Showing posts with label Al-Mu'min. Show all posts
Showing posts with label Al-Mu'min. Show all posts

Thursday, 10 April 2014

Cara tangani anak degil




Secara fitrahnya semua ibu bapa mahukan anak-anak yang menghormati ibu bapa, mentaati hukum agama, sentiasa menjauhi maksiat serta tidak terjebak dengan gejala sosial.

Pengalaman penulis di Darussyifa’ sering bertemu dengan ibu bapa yang mengadu tentang anak-anak mereka yang terjebak dengan gejala sosial seperti anak-anak yang lari dari rumah, bergaul dengan remaja yang rosak akhlak, berzina, menagih dadah, melawan ibu-bapa, kasar serta biadab dengan ibu bapa dan seumpamanya.

Ibu bapa yang datang ke Darussyifa’ ini meminta perawat mengikhtiarkan sesuatu supaya anak-anak mereka boleh dipulihkan.

Di antara yang biasa dilakukan oleh perawat ialah;

Kaedah Pertama: 

Membaca doa-doa tertentu pada air seperti Surah al-Fatihah, Doa Pelembut Hati (Surah Taha ayat 1 hingga 5), Selawat Syifa’, Selawat Tafrijiyah, Doa Menghindar Maksiat (Surah al-Mu’min ayat 3) dan beberapa doa-doa yang lain.

Air yang telah dibacakan dengan doa ini diberi minum kepada anak-anak yang bermasalah ini juga dibuat bilasan mandi.

Kaedah Kedua: 

Satu lagi ikhtiar yang sangat mujarab bagi mengatasi anak-anak yang suka melawan ibu-bapa ialah dengan memberi minum mandikan anak-anak ini dengan air tadahan lebihan wuduk ibu-bapa.

Caranya seperti berikut;

1. Ibu dan bapa terlebih dahulu membersihkan semua anggota wuduk dengan sabun. Anggota-anggota wuduk ini termasuk yang rukun dan sunat iaitu mulut, hidung, muka, kedua tangan, kepala, kedua-dua telinga dan kaki hingga buku lali.
2. Setelah dibersihkan anggota-anggota wuduk tersebut, gunakan air biasa minuman atau air mineral untuk mengambil wuduk.
3. Cara yang mudah, duduk di atas kerusi dan letakkan baldi di bahagian antara kedua belah kaki. Biar isteri tolong menuangkan air untuk mengambil wuduk.
4. Membasuh semua anggota wuduk tiga kali. Mulakan dengan membaca bismillah. Basuh kedua belah tapak tangan diikuti dengan berkumur-kumur, membersihkan hidung. Pastikan air yang telah digunakan untuk membasuh tapak tangan dan berkumur-kumur masuk ke dalam baldi.
5. Berniat mengambil wuduk diikuti membasuh muka, seterusnya membasuh kedua tangan hingga ke siku, menyapu sedikit air di bahagian kepala, membasuh telinga dan akhir sekali membasuh kedua belah kaki hingga ke buku lali.
6. Setelah suami selesai, isteri pula mengambil wuduk dengan cara yang sama manakala suami pula yang membantu menuangkan air.
7. Setelah selesai, air lebihan wuduk yang terkumpul di dalam baldi tersebut dicampurkan dengan air biasa.
8. Mandikan anak-anak yang bermasalah dengan air tersebut.

Insya’Allah dia akan menjadi anak yang patuh kepada kedua ibu-bapanya.

Pencegahan Awal Daripada pengamatan penulis serta kajian yang telah dibuat, lebih 90%ibu-bapa yang datang mengadu anak mereka bermasalah, apabila diperdengarkan doa berikut, mereka kata tidak pernah pun mendengar doa ini.
Doa tersebut adalah seperti berikut;
Terjemahannya: Ya Allah, jauhkan syaitan daripada kami dan jauhkan syaitan daripada anak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami.
Doa yang tersebut di atas adalah dipetik daripada hadis nabi seperti berikut; Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud;
“Jika seseorang di antara kamu akan berjimak dengan isterinya kemudian membaca doa ini;
Maka jika Allah SWT mentakdirkan untuk dua orang suami isteri itu memperolehi anak, maka anak itu tidak dapat dimudaratkan atau diganggu oleh syaitan.” 

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Doa ini diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya sebagai pencegahan awal bagi mengelakkan zuriat keturunan kita daripada diganggu dengan mudah oleh syaitan.

Sudah menjadi keazaman syaitan untuk menyesatkan umat Islam kepada kekufuran. Syaitan sentiasa bersungguh-sungguh mencari peluang yang ada untuk menggoda dan menghasut keturunan umat Islam supaya melakukan maksiat.

Maksud daripada hadis di atas jelas menunjukkan bahawa ketika pasangan suami-isteri sedang berjimak, syaitan ada bersama-sama untuk masuk ke dalam percantuman benih suami isteri yang akan terjadinya anak kelak.

Sekiranya doa yang tersebut di atas tidak dibaca ketika sedang berjimak, dengan mudah syaitan menjalankan pekerjaannya tanpa ada sebarang halangan. Syaitan akan duduk di benih yang akan terjadinya anak itu sejak dari awal lagi sehinggalah anak tersebut membesar.
Sebab itu anak-anak yang membesar ini sukar di bentuk ke arah membuat perkara-perkara ibadah dan kebaikan.

