Showing posts with label Al-Balad. Show all posts
Showing posts with label Al-Balad. Show all posts

Friday, 7 March 2014

Jiwa yang Mulia




1296529620611752158


Kita mengetahui bahwa kita sebagai manusia mempunyai komposisi ruhani dan bahwa Alloh SWT telah meniupkannya ruh-Nya ke dalam diri kita. Hakikat ruh itu sendiri tidak penting bagi kita. Karena Alloh SWT telah memerintahkan Rosul SAW agar menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya tentang ruh dengan jawab bahwa ruh adalah urusan Alloh SWT. Tidak diragukan lagi bahwa ruh merupakan unsur yang agung dan mulia karena merupakan urusan Alloh SWT. Tidak diragukan lagi bahwa ruh berada di alam metafisik, yang berada di luar ruang lingkup hukum-hukum alam. Ia berada di alam yang seluruhnya berisi cahaya dan sinar terang, semuanya jernih, tetapi ketika Al Qur’an yang mulia menyebutkan jiwa manusia, maka ia menyebutkan sifat-sifatnya.  

“Dan Kami telah menunjukkan dua jalan kepadanya.” (QS. Al Balad:10) 

“ Dan demi jiwa serta penyempurnaananya, maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” (QS. Asy-Syams: 7-8)

Jiwa manusia semata adalah jiwa yang diberi hak memilih. Ia dapat melakukan kebaikan dan keburukan. Ia mampu berbuat baik sebagaimana pula mampu berbuat buruk. Alloh SWT telah membuat berbagai sarana yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kebaikan, jika ia berorientasi kepadanya. Namun ia dapat pula digunakan untuk tujuan kejahatan jika ia berorientasi kepadanya. Inilah rahasia Alloh SWT, Robb Yang Maha Kuasa dan Maha Mengatur.
Sesungguhnya kita dapat melakukan perbuatan baik dan perbuatan buru, dan kita mampu membedakan antara keduanya. Rahasia pemberian Alloh ini selalu siap untuk ditingkatkan keilmuannya sampai pada puncak batas kemungkinan. Kita bukan malaikat yang seluruh hidupnya sarat dengan kebaikan, namun kita juga bukan setan yang seluruh hidup kita penuh dengan keburukan. Dengan kebijaksanaan Alloh SWT, kita dapay mengisi hidup kita dengan keduanya. Jadi, jiwa kemanusiaan kita memiliki batas-batas yang luas dan karakter yang elastis, yang dapat menerima kebaikan sebagaimana pula dapat menerima kejahatan.

Meskipun jiwa manusia dinilai sangat tinggi oleh Al Qur’an, sekalipun jiwa manusia mempunyai ilmu dan keutamaan, dan sekalipun ia bercahaya dan cemerlang, namun manusia tidak disebut di dalam Al Qur’an dengan gambaran bahwa ia memiliki kecenderungan kepada keburukan.

“ Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72)

“ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” (QS. Al A’adiyat: 6)

“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (QS. Al ‘Ashr: 1-2)

“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al Ma’arij: 19-21)

Hal ini semua disebabkan oleh kenyataan bahwa jiwa manusia yang menempati badan, sedangkan dengan kedudukan yang diberikan Alloh SWT itu, ia lupa dan bodoh, sehingga ia terpola dengan karakter bejana dan wadah yang ditempatinya. Ia terpola dengan kecenderungan materi dan karakteristik-karakteristiknya. Tidak ini saja, bahkan setan telah menguasainya. Setan akan terus menguasai dan memikatnya.

Jiwa manusia akan menjadi mulia jika jiwa itu melakukan amal sholih, sehingga martabatnya akan tinggi dihadapan manusia dan Alloh SWT.  

“ Sesungguhnya manusia benar-benar rugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan amal sholih.” (QS. Al ‘Ashr: 2-3). 

““Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir.Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat. Yaitu mereka yang terus menerus mengerjakan sholatnya.” (QS. Al Ma’arij: 19-23)


12965293461944782258


Jadi untuk mengatasi karat keburukan dan kemaksiatan dalam jiwa kita diperlukan pembersih noda. Di sana ada perjuangan yang harus dilakukan terus menerus. Alloh SWT tidak akan membiarkan kita sia-sia. Sebaliknya Alloh SWT mengirimkan para rasul yang membawa kita sehingga ruh dapat dijaga kesuciannya dan orientasi kita kepada Alloh SWT terus lestari dan subur, berkat karunia dan petunjuk Alloh SWT. Al Qur’an telah mengisyaratkan bahwa jiwa manusia dalam perjuangan ini mengalami beberapa tahapan dan peringkat. Maka, rutinkanlah hubungan kita dengan Alloh SWT, rutinkanlah zikir kita, rutinkanlah ketaatan kita kepada Alloh SWT, dan kuatkan perhatian kita kepada Alloh SWT. Inilah pelarut karat yang dapat mencemerlangkan jiwa kita manakal ia jatuh ke kubangan kemaksiatan dan keburukan.  

“ Dan aku tidak menganggap bahwa diriku terbebas dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu meyuruh kepada kejahatan…” (QS. Yusuf: 53).

Terakhir saya ingin mengingatkan diri saya khususnya, dan kita semua yang membaca tulisan ini dengan firman Alloh SWT yang berbunyi,  

“ Dan orang-orang berjihad untuk mencari keridhoan-Ku, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut: 69)

Marilah kita bermujahadah (bersungguh-sungguh) meningkatkan kemuliaan jiwa kita di sisi Alloh SWT dengan amal sholih dan iman kepada-Nya.

Wallahu A’lam



sumber dari: http://agama.kompasiana.com/

Friday, 20 December 2013

Bukan dunia namanya, jika tidak ada ujian didalamnya




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmq5YuybTxgy_FzIQCyS-JkOf2V6TsTmeIHwQZDm15e-Fpa7u3jua5sKOXVAZk2gjMNasgCAnSJ2XbVy2lbFPDlAF2iY10hncaRl6bpVV5Um6LWH_TljOtklvuGn8AJy3n0fYukvZSft4/s1600/Muslims-at-prayer-sujud.jpg


Kita diuji dengan jalan-jalan petunjuk (jalan Allaah, RasulNya dan kaum mukminin) dan jalan-jalan kesesatan (jalan ibliis, jalan penyeru kesesatan, dan hawa hafsu)

Allaah berfirman:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
(al an’aam: 153)

Allaah berfirman:
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
(al Balad: 10)

Allaah berfirman:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
maka diilhamkan (oleh Allaah) kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
(asy Syams: 8-10)

Allaah berfirman:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
(al Baqarah: 38)

Dia juga berfirman:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
(thaa haa : 123)

Allaah berfirman:
أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ كَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُم
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (syaithan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?

(Muhammad : 14)



sumber dari: cahayawahyu.wordpress.com

arti baik dan buruk




http://lh6.ggpht.com/_nTdqT_yei8I/SwsSXjvsF9I/AAAAAAAAABg/kBF_xiGfV7k/ramadhan-sujud-1.jpg


Para filosof dan teolog sering membahas tentang arti baik dan buruk, serta tentang pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan itu merupakan hasil pilihan atau perbuatan manusia sendiri, ataukah berada di luar kemampuannya?

Tulisan ini tidak akan mengarungi samudera pemikiran yang dalam lagi sering menenggelamkan itu, namun kita dapat berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik, dan juga sebaliknya. Ini berarti bahwa manusia memiliki kedua potensi tersebut. Terdapat sekian banyak ayat Al-Quran yang dipahami menguraikan hal hakikat ini, antara lain:


Maka Kami telah memberi petunjuk (kepada)-nya (manusia) dua jalan mendaki (baik dan buruk) 
(QS Al-Balad [90]: ayat 10).
...dan (demi) jiwa serta penyempurnaaaan ciptaannya, maka Allah mengilhami (jiwa manusia) kedurhakaan dan ketakwaan (QS Asy-Syams [91]: ayat 7-8).

Walaupun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam Al-Quran bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan.

Al-Quran surat Thaha (20): 121 menguraikan bahwa Iblis menggoda Adam sehingga, ... durhakalah Adam kepada Tuhannya dan sesatlah ia.
Redaksi ini menunjukkan bahwa sebelum digoda oleh Iblis, Adam tidak durhaka, dalam arti, tidak melakukan sesuatu yang buruk, dan bahwa akibat godaan itu, ia menjadi tersesat. Walaupun kemudian Adam bertobat kepada Tuhan, sehingga ia kembali lagi pada kesuciannya.

Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman. Perbedaan --jika terjadi-- terletak pada bentuk, penerapan, atau pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep-konsep moral, yang disebut ma'ruf dalam bahasa Al-Quran. Tidak ada peradaban yang menganggap baik kebohongan, penipuan, atau keangkuhan. Pun tidak ada manusia yang menilai bahwa penghormatan kepada kedua orang-tua adalah buruk. Tetapi, bagaimana seharusnya bentuk penghormatan itu? Boleh jadi cara penghormatan kepada keduanya berbeda-beda antara satu masyarakat pada generasi tertentu dengan masyarakat pada generasi yang lain. Perbedaan-perbedaan itu selama dinilai baik oleh masyarakat dan masih dalam kerangka prinsip umum, maka ia tetap dinilai baik (ma'ruf).

Kembali kepada persoalan kecenderungan manusia terhadap kebaikan, atau pandangan tentang kesucian manusia sejak lahir, hadis-hadis Nabi saw pun antara lain menginformasikannya: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fithrah), hanya saja kedua orang-tuanya (lingkungannya) yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR Bukhari).

Seorang sahabat Nabi saw bernama Wabishah bin Ma'bad berkunjung kepada Nabi saw, lalu beliau menyapanya dengan bersabda: "Engkau datang menanyakan kebaikan?" "Benar, wahai Rasul," jawab Wabishah. "Tanyailah hatimu! "Kebajikan adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa, dan yang tenteram terhadap hati, sedangkan dosa adalah yang mengacaukan hati dan membimbangkan dada, walaupun setelah orang memberimu fatwa." (HR Ahmad dan Ad-Darimi).

Dengan demikian menjadi amat wajar jika ditemukan ayat-ayat Al-Quran yang mengisyaratkan bahwa manusia pada hakikatnya --setidaknya pada awal masa perkembangan-- tidak akan sulit melakukan kebajikan, berbeda halnya dengan melakukan keburukan.

Salah satu frase dalam surat Al-Baqarah ayat 286 menyatakan, untuk manusia ganjaran bagi perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi bagi perbuatan (buruk) yang dilakukannya.
Oleh beberapa ulama, frase ini kerap dijadikan sebagai bukti apa yang disebut di atas. Dalam terjemahan di atas terlihat bahwa kalimat "yang dilakukan" terulang dua kali: yang pertama adalah terjemahan dari kata kasabat dan kedua terjemahan dan kata iktasabat.

Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Manar menyatakan kata iktasabat, dan semua kata yang berpatron demikian, memberi arti adanya semacam upaya sungguh-sungguh dari pelakunya, berbeda dengan kasabat yang berarti dilakukan dengan mudah tanpa pemaksaan. Dalam ayat di atas, perbuatan-perbuatan manusia yang buruk dinyatakan dengan iktasabat, sedangkan perbuatan yang baik dengan kasabat. Ini menandakan bahwa fitrah manusia pada dasarnya cenderung kepada kebaikan, sehingga dapat melakukan kebaikan dengan mudah. Berbeda halnya dengan keburukan yang harus dilakukannya dengan susah payah dan keterpaksaan (ini tentu pada saat fitrah manusia masih berada dalam kesuciannya).

Potensi yang dimiliki manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah Allah (agama-Nya) yang dinyatakan-Nya sesuai dengan fithrah (asal kejadian manusia). Dalam Al-Quran surat Ar-Rum (30): 30 dinyatakan,


Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). Itulah fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu. ( Ar-Rum (30): 30)

Di sisi lain, karena kebajikan merupakan pilihan dasar manusia, kelak di hari kemudian pada saat pertanggungjawaban, sang manusia dihadapkan kepada dirinya sendiri:


Bacalah kitab amalmu (catatan perbuatanmu); cukuplah engkau sendiri yang melakukan perhitungan atas dirimu (QS Al-Isra' [17]: 14).



sumber dari: p2k-mm-usb-bandung.konsultan-pendidikan-tinggi.biz

Thursday, 25 July 2013

Lessons from the Qur’an (Part 14): Surah Al-Balad




surah-balad


Surah Al-Balad (chapter 90 of the Qur’an) was revealed in Makkah. This Surah concisely summarizes the essence of Islam. The main themes of this Surah are:

a) Reminding mankind that Allah is All-Knower of what they do
b) Reminding mankind that Allah has given them ability to differentiate between the good and the evil
c) Characteristics of the true believers
d) Rewards for the true believers in the next life
e) Punishments for those who are not true believers

SUMMARIZED INTERPRETATION OF SURAH AL-BALAD:  

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
[In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful.]

