dan dosa orang yang mereka sesatkan bersama-sama dengan dosa mereka sendiri; dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari Kiamat kelak tentang apa yang mereka pernah ada-adakan secara dusta itu.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحاً إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَاماً فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
14 .Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya, maka tinggallah ia dalam kalangan mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun; akhirnya mereka dibinasakan oleh taufan sedang mereka berkeadaan zalim (dengan kufur derhaka).
فَأَنجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِّلْعَالَمِينَ
15 . Maka Kami selamatkan dia dan pengikut bahtera itu, dan Kami jadikan bahtera itu satu tanda kekuasaan Kami kepada sekalian makhluk.
وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
16 . Dan Nabi Ibrahim, tatkala ia berkata kepada kaumnya: Sembahlah kamu akan Allah dan bertakwalah kepada-Nya; yang demikian itu adalah baik bagi kamu jika kamu tahu (membezakan yang baik dari yang buruk).
إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَوْثَاناً وَتَخْلُقُونَ إِفْكاً إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقاً فَابْتَغُوا عِندَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
17 . Kamu hanyalah menyembah berhala-berhala bukan menyembah Allah, dan kamu hanya mengadakan penyembahan yang dusta. Sesungguhnya mereka yang kamu sembah yang lain dari Allah itu, tidak berkuasa memberi rezeki kepada kamu; oleh itu carilah rezeki dari sisi Allah, dan sembahlah akan Dia, serta bersyukurlah kepada-Nya; (ingatlah), kepada Allah jualah kamu akan dikembalikan.
وَإِن تُكَذِّبُوا فَقَدْ كَذَّبَ أُمَمٌ مِّن قَبْلِكُمْ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
18 . Dan jika kamu mendustakan (ajaran agama Allah), maka sesungguhnya umat-umat yang sebelum kamu pun telah mendustakan (Rasul-rasulnya); dan (ingatlah) tugas Rasul hanya menyampaikan dengan penjelasan yang terang nyata.
أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
19 . Tidakkah mereka memikirkan bagaimana Allah mencipta makhluk pada mulanya, kemudian Ia akan mengembalikannya (hidup semula). Sesungguhnya yang demikian itu amatlah mudah bagi Allah.
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
20 . Katakanlah: Mengembaralah kamu di muka bumi, serta lihatlah bagaimana Allah telah memulakan ciptaan makhluk-makhluk dari asal jadinya; kemudian Allah akan mencipta suatu ciptaan yang baharu pada hari Akhirat, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.






يُعَذِّبُُ مَن يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَن يَشَاءُ وَإِلَيْهِ تُقْلَبُونَ
21 . Ia menyeksa sesiapa yang dikehendaki-Nya, dan Ia juga yang merahmati sesiapa yang dikehendaki-Nya, dan kepada-Nyalah kamu semua akan dikembalikan.
وَمَا أَنتُم بِمُعْجِزِينَ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاء وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
22 . Dan kamu tidak akan dapat melepaskan diri di bumi dan juga di langit; dan kamu tidak akan mendapat pelindung dan penolong yang lain dari Allah.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ أُوْلَئِكَ يَئِسُوا مِن رَّحْمَتِي وَأُوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
23 . Dan orang yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka tetaplah akan menjadi orang yang putus asa dari rahmat-Ku; dan mereka pula akan beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya.
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَن قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ فَأَنجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
24 . Kemudian, seruan Nabi Ibrahim tidak dijawab oleh kaumnya melainkan dengan kata-kata (tentangan yang keras): Bunuhlah dia atau bakarlah dia. Maka Allah selamatkan Nabi Ibrahim dari api. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi kaum yang beriman.
وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُم مِّن دُونِ اللَّهِ أَوْثَاناً مَّوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُم بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُم بَعْضاً وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن نَّاصِرِينَ
25 . Dan Nabi Ibrahim berkata: Perbuatan kamu menyembah berbagai berhala, tidak menyembah Allah itu, hanyalah kerana menjaga hubungan kasih di antara kamu dalam kehidupan dunia ini; kemudian pada hari Kiamat kelak setengah kamu akan membantah setengahnya yang lain, dan setengah kamu pula akan melaknat setengahnya yang lain; dan tempat kembali kamu ialah neraka, dan kamu tak akan beroleh pertolongan dari sesiapa pun.
فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
26 . Maka Lut membenarkannya dan Ibrahim berkata: Aku hendak berhijrah kepada Tuhanku, sesungguhnya dialah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
27 . Dan Kami kurniakan kepadanya: Ishaq (anaknya) dan Yaqub (cucunya); dan Kami jadikan dalam kalangan keturunannya orang yang berpangkat Nabi dan menerima Kitab-kitab agama; dan Kami berikan balasannya yang baik di dunia; dan sesungguhnya adalah ia, pada hari Akhirat, dari orang yang soleh.
وَلُوطاً إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ الْعَالَمِينَ
28 . Dan (ingatkanlah peristiwa) Nabi Lut tatkala ia berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kamu melakukan perbuatan yang keji, yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun dari penduduk alam ini sebelum kamu.
أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ السَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنكَرَ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَن قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
29 . Patutkah kamu mendatangi orang lelaki (untuk memuaskan nafsu syahwat kamu)? Dan kamu memotong jalan lalu-lalang (untuk tujuan jahat kamu)? Dan kamu pula melakukan perbuatan yang mungkar di tempat-tempat perkumpulan kamu? Maka tidak jawapan kaumnya selain daripada berkata (secara mengejek-ejek): Datangkanlah kepada kami azab dari Allah jika betul engkau dari orang yang benar.
قَالَ رَبِّ انصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ
30 . Nabi Lut berdoa dengan berkata: Wahai Tuhanku, tolonglah daku terhadap kaum yang melakukan kerosakan (menderhaka).
وَلَمَّا جَاءتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا إِنَّا مُهْلِكُو أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ إِنَّ أَهْلَهَا كَانُوا ظَالِمِينَ
31 . Dan tatkala datang malaikat utusan Kami kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira, mereka berkata: Sebenarnya kami hendak membinasakan penduduk bandar ini, sesungguhnya penduduknya adalah orang yang zalim.
قَالَ إِنَّ فِيهَا لُوطاً قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَن فِيهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ وَأَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ
32 . Nabi Ibrahim berkata: Sebenarnya Lut ada di bandar itu. Mereka menjawab: Kami mengetahui akan orang yang tinggal di situ. Sesungguhnya kami akan menyelamatkan dia dan keluarganya serta pengikut-pengikutnya, kecuali isterinya, ia adalah dari orang yang dibinasakan.
وَلَمَّا أَن جَاءتْ رُسُلُنَا لُوطاً سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعاً وَقَالُوا لَا تَخَفْ وَلَا تَحْزَنْ إِنَّا مُنَجُّوكَ وَأَهْلَكَ إِلَّا امْرَأَتَكَ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ
33 . Dan tatkala datang utusan-utusan Kami kepada Nabi Lut, ia merasa dukacita dengan kedatangan mereka, dan merasa tidak terdaya untuk mengawal mereka; dan utusan-utusan itu berkata: Janganlah engkau takut dan janganlah berdukacita, sesungguhnya kami akan menyelamatkanmu dan keluargamu kecuali isterimu, ia adalah dari orang yang dibinasakan.
إِنَّا مُنزِلُونَ عَلَى أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ رِجْزاً مِّنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
34 . Sesunguhnya kami diutuskan untuk menurunkan atas penduduk bandar ini azab dari langit, disebabkan mereka melakukan kejahatan kufur dan maksiat.
وَلَقَد تَّرَكْنَا مِنْهَا آيَةً بَيِّنَةً لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
35 . Dan demi sesungguhnya, Kami telah tinggalkan bekas-bekasnya sebagai satu tanda bagi orang yang mahu memahaminya.
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْباً فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَارْجُوا الْيَوْمَ الْآخِرَ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
36 . Dan (Kami utuskan) kepada penduduk Madyan saudara mereka: Syuaib; lalu ia berkata: Wahai kaumku, sembahlah kamu akan Allah, dan kerjakanlah amal soleh dengan mengharapkan pahala akhirat, dan janganlah kamu melakukan kerosakan di bumi.
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ
37 . Maka mereka mendustakannya, lalu mereka dibinasakan oleh gempa bumi, serta menjadilah mereka tersungkur di tempat tinggal masing-masing.
