Showing posts with label Surah Fatir. Show all posts
Showing posts with label Surah Fatir. Show all posts

Tuesday, 22 April 2014

Infaqlah Harta Anda Pasti Allah Gandakannya







Infaq Apa yang Kamu Cinta & Sayang

(Surah Ali Imran: 92)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”


Mendekatkan Diri kepada Allah

(Surah At-Taubah: 99)

“Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Pinjaman kepada Allah (Infaq), Diampunkan Dosa

(Surah Al-Maidah: 12)

“Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik* sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

*Maksudnya ialah: menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban dengan hati yang ikhlas.


(Surah At-Taghabun: 17)

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun”


Rezeki – Allah Ganti Derma Kamu

(Surah Saba: 39)

“Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.”


Bisnes yang Tidak Rugi

(Surah Fatir: 29)

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,”


Infaq Sebelum Mati

(Surah Al-Munafiqun: 10)

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"”



Tidakkah seruan-seruan ini mampu mengetuk pintu hati anda? Hakikatnya orang yang berinfaq adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (membelanjakan) harta akan memperoleh barakah dan keuntungan. Tidak menghairankan jika orang yang berinfaq diibaratkan orang yang melabur dan menabung disisi Allah dengan jalan meminjamkan pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperolehnya berlipatganda. Sesungguhnya, orang-orang beriman merasakan janji Allah s.w.t sebagai pendorong kepada dia untuk bekerja kuat, beramal soleh dan berjihad pada jalan-Nya. Janji-janji Allah itu benar dan Dia tidak sekali-kali akan memungkiri janji-janji-Nya. Jadi ayuh, sambutlah Ramadhan dengan semangat berderma dan bersedekah sebanyak-banyaknya di jalan Allah.
 
 
 
sumber dari:  misrihjbohari.blogspot.com/

Wednesday, 2 April 2014

NAMA-NAMA NERAKA DAN SYURGA




NERAKA

1. NERAKA HAWIYAH: diperuntukkan atas orang-orang yang ringan timbangan amalnya, yaitu mereka yang selama hidup di dunia mengerjakan kebaikan bercampur keburukan. Orang muslim laki-laki maupun perempuan yang perbuatan sehari- harinya tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka Hawiyah sebagai tempat tinggalnya. Mereka ini yaitu orang yang tidak mau menerima syariat Islam, tidak mau memakai jilbab (bagi wanita), memakai sutra dan emas (bagi lak- laki), mencari rejeki dengan cara tidak halal, memakan riba dan lain sebagainya. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al-Qori’ah ayat 8-11)

2. NERAKA JAHIM adalah neraka sebagai tempat penyiksaan atas orang-orang musyrik atau orang-orang yang menyekutukan ALLAH, maka sesembahan mereka akan datang untuk menyiksa mereka. Orang yang di dunia menyembah sapi (bangsa Hindu) maka sapi yang akan menyiksa orang itu. Orang yang menyembah patung berbentuk hewan, maka patung itu yang akan menyiksanya. Dan demikian selanjutnya. Syirik disebut sebagai dosa yang paling besar menurut ALLAH, karena syrik berarti mensekutukan ALLAH atau menganggap ada mahluk yang lebih hebat dan berkuasa sehebat ALLAH. Syirik dapat pula berarti menganggap ada Tuhan lain selain ALLAH. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (As-Syu’araa, ayat 91), (Asy-Syu’ara’) dan (Surah As-Saffat)

3. NERAKA SAQAR adalah tempat untuk orang-orang munafik, yaitu orang-orang yang mendustakan (tidak mentaati) perintah ALLAH dan Rasulullah. Mereka mengetahui bahwa ALLAH sudah menentukan hukum Islam melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi mereka meremehkan syariat (hukum) Islam. Maka dibakar dalam api adalah hukuman untuk mereka. Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surah (Al-Muddatsir ayat 26-27,42)
 
4. NERAKA LAZZA: neraka yang bergejolak apinya dan mengelupaskan kulit kepalanya. (QS:70. Al Ma´aarij] 15-18)

5. NERAKA HUTHAMAH: itu disediakan untuk orang yang suka mengumpulkan harta, serakah dan menghina orang-orang miskin. Mereka berpaling dari agama, tidak mau bersedekah dan tidak mau pula membayar zakat. Mereka juga memasang wajah masam apabila ada orang miskin yang meminta bantuan. Maka ALLAH membalas dengan menyiksa mereka dengan cara menguliti dan mengelupaskan kulit muka mereka. Serta membakar mereka semau yang ALLAH mau. NERAKA HUTHAMAH disediakan untuk gemar mengumpulkan harta berupa emas, perak atau platina, mereka serakah tidak mengeluarkan zakat hartanya dan mencela menghina orang-orang miskin. Maka di Huthamah harta mereka dibawa dan dibakar untuk diminumkan sebagai siksa kepada manusia pengumpat pengumpul harta. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al-Humazah)

6. NERAKA SAIR diisi oleh orang-orang kafir. Dan orang yang memakan harta anak yatim. Kafir berasal dari kata kufur yang berarti ingkar atau menolak. Sehingga kafir dapat diartikan menolak adanya ALLAH atau dengan membantah perintah ALLAH dan Rasul-NYA. Jadi manusia kafir itu terdiri dari: Orang yang tidak beragama Islam atau orang yang tidak mau membaca syahadat. Orang Islam yang tidak mau shalat. Orang Islam yang tidak mau puasa. Orang Islam yang tidak mau berzakat. Didalam Al-Qur’an terdapat pada (An-Nisa’ ayat 10), (Al-Mulk ayat 5,10,11)

7. NERAKA WAIL disediakan untuk para pengusaha dan pedagang yang culas, mengurangi timbangan, mencalo barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat. Maka dagangan mereka dibakar dan dimasukkan ke dalam perut mereka sebagai azab atas dosa-dosa mereka. Surah (Al-Tatfif) dan (Surah At-Tur). Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surah (Al-Muthaffifin, ayat 1-3)

8. NERAKA JAHANAM: Neraka tempat penyiksaan itu kemudian banyak disebut orang dengan nama jahanam. Neraka yang paling dalam dan berat siksaannya. Al-Qur’an surah (Al Hijr, 43-44). “Bahwasanya orang-orang kafir dan orang aniaya itu tidak akan diampuni Allah, dan tidak pula ditunjuki jalan, melainkan jalan ke Neraka Jahannam. Mereka kekal dalam neraka itu selama-lamanya. Yang demikian itu mudah sekali bagi Allah”(An-Nisa: 169)

SURGA
 
1. SURGA FIRDAUS: surga yang diperuntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya, menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia, aktif menunaikan zakat, menjaga kemaluannya, memelihara amanah, menepati janji, dan memelihara sholatnya. dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al Kahfi, ayat 107) dan surah(Al Mu’minuun, ayat 9-11).