Mereka lebih cenderung melakukan perkara-perkara maksiat. Bagaimanapun jika doa yang tersebut tidak dibaca ketika berjimak mungkin kerana jahil atau lupa, masih ada lagi ikhtiar iaitu dengan memberikan didikan agama yang sempurna kepada anak-anak agar syaitan yang mengganggu menyerah kalah.





sumber dari: http://albakriah.wordpress.com/

Tuesday, 25 February 2014

LA SOURCE DE PAIX ( AL-MU'MIN )







sumber dari: at-tawwib.over-blog.com

Al Mumin by samirmalik




Al Mumin by samirmalik



sumber dari: samirmalik.deviantart.com

KEISTIMEWAAN Surat 40






Pembaca yang berbahagia, terima kasih atas kunjungan anda ke halaman web saya. Ada hal yang penulis cermati dari surat ini, bahwa kita punya kesempatan mengantarkan orang tua atau keluarga kita yang tersayang masuk sorga, walaupun mereka telah berpulang kerahmatullah. Barangkali semasa hidup, karena kesibukan membesarkan kita semua...mereka lalai...silakan simak .....

KEISTIMEWAAN

  1. Surat 40 ini mempunya dua nama, yaitu:
    1. Al-Mu’min, seperti yang terdapt pada ayat 28.
    2. Ghafir, seperti yang terdapat pada ayat 3
Kedua nama yaitu mu’min dan ghafir sama-sama terdapat pada ayat 7.
  1. Surat ini merupakan surat pertama dari ‘keluarga surat ha mim’ yaitu surat yang diawali dengan huruf ‘ha mim’ yang berjumlah 7 yaitu QS 40 sd QS 46.
PENGERTIAN

  1. Bahasa : symbol dua huruf yaitu, ha dan mim
  2. Tafsir:
- Teman setia yang ada pada setiap manusia dimana ia memberikan keamanan dan kasih sayang Allah SWT.
- Seperti pada QS 40:18 --- teman setia = hati

PELAJARAN

Cara agar kita dapat tetap setia kepada hati kita:

  1. Jangan memasukkan sifat sombong, terutama kesombongan terhadap ayat-ayat Allah
Sombong, berujung kepada kekafiran
QS 40:35 ---(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.
QS 40:56 --- Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat ayat Allah tanpa alasan (bukti) yang sampai kepada mereka, yang ada dalam dada mereka hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang tidak akan mereka capai, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS 39:71 ---
QS 2:34 --- Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.

  1. Jangan memasukkan sifat serakah.
Serakah adalah tertipunya diri kita dengan kenikmatan semu sehingga rela melanggar perintah Allah.
QS 40:4 ---
Serakah berujung kepada kedzaliman, QS 2:35 --- Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang orang yang dzalim.
QS 40:23-24- Contoh orang-orang yang serakah. --- Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir’aun, Haman dan Karun; lalu mereka berkata, “(Musa) itu seorang pesihir dan pendusta”
  1. Jangan memasukkan sifat iri hati dan dengki.
Iri hati dan dengki, berujung kepada kemusyrikan
Qs 40:25 ---
QS 113 --- Katakanlah “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajr), dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

Apa yang akan kita dapat, jika hati kita setia?

1. Malaikat akan berdoa agar kita mendapatkan rahmat Allah, ilmu yang baik dan ampunan Allah, seperti yang terdapat pada QS 40:7 --- (Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepadaNya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “ Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka.

2. Mendapat kesempatan untuk menolong saudara-saudara kita di surga.--- QS 40:8 --- Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga ‘And yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.

3. Aqidahnya akan terpelihara. --- QS 40:9 --- dan peliharalah mereka dari (bencana) kejahatan. Dan oang-orang yang Engkau pelihara dari (bencana) kejahatan pada hari itu, maka sungguh, Engkau telah menganugerahkan



sumber dari: rahasiaayatallah.blogspot.com

Do’a : Senjata Orang Beriman




Doa adalah senjatanya orang mukmin. Doa bahkan merupakan pangkal atau ‘otak’nya ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW. :

“Doa adalah pangkal (otak-)nya Ibadah.” (HR. Tirmidzi)

Secara istilah, doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Doa merupakan aktifitas ibadah yang paling agung, sebagaimana hadits di atas. Dengan demikian bisa kita fahami bahwa sebuah ibadah pasti mengandung doa kepada Allah SWT, dan doa tanpa ibadah belumlah sempurna.

hyttr543

Anjuran Berdoa Banyak riwayat dari Nabi SAW yang menganjurkan dan mendorong seseorang hamba untuk berdo’a, diantaranya :

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah, selain daripada doa.” (HR. Ibnu Majah dan Abu Hurairah)

“Siapa saja yang tidak mau memohon (sesuatu) kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)

“Mintalah kepada Allah akan kemurahan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang apabila dimintai (sesuatu).” (HR Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)

Semua hadits di atas menunjukkan keharusan berdoa yang berupa permohonan hamba kepada Tuhannya, untuk mendapatkan sesuatu.
Doa Pasti Dikabulkan Doa seorang hamba pasti dikabulkan oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya :

“(Dan) Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu.” (QS. Al Mukmin : 60) 

“(Dan) apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al Baqarah : 186)

mhg

Pengabulan doa dari Allah SWT. bersifat pasti, dan hanya Dialah yang dapat mengabulkan doa bukan yang lain. Pengabulan doa bisa sesuai dengan yang diminta hamba-Nya, ditangguhkan hingga hari kiamat, atau dijauhkan dari suatu keburukan. Hal ini sebagaimana 

Sabda Beliau SAW. :

“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan memutus hubungan silaturrahim, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu diantara tiga hal : dikabulkan doanya ; ditangguhkan hingga hari kiamat ; atau dijauhkan dari suatu keburukan/musibah yang serupa.” (HR. Ahmad dari Abi Said Al Khudri)

hgbgvfd

“Tidak ada seorang muslim pun di muka bumi ini yang berdoa kepada Allah, kecuali akan dikabulkan doanya atau dijauhkan suatu keburukan/musibah yang serupa.” (HR. Tirmidzi dan Hakim dari Ubadah Ibn Shamit)



sumber dari: dinalislam1.wordpress.com

Al-mumin.fr







sumber dari: alimentation.al-manakh.com

Al-Mu'min--Giver of Peace






sumber dari: muslimeville.5u.com






Do’a membantu “Penyembuhan”






Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al Mu’min [40]:60)
 
Menurut Al Qur’an, doa, yang berarti “seruan, menyampaikan ungkapan, permintaan, permohonan pertolongan,” adalah berpalingnya seseorang dengan tulus ikhlas kepada Allah, dan memohon pertolongan dari-Nya, Yang Mahakuasa, Maha Pengasih dan Penyayang, dengan kesadaran bahwa dirinya adalah wujud yang memiliki kebergantungan.

Penyakit adalah salah satu dari contoh tersebut yang dengannya manusia paling merasakan kebergantungan ini dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Tambahan lagi, penyakit adalah sebuah ujian, yang direncanakan menurut Hikmah Allah, yang terjadi dengan Kehendak-Nya, dan sebagai peringatan bagi manusia akan kefanaan dan ketidaksempurnaan kehidupan ini, dan juga sebagai sumber pahala di Akhirat atas kesabaran dan ketaatan karenanya.



sumber dari: berbagicahaya.wordpress.com

The reality of du’a




 سم الله الرحمن الرحيم


Ayat 60, Surah Al-Mumin:
And your Lord has said, “Call Me, I will respond to you. Definitely those who show arrogance against worshipping Me shall enter Jahannam, disgraced. - 40:60.

Literally, du’a means to call, and it is frequently used to call for something needed. On occasions, the dhikr of Allah (acts devoted to His remembrance) is also referred to as du’a. This verse confers a special honor on the large community of the followers of the Holy Prophet SAW when they were ordered to make du’a with the assurance that it would be answered. And whoever does not make a prayer has been warned of punishment.

Qatadah reports from Ka’b Ahbar that earlier this used to be peculiar to prophets, as they were the ones who were ordered by Allah Ta’Ala that they should make du’a and He SWT would answer. Now, it is the distinction of the followers of the Holy Prophet SAW (popularly identified as Ummah Muhammadiyyah) that this order was universalized for his entire Ummah. (Ibn Kathir)
Explaining this verse, Sayyidna Nu’man Ibn Bashar RA narrated a Hadith that the Holy Prophet SAW said: Surely, prayer is worship on its own and then supported it by reciting this verse: Definitely those who show arrogance against worshipping Me shall enter Jahannam, disgraced. (reported by Imam Ahmad, Tirmidhi, Nasa’i, Abu Dawud and others – Ibn Kathir).

It appears in Tafsir Mazhari that, if looked at under the rules of Arabic diction (confining of the predicate to the subject), the Hadith: ‘Surely, prayer is worship on its own’ could mean: ‘du’a is the very name of “ibadah’ or worship, that is, every dua ‘ is but ‘ibadah. Then, by reversing the same rule (confining the subject to the predicate), it could also mean that every act of ‘ibadah is itself nothing but a du’a. Both probabilities exist here. And at this place, the meaning is that du’a (prayer,  supplication) and ‘ibadah (worship, devotion) are, though separate from each other in terms of the literal sense, yet in terms of substantiation, they are unified, as every du’a is ‘ibadah and every ‘ibadah is du’a: The reason,is that ‘ibadah is the name of the attitude of showing one’s utter modesty and abasement before someone, and it is all too obvious that showing one’s utter helplessness before someone and extending one’s hand before him with ,the beggar’s bowl is a matter of great disgrace- which is the very sense of ’ibadah. Similarly, the outcome of every ‘ibadah is also to ask Allah Ta’Ala for forgiveness and Jannah and that He blesses us with a perfect state of well being in this world and in the world to come. Therefore, it appears in a Hadith qudsi ( – a Hadith in which the Holy Prophet SAW conveys a saying from Allah that is not iqcluded in the Qur’an) that Allah Ta’Ala said: “One who is so engrossed in remembering Me that he does not have even the time to ask for what he needs, I shall give him more than those who ask (by fulfilling his needs without the asking)” (reported by al-Jazri in An-Nihayah) and in a narration appearing in Tirmidhi and Muslim, the words are:  
(“One who is so engrossed in the recitation of the Qur’an that he does not have even the time to ask for what he needs, I shall give him even more than what those who ask ever get”). 
This tells us that every ‘ibadah brings the same benefit as is the benefit of du’a.