MAKKAH IS A SANCTUARY:

1) لَا أُقْسِمُ بِهَـٰذَا الْبَلَدِ
[I swear by this city (Makkah);]

2) وَأَنتَ حِلٌّ بِهَـٰذَا الْبَلَدِ
[And you are free (from sin, and to punish the enemies of Islam on the day of the Conquest) in this city (Makkah).]

Makkah is the most sacred city in the world. Prophet Muhammad (peace and blessings of Allah be upon him) said, about the sanctity of this city:

“Verily, Allah made this city sacred on the Day that He created the heavens and the earth. Therefore, it is sacred by the sanctity of Allah until the Day of Judgment. Its trees should not be uprooted, and its bushes and grasses should not be removed. And it was only made lawful for me (to fight in) for one hour of a day. Today its sanctity has been restored just as it was sacred yesterday.” [Narrated by Al-Bukhari and Muslim]

LIFE OF MAN IS FULL OF HARDSHIPS:

3) وَوَالِدٍ وَمَا وَلَدَ
[And by the begetter (i.e. Adam) and that which he begot (i.e. his progeny).]

4) لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ
[Verily, We have created man in toil.]

The birth of a child and his subsequent upbringing is full of hardships that a mother has to endure. Allah says (interpretation of the meaning):
And We have enjoined on man to be dutiful and kind to his parents. His mother bears him with hardship. And she brings him forth with hardship, and the bearing of him, and the weaning of him is thirty months.” [Al Qur’an 46:15]

5) أَيَحْسَبُ أَن لَّن يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ
[Does he think that none can overcome him?]

WEALTH IS A TEST FOR MAN:

6) يَقُولُ أَهْلَكْتُ مَالًا لُّبَدًا
[He says (boastfully): “I have wasted wealth in abundance!”]

7) أَيَحْسَبُ أَن لَّمْ يَرَهُ أَحَدٌ
[Does he think that none sees him?]

ALLAH HAS SHOWN WAYS TO THE GOOD & THE EVIL:

8) أَلَمْ نَجْعَل لَّهُ عَيْنَيْنِ
[Have We not made for him two eyes,]

9) وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ
[And a tongue and two lips?]

10) وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
[And shown him the two ways (good and evil)?]

Allah has shown mankind the ways to the good and the evil and then granted him freedom to choose between these two ways. Allah says (interpretation of the meaning):
Verily, We have created man from Nutfah (mixed drops of male and female sexual discharge), in order to try him, so We made him hearer and seer.
Verily, We showed him the way, whether he be grateful or ungrateful.” [Al Qur’an 76:2-3]

MOST MEN DO NOT FOLLOW THE WAY TO THE GOOD:

11) فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ
[But he has not attempted to pass on the path that is steep (i.e. the path which will lead to goodness and success).]

CHARACTERISTICS OF TRUE BELIEVERS:

12) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ
[And what will make you know the path that is steep?]

13) فَكُّ رَقَبَةٍ
[(It is) freeing a neck (slave)]
Freeing people from slavery or unjust captivity has great virtues. The Prophet said:
“Whoever frees a Muslim slave, Allah will save all the parts of his body from the (Hell) Fire, as he has freed the body-parts of the slave.” [Narrated by Al-Bukhari]

14) أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
[Or giving food in a day of hunger (famine),]

15) يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ
[To an orphan near of kin.]
The Prophet encouraged his followers to treat the poor and the needy people kindly, with an emphasis on the relatives who are in need. He said:
“Charity given to the poor person is counted as one charity, while if it is given to a relative it is counted as two – charity and connecting the ties (of kinship).” [Narrated by At-Tirmidhi, An-Nasai’i]

16) أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ
[Or to a Miskîn (needy) cleaving to dust (out of misery).]
According to the interpretation of Ibn Abbas, the cousin of the Prophet and the great commentator of the Qur’an, “cleaving to dust” refers to those who are dejected in the street and who have no house or anything else to protect them against the dirt. [Tafsir Ibn Kathir]

17) ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
[Then he became one of those who believed (in Islamic Monotheism) and recommended one another to perseverance and patience, and (also) recommended one another to pity and compassion.]
True believers are compassionate towards others. The Prophet said:
“The merciful people will be treated with mercy by the Most Merciful (Allah). Be merciful to those who are on the earth and He Who is above the heavens will be merciful to you.” [Tafsir Ibn Kathir]