2. SURGA ‘ADN: surga yang diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada Allah (An Nahl:30-31), benar-benar beriman dan beramal shaleh (Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir: 32-33), sabar, menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23)

3. SURGA NAIM: surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah dan beramal shaleh. dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Luqman, ayat 8) dan (Al Hajj, ayat 56)

4. SURGA MA’WA: surga yang diperuntukan bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah (An Najm: 15), beramal shaleh (As Sajdah: 19), serta takut kepada kebesaran Allah dan menahan hawa nafsu (An Naziat : 40-41)

5. SURGA DARUSSALAM: surga yang diperuntukkan bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya, memperhatikan ayat-ayat Allah serta beramal shaleh. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal sholeh yang selalu mereka kerjakan.” (QS. 6:127)

6. SURGA DARUL MUQAMAH: surga yang diperuntukkan bagi orang yang bersyukur kepada Allah. Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana yg disebutkan di dalam surat (Faathir ayat 35).

7. SURGA AL-MAQAMUL AMIN: surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman (Ad Dukhan, ayat 51)

8. SURGA KHULDI: surga yang diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (orang-orang yang bertakwa). Katakanlah: “Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang Telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?” dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka?” (Al Furqaan, ayat 15)
 




sumber dari: http://suararakyatfm.blogspot.com/

Tuesday, 14 January 2014

Surah Al-Quran yang boleh diamalkan Ibu mengandung




a heavily pregnant woman


 Salam Telusuri
Menambahkan lagi info semasa
Suri jumpa artikel nih di fb
Alhamdulillah ada jugalah Suri amalkan
Suri dan semua para mommies rasanya mengharapkan zuriat kita
lahir sebagai anak yg Soleh ,Mithali dan kuat Imannya..
InsyaAllah
Amalan bacaan Surah Al-Quran yang boleh diamalkan Ibu mengandung:
1) Untuk mudah beranak:Membaca ayat2 selusuh
2) Untuk mudah beranak: Surah Maryam.
3) Untuk cantik/comel: Surah Yuusuf.
4) Untuk cerdik: Surah Luqman
5) Untuk kuatkan rahim: As Soffat - khususnya
kepada ibu yang selalu keguguran.
6) Untuk banyak susu: al Hujuraat
7) Untuk anak kuat iman: al Ikhlas
8)Untuk anak bijak / nak jadi saintis /
doktor: Ayat2 yang ada kaitan dgn
penciptaan alam maya: 
cthnya: Surah al Ghaasyiah.

9) Kuat agama / ulamak: Ayat2 yang ada
kaitan dengan ulamak.
Cthnya: Ayat 28 Surah Faathir.
InsyaAllah



sumber dari: telusurisuri.blogspot.com

Tuesday, 24 December 2013

"So let not this present life deceive you"





"So let not this present life deceive you" (Surah Fatir, verse 5)



sumber dari: islamicthinking.info

He is ever Knowing and Competent







Have they not traveled through the land and observed how was the end of those before them? And they were greater than them in power. But Allah is not to be caused failure by anything in the heavens or on the earth. Indeed, He is ever Knowing and Competent. ( Holy Qur'an - Surah Fatir : 44 ) 



sumber dari: koshani.blogspot.com

Asbabun nuzul




surat fatir


Imam Baihaqi di dalam kitab Ba'ts dan Ibnu Abu Hatim keduanya mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Nafi' ibnul Harits yang bersumber dari Abdullah ibnu Abu Aufa yang menceritakan, bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi saw., "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya tidur itu termasuk sarana yang diciptakan oleh Allah untuk menyejukkan pandangan mata kami, maka apakah nanti di dalam surga ada tidur?" Lalu Nabi saw. menjawab, "Tidak ada, sesungguhnya tidur itu adalah teman mati, sedangkan di dalam surga tidak ada mati". Lelaki itu kembali bertanya, "Kalau demikian, dengan cara apakah penduduk surga istirahat?" Pertanyaan itu dirasakan amat berat oleh Rasulullah saw. lalu Rasulullah saw. menjawab, "Di dalam surga tidak ada rasa lesu, semua perihal dan keadaan mereka adalah kesantaian belaka". Setelah itu turunlah firman-Nya, "...di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu." (Q.S. Fathir, 35).


Abu Na'im di dalam kitab Dalaail-nya mengetengahkan sebuah hadis yang bersumber dari sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. membaca surah As Sajdah, lalu beliau mengeraskan bacaannya, sehingga membuat segolongan orang-orang Quraisy merasa terganggu karenanya. Lalu mereka bangkit hendak memukul Rasulullah saw., akan tetapi tiba-tiba tangan mereka menjadi kaku menempel pada leher-leher mereka dan tiba-tiba mereka tidak dapat melihat sama sekali. Kemudian mereka mendatangi Nabi saw. seraya meminta kepadanya, "Kami minta pertolongan kepadamu demi Allah dan demi hubungan silaturahmi kita, hai Muhammad!", maka Rasulullah saw. mendoakan mereka sehingga keadaan mereka normal kembali. Lalu turunlah firman-Nya, "Yaa Siin. Demi Alquran yang penuh hikmah." (Q.S. Yasin, 1-2) sampai dengan firman-Nya, "...ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman." (Q.S. Yasin, 10). Selanjutnya sahabat Ibnu Abbas menceritakan, bahwa ternyata tidak ada seorang pun dari mereka itu yang mau beriman. Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan, bahwa Abu Jahal telah mengatakan, "Sungguh jika aku melihat Muhammad, aku akan hajar dia dan aku akan melakukan demikian dan demikian." Lalu Allah menurunkan firman Nya, "Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka..." (Q.S. Yasin, 8). sampai pada firman-Nya, "...sehingga mereka tidak dapat melihat." (Q.S. Yasin, 9). Orang-orang mengatakan kepadanya, "Inilah Muhammad", akan tetapi Abu Jahal berkata, "Mana dia? mana dia?", sedangkan ia tidak dapat melihat. 