And in the Hadith of ‘Arafat, it appears that the Holy Prophet said, “In ‘Arafat, my dua’ and the dua’ of prophets before me is (the saying la ilaha il-lal-lahu wahdahu la sharika lahu lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli shai’in qadir: There is no god but Allah who is one. No one shares His godhead. To Him belongs the kingdom and to Him belongs all praise, and He is powerful over everything) (reported by Ibn Abi Shaibah – Mazhari).



sumber dari: theheartopener.wordpress.com

Jangan Remehkan Kekuatan Doa




السلام عليكم semuanya ..    ( wajib di jawab loh :) ), jangan malas menjawab salam ya..

Ketika kita menginginkan sesuatu pasti kita harus berusaha semaksimal mungkin kan?. Nah bagaimana kalau usaha kita itu tidak mencapai hasil yang memuaskan? Apakah kita merasa ada yang salah dalam usaha kita ?, atau ada yang kurang dalam usaha kita?. Mungkin salah satu faktornya adalah doa teman-teman..

“Loh kok doa?, apa hubungannya?”, mungkin teman- teman akan bertanya demikian. Dan perlu di ketahui ternyata doa juga menjadi faktor utama dalam kesuksesan kita loh, bahkan firman Allah SWT berfirman dalam Al Quran:

وَقَالَ رَبُكُم اذعُوبِي أَسْتَجِبْ لَكُم إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan doamu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri untuk beribadah kepada-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan 
hina.” Q.S. Al Mu’min: 40







Sekarang kalian tentu sudah tau bahwa doa itu sangat penting, tapi mungkin juga ada pertanyaan “Saya sudah sering berdoa, tapi kok tetap tidak di kabulkan ya?” ( Nah loh gimana tuh  ??)

Ketika doa kita belum di kabulkan oleh Allah, kita jangan dulu putus asa teman-teman..,mungkin ada penyebab yang menjadikan doa kita belum di kabulkan oleh Allah,  misalnya cara berdoa kita yang terlalu tergesa-gesa, ataupun ketika kita berdoa di sisi lain kita masih sering berbuat dosa atau berbuat maksiat, seperti lagunya GIGI yang judulnya amnesia:

Pagi beriman.., siang lupa lagi..
Sore beriman.., malam amnesia..,hahaha (loh kok malah nyanyi?? -,-”)

Dan ada beberapa adab dalam berdoa di antaranya:

Berdoa hendaknya dilakukan dalam keadaan suci, jadi sebaiknya teman-teman berdoa ketika mempunyai wudhu, atau sahabis menunaikan ibadah shalat fardu.
Kemudian ketika berdoa hendaknya kita mengangkat tangan kita( seperti yang di lakukan oleh Rasulullah SAW), dan berdoalah secara khusyu, jangan terburu- buru.

Dan yang terpenting tetaplah berprasangka baik terhadap Allah, karena Allah itu Maha mengetahui segala hal. Jadi jangan pernah mengatakan bahwa Allah itu tidak adil, karena rencana kita belum tentu sama dengan rencana Allah.Dan yakinlah bahwa Allah akan memberi yang terbaik untuk kita.

Jadi dalam berusaha mencapai tujuan kita, jangan lupa juga sertakan berdoa kepada Allah SWT, di tambah juga dengan jangan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, yang bisa jadi perbuatan-perbuatan itulah yang menjadi penghalang doa kita untuk di kabulkan oleh Allah SWT.

trimakasih & wassalam



sumber dari: blog.umy.ac.id

antara blog yang patut anda jengah




Nur AL Mu'min



sumber dari: nuralmukminn.blogspot.com






Saturday, 22 June 2013

Tawassul yang Dilarang






Tawassul yang terlarang adalah menggunakan sarana untuk mendekat-kan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sesuatu yang tidak dijelaskan oleh syari’at. Di antaranya tawassul dengan berdoa kepada orang-orang mati atau orang-orang yang tidak hadir, memohon keselamatan dengan perantaraan mereka, dan sejenisnya. Semua perbuatan itu adalah syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam dan bertentangan dengan tauhid.

Berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam bentuk doa permohonan seperti meminta sesuatu dan meminta diselamatkan dari bahaya: atau doa ibadah seperti rasa tunduk dan pasrah di hadapan Allah, kesemuanya itu tidak boleh dialamatkan kepada selain Allah. Memalingkannya dari Allah adalah syirik dalam berdoa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan Rabbmu berfirman:”Berdo’alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina…” (QS. Al-Mukmin : 60)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat di atas ganjaran bagi orang yang enggan berdoa kepada-Nya, bisa jadi dengan berdoa kepada selain-Nya atau dengan tidak mau berdoa kepada-Nya secara global dan rinci, karena takkbur atau sikap ujub, meski tak sampai berdoa kepada selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

“Berdoalah kepada Allah dengan rasa tunduk dan suara perlahan..”
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berdoa kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya.