RECOMPENSE OF THE BELIEVERS & THE RIGHTEOUS: 

18) أُولَـٰئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ
[They are those on the Right Hand (i.e. the dwellers of Paradise),]

Those who possess the characteristics of true believers as mentioned in verses 12 to 17 of this Surah will be successful in the next life. Allah says (interpretation of the meaning):
And whoever desires the Hereafter and strives for it, with the necessary effort due for it (i.e. does righteous deeds of Allah’s obedience) while he is a believer (in the Oneness of Allah – Islamic Monotheism) – then such are the ones whose striving shall be appreciated, (thanked and rewarded by Allah).” [Al Qur’an 17:19]

RECOMPENSE OF THE DISBELIEVERS & THE WICKED:

19) وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ
[But those who disbelieved in Our Ayât (proofs, evidences, verses, lessons, signs, revelations, etc.), they are those on the Left Hand (the dwellers of Hell).]

20) عَلَيْهِمْ نَارٌ مُّؤْصَدَةٌ
[The Fire will be shut over them (i.e. they will be enveloped by the Fire without any opening or window or outlet).]

Abdullah ibn Mas’ud, a companion of the Prophet and one of the earliest converts to Islam said: “When those (who are destined to remain in the Hell-fire forever) will be thrown in the Hell-fire, each of them will be put in a separate Tabût (Box) of Fire, so that he will not see anyone punished in the Hell-fire except he himself.” [Tafsir Ibn Kathir, At-Tabari and Al-Qurtubi]


sumber dari: beginnerinislam.wordpress.com

eleven different names




Balad al kameen photos - Mintaqat Makkah


Makkah is the place which captures the hearts of a billion Moslems all over the globe. It is the place where God's will was revealed to Mohammed, (peace be upon him), and it is now the location of the Holy Mosque and the sacred Ka'abah. It is also the destination of millions of pilgrims and visitors and the holiest spot on earth.

God has honoured it in His Holy Book, in which it is given eleven different names, including: Makkah, Bakkah, AL-Balad AL-Aamin, AL-Balad AL-Ameen, AL-Haram AL-Aamin and Um-AL-Qura. God also refers to Makkah in several verses of the Holy Koran using other names, and has sworn on its name, thus giving it a unique status unrivalled by any other city in the world.


sumber dari: members.virtualtourist.com

Surat 90 Al Balad – the City







sumber dari: xeniagreekmuslimah.wordpress.com

Sunday, 2 December 2012

anda diberi pilihan






Allah Taala tidak pernah memuji sifat Nabi s.a.w melainkan kerana akhlak atau budi pekerti baginda yang sangat baik seperti firman Allah Taala :

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.
Surah al-Qalam (68): 4

Dalam al-Quran Allah Taala telah berfirman bahawa manusia telahpun diberi persediaan untuk mengenal akhlak yang baik dan akhlak yang jahat sesuatu perkara sejak awal kejadian :

“Dan demi diri nafsani manusia dan apa yang telah disempurnakan kejadiannya, lalu dia (Allah) mengilhamkan kejahatannya dan kebaikannya (takwa)”.
Surah al-Syams (91): 7-8

Allah Taala juga tidak menafikan bahawa tabiat diri nafsani manusia kadangkala boleh terdorong pada kejahatan atau akhlak yang buruk :

“Sesungguhnya diri nafsani juga mempunyai penuh daya keupayaan untuk menyuruh pada yang jahat”.
Surah al-Balad (90): 10

Walaupun mempunyai nafsu nafsani yang mampu membawa manusia kepada kejahatan, Allah Taala telah membekalkan manusia dengan kemampuan dalam diri manusia itu sendiri untuk memandu kepada kebaikan seperti frimanNya :

“Bagi mereka punya hati tetapi tidak digunakan untuk memahami dan bagi mereka punya mata tetapi tidak digunakan untuk melihat, dan bagi mereka punya telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka itu adalah seperti binatang ternakan, bahkan lebih sesat”.
Surah al-A’raf (7): 179

Allah Taala juga berfirman agar manusia membersihkan diri nafsani dari kejahatan dan dosa seperti firmanNya:

“Sesungguhnya berjayalah orang yang membersihkan diri nafsani dan sesungguhnya kecewalah orang yang memijaknya (merendahkannya)”.
Surah al-Syams (91): 9-10



sumber dari: upsi.edu.my

Monday, 21 November 2011

cabaran dalam Al-Balad





Kehidupan di dunia ini diiringi kesukaran (cabaran) demi kesukaran (maksud surah al-Balad: 4) sehinggakan kesukaran (kesulitan) atau cabaran itu seolah-olah sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Itu realiti perjalanan dunia ini. Kesulitan, kesukaran, cabaran, dan dugaan menjadi risiko hidup. Tiada seorang pun yang terlepas daripada kenyataan itu. Bagaimanapun, apa yang seringkali terjadi adalah perasaan bimbang terhadap risiko yang bakal muncul lantaran kekerdilan jiwa untuk menghadapinya. Lalu timbullah seribu satu macam ketakutan. Rasa ketakutan ini cuma akan membuat seseorang itu menjadi pengecut. Dan akhirnya lari daripada kenyataan.

pengajaran Al-Balad

Allah mengurniakan harta benda kepada manusia sebagai amanah untuk diuruskan dengan sebaiknya menurut syarak kerana ia akan disoal dari mana diperolehi dan bagaimana dibelanjakan.
  • Hargailah anggota tubuh badan yang dikurniakan Allah dengan mentaatiNya, bukan mengingkariNya.
  • Allah yang bersifat Maha Adil telah menyediakan dua jalan untuk kita lalui atas mukabumi ini, dan jalan yang kita pilih itu akan menentukan sama ada kita dibalas syurga atau neraka.

tafsir Al-Balad




Surah ini dimulakan dengan sumpah. Banyak surah yang dimulakan dengan sumpah. Ia menandakan selepas daripada sumpah itu, Allah ingin menyampaikan perkara yang sangat penting.

Allah bersumpah dengan ‘al Balad’yang merujuk kepada Mekah. Ini menunjukkan bahawa tanah Mekah merupakan tanah yang mulia dan diberkati Allah. Ia juga dikenali dengan tanah haram yang memberi erti bahawa banyak perkara tidak boleh dilakukan ketika berada dalam tanah haram. Antaranya mencabut tumbuhannya, membawa balik sesuatu yang menjadi milik tanah haram seperti tanah dan batunya.

Ayat 2 merujuk kepada Nabi Muhammad s.a.w. bertujuan untuk memuliakan rasulullah s.a.w. yang dilahirkan di tanah yang mulia, dan dilantik sebagai nabi terakhir di tanah yang mulia.

Allah ingin menekankan dalam ayat 4 bahawa manusia sentiasa dalam keadaan kesusahan, sama ada jasmani dan rohani. Antara kesusahan yang dialami manusia ialah susah menyara kehidupan, susah melahirkan anak, susah mencari harta benda, susah beramal kebajikan dan lain-lainnya. Kesusahan fizikal yang berlaku biasanya membawa kepada kesusahan kepada rohani juga.

Sebab itu dalam ayat ke 5, Allah membuat pertanyaan “adakah manusia mengira tiada seorang yang dapat berkuasa terhadapnya?” bertujuan mengingatkan manusia yang lupa asal usul, bahawa segala harta yang diperolehi dan ke mana dibelanjakan akan ditanya oleh Allah. Lihatlah ayat 7 menekankan bahawa Allah maha mengetahui segala isi hati manusia walaupun makhluk lain tidak mampu membongkarnya.

Seterusnya Allah mengingatkan manusia dalam ayat 8 dan 9 bahawa segala nikmat yang besar-besar seperti kurniaan dua mata, lidah dan bibir merupakan kurniaan Allah sebagai bukti kekuasaan dan kekayaanNya.

Rasulullah s.a.w. bersabda dalam hadis qudsi yang maksudnya,

“ Allah berfirman: Hai anak Adam, Aku telah memberimu nikmat yang amat banyak, engkau tidak akan dapat menghitungnya dan mensyukurinya. Dua mata untuk engkau melihat dengannya dan aku beri tutup maka gunakan untuk melihat benda yang Aku halalkan dan apabila engkau melihat benda yang Aku haramkan maka tutuplah matamu. Juga Aku beri lidah kepadamu, juga Aku beri alat penutupnya, maka gunakannya untuk mengucapkan apa yang Aku perintahkan dan halalkan bagimu, jika ada sesuatu yang aku haramkan maka tutuplah rapat-rapat lidahmu, juga aku berikan kepadamu kemaluan dan Aku beri tutup, maka pergunakanlah kemaluanmu itu untuk apa yang Aku halalkan dan jika ada sesuatu yang Aku haramkan maka tutuplah. Hai anak Adam, engkau tidak sanggup menanggung murkaKu dan tidak kuat menerima seksa pembalasanKu.”