sumber dari: istilah-surat-al-quran.blogspot.com

Interpretation of Sura al-Fatir - Verses 29-30




29.“Verily, those who recite the Book of Allah and establish prayer and spend (in charity) out of what We have provided them, secretly and openly, hope for a merchandise which will never perish,”

30. “That He will pay them their rewards fully and increase of His grace unto them; verily He is Forgiving, Thankful (of their good deeds).”
Commentary
The words ‘prayer’ and ‘Book’ (the Qur’a-n) have repeatedly been mentioned beside each other in the Qur’a-n, and also prayer must be accompanied with helping the deprived. In view of the fact that the former verses referred to the state of fear of the learned ones from Allah, the verse under discussion points to their state of ‘hope’, because, as we said, it is only by means of these two wings that man can fly high in the sky of felicity and pave the path of spiritual development. At first, the verse says:

“Verily, those who recite the Book of Allah and establish prayer and spend (in charity) out of what We have provided them, secretly and openly, hope for a merchandise which will never perish,”

It is evident that the act of recitation here is not a mere reciting without contemplation and action. It is a reading which is the origin of thought, a ponder which is the source of righteous deed, an action which, on one side, joins man to Allah the manifestation of which is prayer, and, on the other side, it relates him to the servants of Allah the manifestation of which is spending in charity, expending from whatever Allah has bestowed on a person, including: wealth, knowledge, authority, powerful thought, character, experiences, and, briefly speaking, from all merits that Allah has given him.

Sometimes this expending is done secretly (/sirran/) to be the sign of a complete sincerity, and sometimes it is done openly (/‘ala-niyah/) in order to encourage others and to be the veneration of rituals.

Yes, the knowledge which has such an effect is the source of hope.

Regarding the contents of this verse and the verse before it we conclude that the true Muslim scholars have the following characteristics.

From the spiritual point of view, their hearts are full of fear of Allah mixed with His greatness.

From the point of speech, their tongues are busy reciting the verses of Allah.

From the point of the spiritual and bodily action, they establish prayer and worship Him.

And, finally, from the point of aim, the horizon of their thought is so high that they have left the fleeting material world aside and look for only the Divine beneficial merchandise which will neither be dull nor does it vanish.



sumber dari: en.rafed.com

Jodoh. It is just a matter of time.




 For the time being, saya akan sentiasa ingatkan diri saya bahawa perbaiki agama dan akhlak diri sendiri dahulu. Fahami erti cinta kepada Allah swt sebelum sibuk-sibuk mengejar cinta manusia.
Kerana cinta kepada manusia, manusia akan mati.

Cinta kepada Allah, Allah kekal takkan pergi.



Takut Dengan Allah.

"Sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah ialah hamba-hambaNya yang berilmu (ulama)".
Surah Fatir: 28



sumber dari: alfa-najlaa-mnor.blogspot.com

Sunday, 22 September 2013

Advances in Cinema, Theater and Music



People need to broaden their horizons in order to understand the Golden Age's superior and unique arts. Most contemporary works of art either lack creative power or are imitations, for most people make no effort to think and produce new ideas. Meanwhile, any novelty is imitated and thus quickly loses its originality.

Monotony also manifests itself in music-making. For instance, a song's performance is limited to certain instruments, while a musical work may have many variations. Being resistant to true innovation, narrow-mindedness and competition underlie this lack of ingenuity. People tend to imitate popular works, since they prefer fame and material gain over aesthetic values. For this reason, despite belonging to different genres, the identical rhythms, melodies, and lyrics are repeated.

This is also why innovative theater plays are not produced. For centuries, the same plays are repeated with minor alterations. The characters' conversations, answers and behaviors become so similar that a regular theater-goer almost knows them by heart. The actors' actions, voices of tone, style, and way of addressing are far from natural.

However, in the Golden Age, everyone will learn how to take pleasure from the surrounding beauties and will strive for perfection. Its welfare will enable artists to produce amazing works of art. In music and other branches of art, various and unique works will be produced. Perfectly original video clips and forms of entertainment will make every instant of life more enjoyable and vivid.

Some contemporary artists produce fine works of art. But due to the reasons mentioned above, they are few in number and thus their works are accessible to only a mere handful of people. In the Golden Age, however, these works will be available to the public.

These are only a few of the Golden Age's unique advances. In an environment where people comply strictly with the Qur'an's commands, the believers' lives will become perfect. In the following verse, Allah informs us that the only reason why people remain deprived of blessings is unbelief:
Were it not that mankind might all become one community, We would have given those who reject the All-Merciful silver roofs to their houses, silver stairways to ascend, silver doors to their houses, silver couches on which to recline, and gold ornaments. (Surat az-Zukhruf: 33-35)


Each sample of Allah's unique creation is an inspiration for all branches of art. The beauty of a grape, the matchless color and harmony of a butterfly's wings, the elegance of a swan, the beauty of color and texture of a flower, or the perfect harmony of a zebra's skin or leopard's fur are only a few of these. Art is one of the ways to express, interpret, and incorporate these beauties into our daily lives. Various branches of art, such as painting, music, or decoration, convey the joy that these beauties inspire in the human soul.