Segala bentuk penyamaan Allah dengan selain-Nya dalam ibadah dan ketaatan, maka itu adalah perbuatan syirik terhadap-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka. “ (QS. Al-Ahqaaf : 5)

“Barangsiapa yang menyeru bersama Allah Ta’ala sesembahan yang lain padahal tidak ada bukti baginya, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada akan beruntung.” (QS. Al-Mukminun : 117).

Allah Subhanahu wa Ta’ala menganggap orang yang berdoa kepada selain-Nya, berarti telah mengambil sesembahan selain-Nya pula. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.(QS. Faatir : 13-14)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat ini, bahwa Dia-lah yang Maha Berkuasa dan Mampu mengurus segala sesuatu, bukan selain-Nya. Bahwasanya para sesembahan itu tidak dapat mendengar doa, apalagi untuk mengabulkan doa tersebut. Kalaupun dimisalkan mereka dapat mendengar, merekapun tidak akan mampu mengabulkannya, karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk memberi manfaat atau memberi mudharrat, dan tidak memiliki kemampuan atas hal itu.

Sesungguhnya kaum musyrikin Arab di mana Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa Sallam diutus, mereka menjadi orang-orang kafir karena kemusyrikan mereka dalam berdoa. Karena mereka juga berdoa kepada Allah dengan tulus ketika mendapatkan kesulitan. Kemudian mereka menjadi kafir kepada Allah di kala senang dan mendapatkan kenikmatan dengan cara berdoa kepada selain-Nya. Allah berfirman:

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. Al Isra’ : 67)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

“Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta’atannya”. (QS.Yunus : 22)

Tawassul yang terlarang dapat dikelompokkan menjadi:

1.   Tawassul kepada orang-orang yang sudah mati, meminta berbagai hajat dari mereka, dan meminta pertolongan kepada mereka sebagaimana realitas hari ini. Mereka menyebutnya sebagai tawassul, padahal bukan demikian. Karena tawassul ialah meminta kepada Allah dengan perantara yang disyariatkan, seperti iman, amal shalih dan Asma’ullah al-Husna. Sementara berdoa kepada orang-orang yang sudah mati adalah berpaling dari Allah, dan itu termasuk syirik besar; berdasarkan firmanNya:

Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Yunus: 106).

2.   Adapun tawassul dengan jaah (kedudukan) Rasul, seperti ucapan Anda: Wahai Rabb, dengan jaah Muhammad berilah pertolongan kepadaku.” Ini adalah bid’ah, karena para sahabat tidak pernah melakukannya, dan karena Khalifah Umar bertawassul dengan al-Abbas semasa hidupnya dengan doanya. Umar tidak bertawassul dengan Rasul setelah kematiannya, ketika meminta turun hujan. Sedangkan hadits: “Bertawassullah dengan jaah (kedudukan)ku” adalah hadits yang tidak punya asal (la ashla lahu), sebagaimana dinyatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Tawassul bid’ah bisa membawa kepada syirik. Yaitu jika ia meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala membutuhkan perantara, seperti halnya seorang amir dan hakim. Karena ini sama halnya menye­rupakan Khaliq dengan makhlukNya. Abu Hanifah berkata, “Aku tidak suka memohon kepada Allah dengan (perantara) selain Allah.”

3.   Adapun meminta doa kepada Rasul setelah kematiannya, seperti ucapan Anda: “Wahai Rasulullah, berdoalah untukku!” maka ini tidak boleh. Karena para sahabat tidak pernah melakukannya. Dan juga berdasarkan sabda beliau:

Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang senantiasa mendoakannya.” (HR. Muslim).

Namun bila bertawassul dengan orang shalih yang masih hidup, dengan doa mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara meminta agar dia mendoakan dirimu kepadaNya, maka hal ini diperbolehkan di dalam syariat dan telah dilakukan oleh para shahabat Rasulullah kepada beliau dan telah dilakukan pula oleh Umar bin Khaththab kepada paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muththalib radhiyallahu ‘anhu.

Kemusyrikan sebagian orang pada masa sekarang ini bahkan sudah melampaui kemusyrikan orang-orang terdahulu di jaman jahiliyyah. Karena mereka memalingkan berbagai bentuk ibadah kepada selain Allah seperti doa, meminta keselamatan dan sejenisnya hingga pada saat terjepit sekalipun. Kita memohon keselamatan dan keberuntungan kepada Allah. 

Dengan demikian hendaklah orang yang berdo’a mengambil perantara agar dikabulkan do’anya dengan perkara-perkara yang dicintai dan disukai oleh Allah, yaitu yang diajarkan oleh Rasulullah. Bukan dengan kebid’ahan yang membuat Allah benci, bukan pula dengan kesyirikan yang membuat Allah murka.