وَعَاداً وَثَمُودَ وَقَد تَّبَيَّنَ لَكُم مِّن مَّسَاكِنِهِمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَكَانُوا مُسْتَبْصِرِينَ
38 . Dan Aad (kaum nabi Hud) dan Thamud (kaum Nabi Salih); dan telahpun ternyata kepada kamu sebahagian dari bekas tempat kediaman mereka; dan syaitan memperelokkan pada pandangan mereka: amal-amal mereka (yang jahat itu), lalu ia menghalangi mereka dari jalan Allah; padahal mereka orang yang bijak pandai dan berakal (yang dapat membezakan yang benar dan yang salah).
وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءهُم مُّوسَى بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ
39 . Dan (ingatkanlah juga peristiwa kebinasaan) Qaarun dan Firaun serta Haamaan. Dan demi sesungguhnya Nabi Musa telah datang kepada mereka membawa keterangan-keterangan yang jelas nyata, lalu mereka berlaku sombong di bumi (mendustakannya), padahal mereka tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah).
فَكُلّاً أَخَذْنَا بِذَنبِهِ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِباً وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
40 . Maka masing-masing Kami binasakan dengan sebab dosanya, iaitu di antaranya ada yang Kami hantarkan angin ribut menghujaninya dengan batu; dan ada yang dibinasakan dengan letusan suara yang menggemparkan bumi; dan ada yang Kami timbuskan dia di bumi; dan ada pula yang Kami tenggelamkan di laut. Dan (ingatlah) Allah tidak sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri.




مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاء كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتاً وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
41 . Misal bandingan orang yang menjadikan benda-benda yang lain dari Allah sebagai pelindung, adalah seperti labah-labah; Dan sesungguhnya sarang yang sehabis-habis reput ialah sarang labah-labah, kalaulah mereka orang yang mengetahui.
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ مِن شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
42 . Sesungguhnya Allah mengetahui (kepalsuan) apa jua yang mereka sembah yang lain daripada-Nya, dan Allah jualah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
43 . Dan misal-misal perbandingan yang demikian itu Kami kemukakan kepada umat manusia, dan hanya orang yang berilmu yang dapat memahaminya.
خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِّلْمُؤْمِنِينَ
44 . Allah mencipta langit dan bumi dengan cara yang layak dan berhikmat; sesunguhnya yang demikian itu mengandungi satu tanda bagi orang yang beriman.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
45 . Bacalah serta ikutlah (wahai Muhammad) akan apa yang diwahikan kepadamu dari Al-Qur'an, dan dirikanlah sembahyang (dengan tekun); sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar; dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya); dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa yang kamu kerjakan.
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
46 . Dan janganlah kamu berbahas dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali orang yang berlaku zalim di antara mereka; dan katakanlah Kami beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada kami dan kepada (Taurat dan Injil) yang diturunkan kepada kamu; dan Tuhan kami, juga Tuhan kamu, adalah Satu; dan kepada-Nyalah kami patuh dengan berserah diri.
وَكَذَلِكَ أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمِنْ هَؤُلَاء مَن يُؤْمِنُ بِهِ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الْكَافِرُونَ
47 . Dan demikianlah kami turunkan pula kepadamu (wahai Muhammad) Kitab Al-Qur'an ini. Maka orang yang Kami berikan Kitab (Taurat dan Injil) ada yang beriman kepada Al-Qur'an, dan juga sebahagian dari orang (Mekah) beriman kepadanya; dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat keterangan Kami melainkan orang yang berdegil dalam kekufurannya.
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذاً لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
48 . Dan engkau tidak pernah tahu membaca sesebuah kitab sebelum Al-Qur'an ini, dan tidak pula tahu menulisnya dengan tangan kananmu, kalaulah engkau dahulu pandai membaca dan menulis tentulah ada alasan bagi orang kafir yang menentangmu akan merasa ragu-ragu.
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
49 . (Al-Qur'an tetap datangnya dari Allah) bahkan ia ayat-ayat keterangan yang jelas nyata, yang terpelihara di dalam dada orang yang berilmu; dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat keterangan Kami melainkan orang yang zalim.
وَقَالُوا لَوْلَا أُنزِلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِّن رَّبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ عِندَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُّبِينٌ
50 . Dan mereka berkata: Mengapa tidak diturunkan kepadanya (mukjizat-mukjizat dari Tuhannya? Jawablah: Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu adalah tertentu bagi Allah, dan aku hanyalah seorang Rasul pemberi amaran yang jelas nyata.