They will enter Gardens of Eden, where they will be adorned with gold bracelets and pearls, and where their clothing will be of silk.
(Surah Fatir: 33)
She was told: "Enter the courtyard." But when she saw it, she supposed it to be a pool and bared her legs. He said: "It is a courtyard paved with glass." She said: "My Lord, I have wronged myself, but I have submitted with Sulayman to the Lord
of all the worlds."
(Surat an-Naml: 44)
Illustrations of Prophet Sulayman's (as) magnificent palace. 


sumber dari: signsofthelastday.com

Saturday, 7 September 2013

jangan jadikan syaitan sebagai raja dalam hatimu




  1. Allah suruh solat. Kita cakap, alah dah tua-tua nanti aku solat la.
    Allah suruh tutup aurat. Kita cakap, nanti aku dah tak vogue kalau pakai tudung ni.
    Allah cakap jaga pandangan mata. Kita cakap, eye contact kan penting, buat apa tunduk-tunduk ni?
    Allah cakap couple tu haram. Kita cakap, mana ada, tengok ramai je couple tu haa.
    Macam-macam lagi yang Allah suruh kita buat dan tinggalkan. Tapi pasti ada sahaja alasan yang kita berikan. Benda yang haram pasti akan kita cuba sedaya upaya nak halalkan. Sedangkan dalam Al-Quran sudah terang-terang cakap tak boleh.
    Jangan teman, jangan jadikan syaitan sebagai raja dalam hatimu. Jangan jadikan dia sebagai kawan.
    Allah ada berfirman dalam Al-Quran:
    " Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, kerana sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." 
    (Surah Fatir 35:6)
    Begitu juga nafsu. Didiklah nafsumu. Didiklah ia agar bekerja untukmu bukannya dirimu yang bekerja untuknya.
    Sungguh, hidayah itu milik Allah. Hanya Dia yang berhak menganugerahkan hidayah itu kepada orang-orang yang Dia nak. Tak semua orang bertuah. Kalau tak, mesti semua orang kat dunia ni jadi baik sangat. Dan tiadalah sengketa dan permusuhan kat dunia ni. Jadi jangan bersedih bila kita dah pernah berusaha untuk ajak kawan-kawan atau keluarga kita berubah ke arah lebih baik tapi mereka tak nak ikut.
    Sebab Allah dah berfirman dalam Al-Quran yang bermaksud:
    "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." 
    (Al-Qasas :56)
    Walaupun Rasulullah SAW pun tak mampu bagi hidayah kepada orang yang baginda sayangi. Ini menunjukkan hidayah itu hak mutlak Allah. Cuma tugas kita ialah berusaha menyampaikan hidayah yang terkandung dalam Al-Quran. Sama ada mereka terima atau tidak, semua itu kerja Allah.

    Jadi tersangatlah beruntung orang yang hatinya pernah disapa hidayah Allah. Gunakanlah peluang yang Allah berikan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Dan hidupmu bakal berubah. "Better than before". Insya Allah.
    Hidayah ni tidak akan datang bergolek. Hidayah Allah ibarat kunci yang hadir daripadaNya. Kunci kepada sebuah pintu kebaikan. Pintu tersebut hanya akan terbuka apabila orang tersebut berusaha untuk membukanya. Sekiranya tidak, maka pintu tersebut akan tertutup selama-lamanya walaupun kunci itu pernah berada di tangan kita.
    Dan Allah ada berpesan dalam Al-Quran:
    " Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (syurga), dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam)." (Surah Yunus 10: 25)
    Agaknya sudah berapa kali kita dipilih untuk diberikan hidayah tapi entah sudah berapa kali kita menolaknya. Dan agaknya berapa kali lagi kita akan dipilih dan terus menolaknya? Itupun sekiranya Allah masih memberikan kita peluang untuk merasai nikmat hidayah-Nya. Bagaimana sekiranya hidayah itu tidak pernah kunjung tiba lagi?
    Andainya ini hidayah terakhir.. T_T
    Thabbit Qalbi Ya Rabb.
    Mari beramal dengan doa ni.
    "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."
    (Surah Ali 'Imran 3: 8)


sumber dari: alam-allah.blogspot.com

Monday, 19 August 2013

Memperkuat Iman





“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (Ali Imran: 102)

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah mengembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang denan (menggunakan) nama-Nya kami saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisa: 1)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan, barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapatkan kemenangan yang besar.”

Begitulah perintah Allah kepada kita agar kita bertakwa. Namun, iman di dalam hati kita bukanlah sesuatu yang statis. Iman kita begitu dinamis. Bak gelombang air laut yang kadang pasang naik dan kadang pasang surut.

Ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu kita masih ada dalam kebaikan, kita beruntung. Namun, bila ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu membuat kita ada di luar koridor ajaran Rasulullah saw., kita celaka. Rasulullah saw. bersabda, “Engkau mempunyai amal yang bersemangat, dan setiap semangat mempunyai kelemahan. Barangsiapa yang kelemahannya tertuju pada sunnahku, maka dia telah beruntung. Dan, siapa yang kelemahannya tertuju kepada selain itu, maka dia telah binasa.” (Ahmad)

Begitulah kondisi hati kita. Sesuai dengan namanya, hati –dalam bahasa Arab qalban—selalu berubah-ubah (at-taqallub) dengan cepat. Rasulullah saw. berkata, “Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya hati itu ialah laksana bulu yang menempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin secara terbalik.” (Ahmad dalam Shahihul Jami’ no. 2365)

Karena itu Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa agar Allah saw. menetapkan hati kita dalam ketaatan. “Ya Allah Yang membolak-balikan hati-hati manusia, balikanlah hati kami untuk taat kepada-Mu.” (Muslim no. 2654)

Hati kita akan kembali pada kondisi ketaatan kepada Allah swt. jika kita senantiasa memperbaharui keimanan kita. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu sekalian sebagaimana pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.” (Al-Hakim di Al-Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-Shahihain no. 1585; Thabrany di Al-Kabir)

Bagaimana cara memperbaharui iman? Ada 20 sarana yang bisa kita lakukan, yaitu sebagai berikut.