Wallahu A’lam.




sumber dari: an-naba.com

Tuesday, 18 June 2013

Sabar dan Sholat






Ketika kita mengeluh : Ah mana mungkin..
Allah menjawab : Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata Jadi, maka jadilah (QS. Yaasiin : 82)

Ketika kita mengeluh : Capek banget deh.
Allah menjawab : dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat. (QS.An-Naba : 9)

Ketika kita mengeluh : Berat banget yah, gak sanggup rasanya
Allah menjawab : AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan. 
(QS. Al-Baqarah : 286)

Ketika kita mengeluh : Stressss nih Panik
Allah menjawab : Hanya dengan mengingatKu hati akan menjadi tenang. (QS. Ar-Rod : 28)

Ketika kita mengeluh : Yaaaahh ini mah semua bakal sia-sia..
Allah menjawab :Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya. (QS. Al-Zalzalah : 7)

Ketika kita mengeluh : Gile yah hanya sendirian..gak ada seorangpun yang mau bantuin
Allah menjawab : Berdoalah (mintalah) kepadaKU, niscaya Aku kabulkan untukmu. 
(QS. Al-Muumiin : 60)

Ketika kita mengeluh : Duh..sedih banget deh ..
Allah menjawab : La Tahzan, Innallaha Maana. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita:. 
(QS. At-Taubah : 40)


Kuatkan kami ya Allah, Amin Ya Robbal Alamiin.


sumber dari: catatantitin.blogdetik.com

Tuesday, 11 June 2013

Duhai Hati, Janganlah Terkorban Dengan Dunia




alt
Sesekali hati mengeluh dengan kesusahan dan kepayahan hidup. Terasa pedih dan rapuh, sakitnya seperti tiada hati lain yang mampu mengerti.
Namun adakah kita sedar bahawa ia adalah ujian dari Allah?

Kepayahan itu sesungguhnya adalah satu bentuk tarbiyah-Nya kepada hati.
Pernah hati bersyukur kerana mendapat perhatian yang sedemikian dari Tuhannya?

Terlebih banyak mengadu dari bertahmid rasanya.

"Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Surah Al-Ankabut ayat 2-3)

"...dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (Surah Yusuf ayat 87)

Tak tersedarkah hati bahawa segala yang diberinya itu adalah nikmat; kebahagiaan adalah nikmat, sakit adalah nikmat, perit itu adalah nikmat.

Duhai hati, sedarlah, bukannya Tuhanmu tidak mendengar segala jerit perih, betapa pedih peritnya derita apa yang dialami, betapa segala yang hati ingin, tidak semua kan hati perolehi. Bukankah Dia sudah terang-terang berfirman:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Surah Al-Baqarah ayat 216)

Nah, Allah sendiri telah siap mengatur segala rencana perjalanan hidupnya hati. Mengapa harus merungut lagi dengan jalan yang ditempuhi?

Duri-duri dan halangan itu adalah rahmat. Redha dan pasrah lah, wahai hati.
Tidak sedarkah kita bahawa setiap langkah, setiap kudrat, setiap butir bicara, kerlip mata dan denyut jantung selama ini semuanya nikmat yang Allah beri dan pinjamkan lepada kita?

Selama ini, adakah setiap langkah dan kudrat digunakan untuk ke jalan kebaikan? Adakah setiap butir bicara hanya yang baik dan berhikmah sahaja?
Adakah kerlip mata dan sisa denyut jantung yang masih ada dimanfaatkan dengan amal ibadah?
Allah berhak mutlak ke atas hati kita. Kenapa hati kita masih perlu persoalkan mengapa ujian diturunkan kepada kita? Layakkah hati-hati ini mendapat syurga milik Allah SWT?

"Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amalan yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa dihisab." (Surah Al Mu'min ; ayat 39-40)

Duhai hati, janganlah terkorban dengan dunia... sesungguhnya hidup hati sebenarnya untuk mencari mati yang sempurna...


sumber dari: fenditazkirah.blogspot.com

Berdoalah kamu kepadaKU






"Dan Tuhan kamu berfirman : "Berdoalah kamu kepadaKU
nescaya AKU Perkenankan doa permohonan kamu.""

- Surah al-Ghafir (al-Mu`min) ayat 60


sumber dari: ukhti27.blogspot.com

Qarun : Pemilik Harta Karun






Qarun adalah salah seorang sepupu Musa, berasal dari Bani Israel. 

Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu’min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir’aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.
“Dan (juga) Qarun, Fir’aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (al-`Ankabut: 39-40)
Penyebutan dalam surah al-Mu’min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya.”Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.’” (al-Mu’min:23-24).

Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir’aun dan Haman. Allah telah menganugerahi Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.
Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.
Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.
Qarun mabuk dan terlena oleh harta dan kekayaannya. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justeru menolak seraya mengatakan “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”
Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh….”                                    
Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.
Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”


sumber dari: dausramli.blogspot.com

If at first you don't succeed, try, try again....





قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسهمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَة اللَّه إِنَّ اللَّه يَغْفِر الذُّنُوب جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُور الرَّحِيم

“Say,

‘O My slaves who have transgressed against themselves,

do not despair of the Mercy of Allah;

indeed, Allah forgives all sins.

Indeed, He is the Most Forgiving, the Most Merciful.’”

