Monday 9 January 2012

Pandangan jahiliyyah tentang jin



Secara umum masyarakat jahiliyah mempercayai adanya makhluk yang bernama jin, yang mereka yakini sebagai makhluk yang memiliki kekuatan tersembunyi. Menurut kepercayaan mereka, jin mampu mengakibatkan gangguan, di samping dapat juga memberi manfaat. Kerana itu, Alquran mengungkapkan, “Sebahagian mereka menyembah jin.” (Saba’: 41), bahkan dalam surah Ash-Shafaat ayat 158 ditegaskan bahawa, “Mereka mengadakan hubungan nasab antara Allah dan antara jin,” dan bahawa orang-orang musyrik “menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakan jin-jin itu.” (Al-An’am: 100).


Dari sini pula tidak jarang sebahagian mereka meminta bantuan jin dan perlindungannya sebagaimana tercantum dalam surah Al-Jin ayat 6. Tetapi, seperti bunyi ayat selanjutnya, “… jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan/kesulitan.”



Kepercayaan masyarakat jahiliyah tentang kemampuan jin memberi gangguan menghantar mereka menyembelih binatang sebagai sajian kepada jin pada saat mereka menghuni rumah baru, atau menggali sumur, dan sebagainya. Sementara, suku masyarakat jahiliyah mengadakan perjanjian kerja sama dalam bidang pertahanan dengan jin, bahkan konon terjalin hubungan perkahwinan antara mereka.


Keyakinan masyarakat jahiliyah menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada makhluk halus masih bertahan dalam benak sebahagian umat Islam hingga kini. Pakar hadis Badruddin al-Adin al-Sybli dalam bukunya Akaam al-Marjaan mengemukakan riwayat bahawa Ibnu al-Qayyim mengatakan kepadanya bahawa imam kelompok mazhab Hanafi di Mekah menceritakan kepadanya bahawa ketika dia menyaksikan sendiri penggalian sumur di Mekah, tiba-tiba salah seorang penggali sumur itu kerasukan dan terdengar darinya suara yang berkata, “Wahai kaum muslimin, tidak halal bagi kalian menganiaya kami. Maka sang imam berkata, ‘Apakah penganiayaan kami atas kalian?’ Dia menjawab, ‘Kami penghuni wilayah ini. Tidak seorang muslim pun kecuali saya; yang lain kini telah terbelenggu. Kalau kalian melanjutkan penggalian, pasti kalian akan mendapat gangguan dari mereka. Aku diutus untuk menyampaikan bahawa kalian tidak akan dibiarkan melaluinya, kecuali kalau membayar hak kami.’ ‘Apakah hak kalian?’ tanya sang imam. ‘Kalian mengambil seekor kerbau dan menghiasinya dengan hiasan sebaik-baiknya, kemudian menghantarnya kemari dan menyembelihnya, lalu kalian meninggalkan kaki, tangan, dan kepalanya di sumur Abdussamad. Adapun selebihnya maka itu urusan kalian. Setelah semua itu dilakukan, maka penggali yang kerasukan tadi sembuh.


Ibnu al-Qayyim yang dikutip oleh Al-Sybli di atas selanjutnya berkata, “Ini sama dengan adat mereka sebelum Islam, menghiasi wanita cantik kemudian melemparnya ke Sungai Nil agar Sungai Nil melimpah. Tetapi, kebiasaan ini terhenti melalui Umar Ibnu al-Khattab. Sebenarnya kejadian seperti di atas tidak perlu terjadi jika ada orang semacam Umar, burung kecil pun tidak perlu disembelih apalagi yang lebih besar.”


Kejadian seperti yang diceritakan di atas tidak berbeza dengan kejadian-kejadian yang sering kita dengar dari para penduduk desa di tanah air kita. Banyak kejadian-kejadian yang aneh terhadap suatu kegiatan-kegiatan penting masyarakat, seperti membangun rumah, membuat sumur, menebang pohon besar, pindahan rumah, acara hajatan, dan kegiatan-kegitan penting lainnya. Kejadian yang aneh itu seperti misalnya, seorang yang sedang mengadakan hajat mengalami kerasukan dan kemudian mengatakan agar membuat ini, itu untuk disimpan di suatu tempat (jamuan). Ada juga yang melalui mimpi, iaitu orang yang sedang hajatan itu bermimpi untuk membuat jamuan (pada jin), dll. Kejadian-kejadian seperti itu tidak kita nafikan bahawa hal itu memang terjadi secara nyata. Itulah sebabnya di berbagai tempat di tanah air, warga masyarakatnya sulit untuk melepas kepercayaan ini.


Di samping itu, sangat popular pula di kalangan masyarakat jahiliyah kerja sama antara para penyair manusia dengan para penyair jin. Menurut kepercayaan mereka, syair-syair indah merupakan hasil kerja sama itu. Adanya kepercayaan itulah agaknya yang menjadikan Alquran menegaskan keunggulan dengan mencabar manusia dan jin untuk membuat seperti Alquran.


“Katakanlah (hai Muhammad) seandainya manusia dan jin berkumpul untuk membuat seperti Alquran ini, mereka tidak akan mampu membuatnya walaupun sebahagian mereka membantu sebahagian yang lain.” (Al-Isra’: 88).

No comments:

Post a Comment