1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran

Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia. “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra’: 82).

Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran, “Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Qur’an, memikirkan dan memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh.”

2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur’an dan Sunnah

Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.

Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asma’ul husna). Dialah Al-’Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muth’ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.

Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.” (Az-Zumar: 67)

3. Carilah ilmu syar’i

Sebab, Al-Qur’an berkata, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang-orang yang berilmu.” (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.

Allah berfirman, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang diturunkan Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.

Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu untuk meraihnya.

4. Mengikutilah halaqah dzikir
Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. “Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?” Hanzhalah menjawab, “Hanzhalah telah berbuat munafik.” Abu Bakar menanyakan apa sebabnya. Kata Hanzhalah, “Jika kami berada di sisi Rasulullah saw., beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan istri, anak-anak, dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa.”

Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, “Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam dzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, sa’atah, sa’atan, sa’atan.” (Shahih Muslim no. 2750)

Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. “Duduklah besama kami untuk mengimani hari kiamat,” begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Qur’an, membaca hadits, atau mengkaji ilmu pengetahuan lainnya.

5. Perbanyaklah amal shalih

Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk surga.” (Muslim)

Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan surga. “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (Al-Hadid: 21)

Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Adz-Dzariyat: 17-19)

Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu dengan amal-amal shalih, Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadits qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahwa Allah berfirman, “Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya.” (Shahih Bukhari no. 6137)

6. Lakukan berbagai macam ibadah

Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa, ibadah materi seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.

Puasa membuat kita khusyu’ dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah). Shalat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitasnya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.

Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah baik.’ Lalu barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah.” (Bukhari no. 1798)

7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su’ul khatimah

Rasa takut su’ul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab su’ul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.

8. Banyak-banyaklah ingat mati

Rasulullah saw. bersabda, “Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang ziarahilah kubur karena hal itu bisa melunakan hati, membuat mata menangism mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.” (Shahihul Jami’ no. 4584)

Rasulullah saw. juga bersabda, “Banyak-banyaklah mengingat penebas kelezatan-kelezatan, yakni kematian.” (Tirmidzi no. 230)

Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, “Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat.” (Shahihul Jami’ no. 4109)

Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.

Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.

9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat

Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadits-hadits Rasulullah saw.

Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafa’at Rasulullah saw., hisab, pahala, qishas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau neraka; semua itu menambah tebal iman kita.

10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam

Aisyah pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu.” Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’.” (Muslim no. 899)

Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, “Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda kiamat.”

11. Berdzikirlah yang banyak

Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. “Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.” (Al-Kahfi: 24) “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28)

Ibnu Qayim berkata, “Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah.”

12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya

Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., “Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Muslim no. 428)

Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.

13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk

Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.

Allah swt. berfirman, “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah dijanjikan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (Asy-Syu’ara: 205-207)

“Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.” (Yunus: 45)

14. Memikirkan kehinaan dunia

Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali Imran)

Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., “Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu bisa dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah ia.” (Thabrani)

Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah

“Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)

“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.” (Al-Hajj: 30)

Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.; tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan waktu-waktu tertentu seperti bulan-bulan haram.

Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw., “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bisa berhimpun pada diri seseornag hingga ia bisa membinasakan dirinya.”

16. Menguatkan sikap al-wala’ wal-bara’

Al-wala’ adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.

Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman adalah hal yang bisa menghidupkan iman di dalam hati kita.

17. Bersikap tawadhu

Rasulullah saw. bersabda, “Merendahkan diri termasuk bagian dari iman.” (Ibnu Majah no. 4118)

Rasulullah juga berkata, “Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.” (Tirmidzi no. 2481)

Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf –sahabat yang kaya—tidak beda dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.

18. Perbanyak amalan hati

Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara’, dan mawas diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)

19. Sering menghisab diri

Allah berfirman, “Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)

Umar bin Khattab r.a. berwasiat, “Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab.” Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah swt.? Sungguh ini sarana yang efektif untuk memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.

20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman

Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, “Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.”

Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.


sumber dari: primasusetya.blogspot.com

JIN DI BOTOLIN, OPO ISO





Bismillah wal Hamdulillah, was sholatu was salamu ‘ala Rasulillah

Pembukaan

Jin adalah makhluk ghoib yang diciptakan Allah dari api dan keberadaannya tersembunyi, tidak terlihat oleh mata kita (manusia). Sesuai dengan nama yang telah diberikan Allah kepadanya, yaitu Jin. Yang berasal dari kata, “Janna-Yajannu“ yang artinya menutup/ menyembunyikan. (Kamus al-Munawwir: 215)
Allah berfirman, “Ketika malam telah menutupinya (gelap), dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam.” (QS. Al-An’am: 76).

Hanya Allah yang Mengetahui

Dunia jin adalah dunia ghoib, dan tidak ada yang paling mengetahui tentang karakter dan kehidupan mereka selain Allah. Muhammad sebagai manusia pilihan dan utusan mengetahui hal yang ghoib sebatas informasi yang didapatkan dari Allah melalui wahzu yang dia terima.
Al-Qur‘an menegaskan, “Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghoib, kecuali Allah." (QS. An-Naml: 65).
Di ayat lain Rasulullah diperintahkan, “Katakanlah: ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghoib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” (QS. An-Naml: 65).

Bukti Eksistensi Jin

Meskipun jin itu makhluk yang tersembunyi, wujud aslinya tidak bias dilihat oleh mata, namun kita harus percaya bahwa mereka ada. Dan itu masuk bagian dari iman kepada yang ghoib. Allah telah menciptakan mereka untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana Dia menciptakan manusia.
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al-Hijr: 26-27).
Allah telah berfirman, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS. Adz-Dzariyat: 56).

Jenis Sosok Jin

Jin itu tidak hanya satu jenis, tapi ada banyak jenisnya. Kita bias mengetahui keberagaman mereka melalui sabda Rasulullah berikut ini.
Dari Abu Tsa‘labah al-Khosyani berkata, Rasulullah bersabda, “Jin itu ada tiga jenis; Ada yang bersayap dan terbang di udara, dan ada yang berjenis ular dan kalajengking, dan ada yang menetap atau berpindah-pindah.” (HR. Thabrani dan al-Hakim dengan sanad yang shahih, dan dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani, lihat Kitab Shahihil Jami‘ as-Shaghir: 3/ 85).