(al-Zumar: 53)

  1. وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

    “Your Lord says,

    ‘Call on me; I will respond to you.’”
    (al-Mu’min: 60)

sumber dari: ummah.com

Impian Langit Kebangkitan Islam






”Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…”
(TQS. Al-Mu’min [40]: 60)

“Hati-hati jika bermimpi, karena mimpi adalah doa dan bisa jadi seketika itu sebenarnya doa kita telah dikabulkan oleh Allah. Jika kita bermimpi biasa-biasa saja, maka kita juga akan mendapatkan hasil yang biasa-biasa. Bermimpilah yang luar biasa, karena kita akan menjadi luar biasa! Bermimpilah setinggi langit, karena setinggi itu pula hasil yang akan dapat kita raih. Jika kita yakin bahwa diri kita adalah generasi terbaik (khayru ummah), maka buktikan secara kongruen terhadap ukiran terbaik impian kita!” (Resolusi, 2007)

Ungkapan tersebut bukanlah ungkapan dari seoarang yang sombong. Bukan pula ungkapan dari seorang peramal mistis, seperti Mama Lorenz atau Ki Gendeng Pamungkas yang dielu-elukan orang awam yang tak berkeyakinan. Ungkapan tersebut merupakan ungkapan optimisme diri seorang manusia yang mendamba kehidupan lebih baik dan terbaik di masa depan. Keoptimisan diri generasi terbaik dengan makna mendalam refleksi keyakinannya.

”Kamu adalah umat terbaik (khayru ummah) yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…”
(TQS.Al-Imran [3]: 110)

Setiap manusia, dengan berbagai keyakinannya dalam kehidupan pasti memiliki impian. Terlepas, apakah impian tersebut baik atau buruk, benar atau salah, serta  diperjuangkan sekuat jiwa atau tidak. Begitupun dengan kita, umat Islam. Dengan label yang telah Allah berikan kepada kita ’sebagai umat terbaik’, pasti memiliki impian. Impian generasi terbaik adalah tegaknya Islam atas kehidupan mereka. Impian yang membawanya pada visi bersama La ilaha illallah pada sebuah negara yang mengikatnya menjadi umat yang satu (ummatan wahidan) atas seluruh dunia (rahmatan lil alamiin). Yang akan melindungi diri mereka, harta mereka, dan akal mereka; menjaganya dalam keberkahan dan menghantarkannya pada kedigjayaan.

Rasulullah membina para sahabat dengan landasan keyakinan kepada Allah SWT, Dzat yang telah menciptakan dan menjamin kehidupan. Hingga Islam menjadikan mereka memiliki impian yang sama, yakni kerinduan untuk mewujudkan baldatun thayibatun wa rabbun ghafur. Yakni impian yang terukir diatas kerinduan menjadi umat terbaik di dalam sebuah negara penuh berkah dan rahmat Allah, Khilafah Islamiyah. Hingga akhirnya mereka pun mampu wujudkan dan buktikan.

“Bismillahirahmanirrahim… Ini adalah perjanjian dari Muhammad, Nabi Allah, yang mengatur hubungan kaum mukmin, kaum muslim dari Quraisy, penduduk Yatsrib, serta orang-orang yang mengikuti mereka, mendukung dan berjihad bersama mereka. Sesungguhnya mereka adalah umat yang satu (ummatan wahidan), yang berbeda dengan umat yang lain…”.

“Dokumen ini tidak melindungi orang dzolim dan pendosa. Siapa saja yang keluar (untuk berperang) akan mendapatkan keamanan. Siapa saja yang tinggal di rumah akan mendapatkan keamanan, kecuali orang-orang yang berbuat dzalim dan dosa. Sesungguhnya Allah dan Muhammad SAW adalah pelindung bagi siapa saja yang berbuat baik dan bertaqwa.”
(Teks Perjanjian yang dibuat oleh Muhammad SAW sebagai Konstitusi Negara di Madinah, yang mengatur Interaksi antara Muhajirin, Anshar, dan Orang-orang Yahudi, dalam bait pertama dan akhir; Sirah Ibn Hisyam, h.341-344)

Rasulullah, Muhammad SAW. seorang manusia dengan karakter sempurna yang dapat dipercaya, ’Al-Amin’ (‘The Trustworthy’). Bukan hanya bagi muslim, tapi bagi seluruh umat di dunia. Bersama para sahabat (hasil binaannya), Rasulullah memberikan teladan bahwa kehidupan diatas landasan Islam mampu menjadikan mereka sebagai umat terbaik selama kurang lebih 13 abad, dengan Visi – Impian Langit untuk kemuliaan umat manusia. Maka tak heran jika Michael H Hart dalam buku ‘The 100, A Ranking of the Most Influential Persons In History,’ New York (1978) dengan tegas dan jelas menempatkan Muhammad SAW dalam urutan pertama dari 100 orang paling berpengaruh di dunia, mengalahkan Isaac Newton, Paulus, dan Yesus. Begitupula Sir George Bernard Shaw dalam buku ‘The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8 (1936), menyatakan bahwa jika ada agama yang akan menguasai Inggris atau Eropa dalam abad mendatang mungkin itu adalah Islam. Muhammad adalah orang yang mengagumkan dan pantas disebut Penyelamat Manusia (the Savior of Humanity).

Lantas bagaimana dengan kita? Bagaimana kita mampu meneladani Rasulullah dan para sahabat, hingga perjuangan itu mampu membuahkan hasil yang serupa?