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
51 . Tidakkah cukup bagi mereka bahawa Kami telah turunkan padamu Al-Qur'an yang dibacakan kepada mereka? sesungguhnya yang demikian rahmat dan peringatan bagi orang yang beriman.
قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيداً يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
52 . Katakanlah (wahai Muhammad): Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dengan kamu; Ia mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi. Dan mereka yang percaya kepada perkara yang salah dan tidak percaya kepada Allah, mereka itulah orang yang rugi.
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَوْلَا أَجَلٌ مُّسَمًّى لَجَاءهُمُ الْعَذَابُ وَلَيَأْتِيَنَّهُم بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
53 . Dan mereka meminta kepadamu menyegerakan kedatangan azab; dan kalau tidaklah kerana adanya tempoh yang telah ditetapkan, tentulah akan datang menimpa mereka; dan azab itu tetap akan datang menimpa mereka secara mengejut, sedang mereka tidak menyedarinya.
يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
54 . Mereka meminta kepadamu menyegerakan kedatangan azab itu, padahal sesungguhnya Neraka Jahanam tetap akan meliputi orang yang kafir.
يَوْمَ يَغْشَاهُمُ الْعَذَابُ مِن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ وَيَقُولُ ذُوقُوا مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
55 . Pada hari azab itu menyelubungi mereka dari sebelah atas mereka dan dari bawah kaki mereka; dan (malaikat yang melakukannya) akan berkata kepada mereka: Rasalah kamu (balasan) apa yang kamu telah kerjakan.
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ
56 . Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Sesungguhnya bumi-Ku adalah luas; oleh itu, hendaklah kamu ikhlaskan ibadat kamu kepada-Ku.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
57 . Tiap-tiap diri (sudah tetap) akan merasai mati, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Kami.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُم مِّنَ الْجَنَّةِ غُرَفاً تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
58 . Dan orang yang beriman serta beramal soleh, Kami akan tempatkan mereka dalam mahligai-mahligai di Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan yang sebaik-baiknya bagi orang yang beramal soleh.
الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
59 . (Iaitu) mereka yang sabar, dan mereka pula berserah diri bulat-bulat kepada Tuhannya.
وَكَأَيِّن مِن دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
60 . Dan (ingatlah) berapa banyak binatang yang tidak membawa rezekinya bersama, Allah jualah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada Kamu; dan Dialah jua Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.




وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
61 . Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka itu: Siapakah yang menciptakan langit dan bumi, dan yang memudahkan matahari dan bulan? Sudah tentu mereka akan menjawab: Allah. Maka bagaimana mereka tergamak dipalingkan (oleh hawa nafsunya).
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
62 . Allah memewahkan rezeki bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan (rezeki itu) baginya; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tetap tiap-tiap sesuatu.
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِن بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
63 . Dan sesungguhnya jika engkau bertanya kepada mereka itu: Siapakah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Ia hidup dengannya tumbuhan di bumi sesudah matinya? Sudah tentu mereka akan menjawab: Allah. Ucapkanlah: Alhamdulillah, bahkan kebanyakan mereka tidak memahami.
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
64 . Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah ibarat hiburan dan permainan; dan sesungguhnya negeri Akhirat itu ialah kehidupan yang sebenar-benarnya; kalaulah mereka mengetahui.
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
65 . Dalam pada itu, apabila mereka naik bahtera, mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan doa yang tulus ikhlas kepada-Nya. Kemudian setelah Allah menyelamatkan mereka (naik) ke darat, mereka berlaku syirik kepada-Nya.
لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
66 . Agar mereka yang kufurkan nikmat yang Kami telah berikan kepadanya, dan mereka yang bersuka ria di dunia; kelak mereka akan mengetahui akibatnya.
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَماً آمِناً وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ
67 . Dan tidakkah mereka perhatikan bahawa Kami telah menjadikan Mekah, tanah suci lagi aman; sedang manusia di sekeliling mereka sentiasa diculik? Oleh itu, patutkah mereka percaya kepada perkara yang salah, dan kufur akan nikmat-nikmat Allah?
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِباً أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكَافِرِينَ
68 . Dan tidaklah ada yang lebih zalim daripada orang yang mereka perkara-perkara yang dusta terhadap Allah, atau mendustakan kebenaran Bukankah di dalam Neraka Jahanam disediakan tempat tinggal bagi orang yang kafir?
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
69 . Dan orang yang berusaha berjuang kepada agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah adalah berserta orang yang berusaha membaiki amalannya.