Idiologi Jin
Apa agama dan kezakinan jin? Meskipun tujuan diciptakan mereka untuk ibadah kepada Allah, tapi kenyataanya tidak semua jin taat dan mau menyembah Allah. Seperti halnya manusia. Agama jin juga berbeda, aliran keyakinan mereka juga berbeda-beda. Ada yang muslim, ada yang kafir. Ada yang shalih, ada yang thalih (suka bermaksiat).
Allah telah berfirman, “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shalih, dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al-Jin: 11).
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api (bahan bakar) bagi neraka Jahannam.” (QS. Al-Jin: 14-15).

Manusia Bisa Melihat Jin?

Apakah manusia bias melihat wujud jin dalam bentuk aslinya? Mari kita tanyakan kepada Allah, karena Dialah yang paling paham akan keterbatasan jin dan manusia. Namun jika jin dalam wujud tidak aslinya, dalam penampakan alias telah berubah menjadi bentuk tertentu, maka kita bisa melihat mereka. Hanya saja sebagian hewan bias melihat jin dalam wujud aslinya, seperti yang dikabarkan Rasulullah berikut.
Allah berfirman, “…Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A’raf: 27).
Rasulullah bersabda, “Apabila kalian mendengar ringkikan keledai, maka berlindunglah kepada Allah dari (kejahatan) syetan. Karena ia telah melihat syetan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan keledai di malam hari, maka berlindunglah kepada Allah. Karena mereka sedang melihat apa yang tidak kalian lihat.” (HR. Abu Daud, no. 5103).
Imam Syafi’i rahimahulloh berkata, “Barangsiapa yang mengaku dirinya bisa melihat jin (dalam bentuk aslinya), maka kami tolak kesaksiannya kecuali dia seorang nabi.” (Kitab Fathul Bari: 4/ 489).

Jin Bisa Kita Buru?

Jin jahat (Iblis dan syetan) adalah musuh manusia. Oleh karena itu kita tidak usah disibukkan diri dengan memburu dan mengejar mereka untuk kita karantina atau kita binasakan. Kalau bisa jangan berharap bertemu dengan syetan jin. Mohonlah kepada Allah agar terhindar dari kejahatan mereka. Namun jika mereka menyerang dan mengganggu kita, maka kita harus melawan dan jangan takut, karena Allah bersama senantiasa kita.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al-Anfal: 45).
Allah berfirman, “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu). Karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6).
Dalam suatu hadits Rasulullah berpesan, “Wahai manusia, janganlah kalian berharap ketemu musuh, dan mohonlah kepada Allah perlindungan darinya. Tapi jika kalian bertemu mereka, maka bersabarlah (berteguh hati). Ketahuilah bahwa surga itu di bawah kilauan pedang.” (HR. Bukhari dari Salim).

Jin Bisa Ditangkap?
Rasulullah tidak pernah menyuruh kita untuk berburu jin dan menangkapnya. Karena itu bukan wewenang kita. Jin itu makhluk ghoib, bagaimana kita akan menangkap hal yang ghoib. Dalam wujud aslinya, jin tidak bisa kita tangkap. Tapi jika mereka menampakkan diri atau menyerupai sesuatu, maka kita bias menangkapnya. Sebagaimana yang pernah dilakukan Abu Hurairah, Abu Ayyub al-Anshari, dan Mu’ady bin Jabal. Pada suatu hari, Rasulullah bercerita kepada para shahabatnya, "Sesungguhnya Ifrit dari golongan jin tadi malam telah datang kepadaku untuk mengganggu shalatku. Dan Allah memberiku kemampuan sehingga aku bisa menangkapnya. Aku berkeinginan untuk mengikatnya di salah satu tiang masjid, agar di pagi harinya kalian semua bisa melihatnya. Hanya saja saya ingat do'a saudaraku Sulaiman, "Ya Tuhanku anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang juapun sesudahku. (QS. Shad: 35)" Abu Hurairah berkata, "Lalu Rasulullah melepasnya dalam keadaan hina'." (HR. Bukhari dan Muslim).
Prof. Dr. M. Quraish Shihab berkata, “Apabila jin berubah bentuk, maka Anda dapat menangkap dan membunuhnya, karena pada saat seperti itu, ia tidak dapat berlepas diri dari hukum alam yang berkaitan dengan manusia. Itulah sebabnya, saat Rasulullah diganggu oleh jin yang berbentuk manusia, beliau bermaksud menangkap dan mengikatnya di tiang masjid agar dapat dilihat orang banyak.” (Buku; Yang Tersembunyi: 46-47, dan dia menukil penjelasan Syekh M. Mutawalli Sya‘rawi dalam Kitab as-Sihru wal Hasad).

Jin Bisa Dibotolin?
Kalau secara hukum syari’at Islam, jin dalam wujud aslinya tidak bisa dilihat manusia, bagaimana kita akan memburu dan menangkap serta memasukkannya ke botol. Itu hanya bualan mereka yang terinspirasi dari kisah Aladin dan legenda lampu ajaibnya. Yang mana kisahnya, jin yang dalam lampu itu bisa dipanggil dan dimintai bantuan. Yang bisa menangkap, memenjarakan, menghukum jin hanyalah Allah.
Rasulullah bersabda, “Apabila telah datang bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syetan-syetan dibelenggu.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya semalam syetan hendak menggangguku saat aku menyusuri bukit. Di antara mereka ada yang membawa obor-obor untuk membakar wajahku. Lalu malaikat Jibril mendatangiku dan menyeru, ‘Hai Muhammad, bacalah!: A‘udzu bi kalimatillahit tammati lati la yujawizuhunna barrun wa la fajir min syarri ma kholaqo wa dzaro-a wa barok...“. Ketika aku selesai membacanya, obor-obor mereka padam, dan Allah-pun mengalahkan mereka.” (HR. Ahmad).
Abu Sa‘id al-Khudri berkata, “Adalah Rasulullah selalu beristi‘adzah dari kejahatan mata Jin dan kejahatan mata manusia. Ketika telah turun surat al-Mu‘awwidzatain, beliau lebih suka membaca dua surat tersebut dan meninggalkan yang lainnya.” (HR. Tirmidzi, dan dihasankannya).