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(TQS.Al-Ahzab [21]: 33)

Rasulullah dan para sahabat memiliki impian langit, maka refleksi keteladanan pertama kita sebagai umatnya adalah berjuang bersama dalam visi – impian langit. Kita semua, para intelektual muslim (laki-laki dan perempuan) selayaknya memiliki impian terbaik dalam kehidupan. Impian seorang muslim yang Allah berikan kelebihan sebagai intelektual. Dengan proaktif mengambil berbagai peran dan tanggungjawab (di berbagai ranah), sesuai dengan potensi intelektual yang kita miliki. Sehingga visi bersama menuju baldatun thayibatun wa rabbun ghafur dapat segera terwujud, insyaAllah.

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
(TQS. As Shaff [61]: 10-11)

Refleksi keteladanan berikutnya adalah bersiap diri menghadapi tercapainya impian. Karena kesiapan lah yang memberikan hujjah atau argumentasi kuat kebenaran sebuah impian, yang membedakannya dengan mimpi di siang bolong. Kesiapan diri berkorelasi positif terhadap keberadaan ‘proses’ di dalamnya. Proses untuk mempersiapkan segala hal yang menjadikan impiannya terengkuh dalam kehidupan. Bersungguh-sungguh adalah faktor pendukung utamanya, dan keyakinan kepada Allah adalah faktor kuncinya. Menetapkan impian dan mempersiapkan diri menyambut kehadirannya, yakni menyempurnakan seluruh ikhtiar (dan potensi yang dimiliki) dengan landasan keyakinan yang benar karenaNya dan untukNya. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat contohkan pada kita. Hingga seluruh buktinya tak mampu ditentang atau ditutup-tutupi dunia.

“Sungguh perkara (agama) ini akan sampai ke seluruh dunia sebagaimana sampainya malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumahpun, baik di tengah penduduk kota maupun di tengah penduduk kampung, kecuali Allah akan memasukkan agama ini ke dalamnya dengan kemuliaan yang dimuliakan dan kehinaan yang dihinakan; kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan Islam dan kehinaan yang di dengannya Allah menghinakan kekufuran.”
(HR. Ahmad)

”Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya).”
(TQS. Yunus [10]: 55)

Demikianlah, sesungguhnya Islam datang dari generasi yang pantang mundur dalam perjuangan, dan kita (umat Islam) adalah generasi yang dilahirkan oleh generasi pejuang itu. Maka berjuanglah hingga kerinduan akan ketercapaian impian itu menyelimuti hati dan pikir kita. sebagaimana para pejuang terbaik dahulu memberikan keteladanannya pada kita. Berjuang untuk kemuliaan dan mati-pun dalam kemuliaan! InsyaAllah. Wallahu’alam.


sumber dari: cicinyulianti.wordpress.com

The Bestower of Security






O you who have attained to faith!
Remember God with unceasing remembrance, and extol His limitless glory from morn to evening.
He it is who bestows His blessings upon you, with His angels echoing Him,
so that He might take you out of the depths of darkness into the light.
(Al-Ahzab 33:41)



sumber dari: asma-ul-husna.netne.net

Tuesday, 11 December 2012

Berdoalah kamu kepadaKu nescaya Aku perkenankan permohonan kamu






Berdoalah kamu kepadaKu nescaya Aku perkenankan permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takbur daripada beribadah dan berdoa kepadaKu akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan yang hina.
(Surah al-Mu’min:60)

Syarat Berdoa
  1. Seikhlas hati
  2. Bersih daripada noda dan dosa termasuk makanan yang halal
  3. Dengan penuh kesungguhan hati
  4. Bersangka baik dengan Allah, yakin doa akan diperkenankanNya
  5. Tidak berputus asa dan istiqamah
  6. Jangan berdoa sesuatu yang tidak munasabah umpama mengharap duit jatuh dari langit

Adab Berdoa

  1. Bertaubat dan beristighfar dahulu sebelum berdoa
  2. Mulakan doa dengan memuji nama Allah
  3. Mengadap kiblat
  4. Menadah tangan
  5. Berdoa dengan suara lembut
  6. Susun kalimah doa dengan kata sederhana.(digalakkan berdoa dengan kalimah yang digunakan oleh Rasulullah)
  7. Mengulang sebut doa yang dihajatkan(minima 3 kali) tanpa rasa jemu
  8. Akhiri doa dengan bacaan selawar kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
Waktu Mustajab Berdoa
  1. Pada bulan Ramadhan terutama malam Lailatul Qadr
  2. Waktu wukuf di Arafah ketika menunaikan haji
  3. Hari jumaat siang ataupun malam
  4. Ketika mendengar azan
  5. Di antara masa azan dan qamat ketika mengerjakan solat
  6. Semasa solat fardhu terutama ketika sujud terakhir
  7. Doa beramai-ramai ketika pengajian agama
  8. Ketika minum air zam-zam
Orang yang Makbul Doanya
  1. Orang yang terdesak(beriman kepada Allah)
  2. Orang yang teraniaya(sekalipun orang kafir)
  3. Pemimipin yang adil
  4. Ibu bapa kepada anaknya
  5. Anak soleh kepada ibu bapanya
  6. Orang yang berjasa kepada masyarakat
  7. Orang yang menjalinkan silaturrahim
  8. Doa sesama muslim
  9. Orang yang bermusafir
  10. Orang yang bertaubat menyesali dosanya
Sabda Rasulullah SAW : “Berdoa itu adalah ibadah” (Hadis Riwayat Abu Daud & Tarmizi)



sumber dari: loveofislam.wordpress.com