Tujuan Jin (syetan) Menggoda manusia?
Untuk Apa syetan mengganggu manusia? Jawabannya tidak lain tidak bukan, hanyalah ingin menyesatkan kita dari jalan yang benar, yang kelak Iblis bisa punya teman yang sebanyak-banyaknya dalam neraka Jahannam yang telah dijanjikan Allah
Allah mengabarkan, “Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa‘: 60).
Di surat lain, Iblis berkata, "Demi Keagungan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya”. (QS. Shad: 82).
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya syetan telah berkata, ‘Wahai Tuhanku, demi Keagungan-Mu, aku akan terus-menerus menggoda hamba-hamba-Mu selama roh mereka berada dalam jasad mereka (masih hidup)…” (HR. Ahmad dan Hakim).

Cara Aman Melawan Syetan
Masing-masing agama punya cara tersendiri untuk mengusir atau menghilangkan gangguan jin jahat (syetan). Namun kita sebagi ummat Islam tidak boleh memakai cara lain. Kita harus komitmen terhadap ajaran dan tuntunan Islam. Kita bangga jika menggunakan konsep sendiri, karena itulah konsep yang benar, yang lainnya salah.
Allah berfirman, “Dan jika kamu ditimpa suatu godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200).
Rasulullah bersabda, “Seorang hamba tidak bisa menjaga dirinya dari kejahatan syetan kecuali dengan dzikrulloh.” (HR. Tirmidzi, dan dinyatakan sebagai hadits hasan shahih).
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya syetan akan kabur dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah.” (HR. Muslim).
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kamar kecil ini dihuni jin. Jika kalian masuk toilet, maka bacalah do’a; ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan syetan laki-laki dan syetan perempuan’.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dari Zaid bin Arqom).
Umar bin Khattab berkata, “Sesungguhnya seseorang tidak bisa berubah dari bentuk asli yang diciptakan Allah menjadi bentuk yang lain, tapi mereka punya tukang-tukang sihir seperti tukang-tukang sihir kalian. Apabila kalian melihat penampakan mereka, maka kumandangkanlah adzan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, dan Imam Ibnu Hajar menyatakan sanadnya shahih/ Kitab Fathul Bari: 6: 344).

Penutup
Sesungguhnya yang paling paham akan karakter syetan adalah Allah sebagai Penciptanya. Yang paling tahu tentang apa saja yang membuat syetan takut, melemah, tidak betah, marah dan kabur hanyalah Allah.
Maka dalam hal ini kita tidak boleh mendahulukan prasangka, kira-kira atau informasi yang tidak valid, daripada berpedoman pada nash atau dalil yang ada. Agar kita tidak terjebak dalam tipu muslihat syetan, entah itu syetan jin maupun syetan manusia. Wallohu A‘lam bish Showab.



sumber dari: ruqyahmojokerto.blogspot.com

Saturday, 22 June 2013

Why doesn’t Allaah hasten the destruction of the disbelievers?







sumber dari: xeniagreekmuslimah.wordpress.com

Tawassul yang Dilarang






Tawassul yang terlarang adalah menggunakan sarana untuk mendekat-kan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sesuatu yang tidak dijelaskan oleh syari’at. Di antaranya tawassul dengan berdoa kepada orang-orang mati atau orang-orang yang tidak hadir, memohon keselamatan dengan perantaraan mereka, dan sejenisnya. Semua perbuatan itu adalah syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam dan bertentangan dengan tauhid.

Berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam bentuk doa permohonan seperti meminta sesuatu dan meminta diselamatkan dari bahaya: atau doa ibadah seperti rasa tunduk dan pasrah di hadapan Allah, kesemuanya itu tidak boleh dialamatkan kepada selain Allah. Memalingkannya dari Allah adalah syirik dalam berdoa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan Rabbmu berfirman:”Berdo’alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina…” (QS. Al-Mukmin : 60)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat di atas ganjaran bagi orang yang enggan berdoa kepada-Nya, bisa jadi dengan berdoa kepada selain-Nya atau dengan tidak mau berdoa kepada-Nya secara global dan rinci, karena takkbur atau sikap ujub, meski tak sampai berdoa kepada selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

“Berdoalah kepada Allah dengan rasa tunduk dan suara perlahan..”
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berdoa kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya.

Segala bentuk penyamaan Allah dengan selain-Nya dalam ibadah dan ketaatan, maka itu adalah perbuatan syirik terhadap-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka. “ (QS. Al-Ahqaaf : 5)

“Barangsiapa yang menyeru bersama Allah Ta’ala sesembahan yang lain padahal tidak ada bukti baginya, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada akan beruntung.” (QS. Al-Mukminun : 117).

Allah Subhanahu wa Ta’ala menganggap orang yang berdoa kepada selain-Nya, berarti telah mengambil sesembahan selain-Nya pula. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.(QS. Faatir : 13-14)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat ini, bahwa Dia-lah yang Maha Berkuasa dan Mampu mengurus segala sesuatu, bukan selain-Nya. Bahwasanya para sesembahan itu tidak dapat mendengar doa, apalagi untuk mengabulkan doa tersebut. Kalaupun dimisalkan mereka dapat mendengar, merekapun tidak akan mampu mengabulkannya, karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk memberi manfaat atau memberi mudharrat, dan tidak memiliki kemampuan atas hal itu.

Sesungguhnya kaum musyrikin Arab di mana Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa Sallam diutus, mereka menjadi orang-orang kafir karena kemusyrikan mereka dalam berdoa. Karena mereka juga berdoa kepada Allah dengan tulus ketika mendapatkan kesulitan. Kemudian mereka menjadi kafir kepada Allah di kala senang dan mendapatkan kenikmatan dengan cara berdoa kepada selain-Nya. Allah berfirman:

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. Al Isra’ : 67)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

“Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta’atannya”. (QS.Yunus : 22)

Tawassul yang terlarang dapat dikelompokkan menjadi:

1.   Tawassul kepada orang-orang yang sudah mati, meminta berbagai hajat dari mereka, dan meminta pertolongan kepada mereka sebagaimana realitas hari ini. Mereka menyebutnya sebagai tawassul, padahal bukan demikian. Karena tawassul ialah meminta kepada Allah dengan perantara yang disyariatkan, seperti iman, amal shalih dan Asma’ullah al-Husna. Sementara berdoa kepada orang-orang yang sudah mati adalah berpaling dari Allah, dan itu termasuk syirik besar; berdasarkan firmanNya:

Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Yunus: 106).

2.   Adapun tawassul dengan jaah (kedudukan) Rasul, seperti ucapan Anda: Wahai Rabb, dengan jaah Muhammad berilah pertolongan kepadaku.” Ini adalah bid’ah, karena para sahabat tidak pernah melakukannya, dan karena Khalifah Umar bertawassul dengan al-Abbas semasa hidupnya dengan doanya. Umar tidak bertawassul dengan Rasul setelah kematiannya, ketika meminta turun hujan. Sedangkan hadits: “Bertawassullah dengan jaah (kedudukan)ku” adalah hadits yang tidak punya asal (la ashla lahu), sebagaimana dinyatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Tawassul bid’ah bisa membawa kepada syirik. Yaitu jika ia meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala membutuhkan perantara, seperti halnya seorang amir dan hakim. Karena ini sama halnya menye­rupakan Khaliq dengan makhlukNya. Abu Hanifah berkata, “Aku tidak suka memohon kepada Allah dengan (perantara) selain Allah.”

3.   Adapun meminta doa kepada Rasul setelah kematiannya, seperti ucapan Anda: “Wahai Rasulullah, berdoalah untukku!” maka ini tidak boleh. Karena para sahabat tidak pernah melakukannya. Dan juga berdasarkan sabda beliau:

Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang senantiasa mendoakannya.” (HR. Muslim).

Namun bila bertawassul dengan orang shalih yang masih hidup, dengan doa mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara meminta agar dia mendoakan dirimu kepadaNya, maka hal ini diperbolehkan di dalam syariat dan telah dilakukan oleh para shahabat Rasulullah kepada beliau dan telah dilakukan pula oleh Umar bin Khaththab kepada paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muththalib radhiyallahu ‘anhu.

Kemusyrikan sebagian orang pada masa sekarang ini bahkan sudah melampaui kemusyrikan orang-orang terdahulu di jaman jahiliyyah. Karena mereka memalingkan berbagai bentuk ibadah kepada selain Allah seperti doa, meminta keselamatan dan sejenisnya hingga pada saat terjepit sekalipun. Kita memohon keselamatan dan keberuntungan kepada Allah. 

Dengan demikian hendaklah orang yang berdo’a mengambil perantara agar dikabulkan do’anya dengan perkara-perkara yang dicintai dan disukai oleh Allah, yaitu yang diajarkan oleh Rasulullah. Bukan dengan kebid’ahan yang membuat Allah benci, bukan pula dengan kesyirikan yang membuat Allah murka.

Wallahu A’lam.




sumber dari: an-naba.com

Monday, 3 December 2012

kelembutan hati






Ada seorang syekh melihat seorang anak berwudhu di tepi sungai sambil menangis.
Syekh tersebut bertanya, “Wahai anak, mengapa engkau menangis?”
Anak tersebut menjawab, “Saya membaca ayat Alquran, hingga sampai ayat: 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” 
(QS At-Tahrim [66]: 6).

Saya takut, jangan-jangan Allah memasukkan saya ke neraka.”
Syekh tersebut berkata, “Wahai anak kecil, kamu tidak akan disiksa, karena kamu belum baligh, jangan merasa takut, kamu tidak berhak memasuki neraka.”
Anak kecil tersebut menjawab, “Wahai syekh, engkau adalah orang yang pandai, tidakkah syekh tahu bahwa seorang yang menyalakan api untuk satu keperluannya itu memulai dengan kayu-kayu yang kecil baru kemudian yang besar.”

Seraya menangis seorang syekh tersebut berkata, “Anak ini lebih takut kepada neraka daripada saya.”
Itulah gambaran kelembutan hati seseorang yang dibingkai dengan iman. Seorang yang betul-betul beriman dan senantiasa bertambah keimanannya akan semakin peka dan mudah merasai sesuatu, karena semua perkara akan dilihat dari kehendak-kehendak Allah, bukan dari kehendak-kehendaknya.

Seorang yang beriman kepada Allah pasti akan sedih apabila tidak dapat bersedekah karena tidak memiliki harta, akan takut apabila azab akan menimpa dirinya sewaktu-waktu, akan bersedih bila tidak mampu membantu orang-orang yang susah, akan meneteskan air mata kesedihan apabila melihat anak-anak yang terlantar, akan harap apabila nanti dimasukkan ke dalam surga, akan gembira apabila imannya terus kekal hingga ke penghujung usia, dan begitu seterusnya.

Rasulullah SAW pernah bersabda,

“Demi Allah, seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu akan sedikit tertawa dan akan banyak menangis.” 
(HR Tirmidzi).

Seorang Tabi’in pernah berkata,

“Siapa diberi ilmu dan tidak membuatnya menangis maka lebih baik baginya untuk tidak diberi ilmu, kerana Allah telah menerangkan bahwa sifat orang yang berilmu itu adalah menangis.” 
(HR Ad-Daraami).

Oleh karena itu, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang takut kepada Allah (karena kelembutan hatinya) adalah orang-orang yang berilmu, sebagaimana firman Allah SWT,

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu).” 
(QS Fathir [35]: 28).

Wallahu a’lam.



sumber dari: sadeanku.wordpress.com