Lalu Allah menyebutkan dalam ayat ke 10 bahawa manusia diberi pilihan sama ada mengikuti jalan baik atau jalan jahat[1].

Tapi manusia tidak mahu menempuh kesusahan(ayat 11) dengan melakukan kebajikan seperti memerdekakan hamba(ayat 13), memberi makanan kepada orang yang kebuluran(ayat 14) atau kepada anak yatim dan kaum kerabat(ayat 15), atau kepada orang miskin yang melarat(ayat 16).

Umumnya manusia terbahagi kepada dua golongan iaitu kanan dan kiri. Golongan kanan(ayat 18) ialah ahli syurga yang berpesan-pesan dengan kesabaran dan kasih sayang di dunia(ayat 17). Manakala golongan kiri merupakan orang-orang kafir(ayat 19) yang sengsara hidupnya di akhirat akibat dihumban ke dalam neraka yang bersifat menutup mereka(ayat 20).

terjemahan Al-Balad





[1]Aku bersumpah dengan negeri (Makkah) ini;
[2]Sedang engkau (wahai Muhammad) tinggal di negeri ini (sentiasa ditindas),
[3]Demi manusia yang melahirkan zuriat, dan zuriat yang dilahirkannya;
[4]Sesungguhnya Kami telah jadikan manusia sentiasa dalam keadaan menghadapi kesulitan dan kesukaran (jasmani dan rohaninya);
[5]Patutkah manusia yang demikian keadaannya (terpedaya dengan kekuasaan yang ada padanya dan) menyangka bahawa tidak ada sesiapapun yang dapat mengatasi kekuasaannya (dan menyeksakannya)?
[6]Manusia yang demikian keadaannya (tidaklah patut ia bermegah-megah dengan kekayaannya dan) berkata: “Aku telah habiskan harta benda yang banyak (dalam usaha menegakkan nama dan bangsa).
[7]Adakah ia menyangka bahawa tidak ada sesiapapun yang melihatnya (dan mengetahui tujuannya menghabiskan harta bendanya itu?
[8](Mengapa manusia terpedaya dan bermegah-megah?) Tidakkah Kami telah menjadikan baginya: dua mata (untuk ia memerhatikan kekuasaan dan kekayaan Kami?) -
[9]Dan lidah serta dua bibir (untuk ia menyempurnakan sebahagian besar dari hajat-hajatnya)?
[10]Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, (jalan kebaikan untuk dijalaninya, dan jalan kejahatan untuk dijauhi)?
[11]Dalam pada itu manusia tidak (memilih jalan kebaikan) merempuh masuk mengerjakan amal-amal yang tinggi darjatnya di sisi Tuhan;
[12]Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui: apa dia amal-amal yang tinggi darjatnya di sisi Tuhan itu?
[13](Di antara amal-amal itu – bagi orang yang mampu) ialah: memerdekakan hamba abdi;
[14]Atau memberi makan pada hari kelaparan -
[15]Kepada anak yatim dari kaum kerabat,
[16]Atau kepada orang miskin yang terlantar di atas tanah.
[17]Selain dari (tidak mengerjakan amal-amal) itu, ia (tidak pula) menjadi dari orang-orang yang beriman dan berpesan-pesan dengan sabar serta berpesan-pesan dengan kasih sayang.
[18](Ketahuilah! Bahawa orang-orang yang beriman serta berusaha mengerjakan amal-amal yang tinggi darjatnya di sisi Tuhan), merekalah golongan pihak kanan (yang akan beroleh Syurga).
[19]Dan (sebaliknya) orang-orang yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Kami, merekalah golongan pihak kiri. -
[20]Mereka ditimpakan (azab seksa) neraka yang ditutup rapat (supaya kuat bakarannya).

Al-Balad -pengenalan

Berkas:Al-Balad.png



Surah Al-Balad (Arab: سورة البلد‎) ialah surah ke-90 dalam al-Quran. Surah ini tergolong surah Makkiyah yang terdiri atas 20 ayat. Dinamakan "Al-Balad" yang bererti Negeri diambil dari perkataan "Al-Balad" yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Yang dimaksud dengan kota dalam ayat ini ialah kota Makkah.


isi kandungan

  • Manusia diciptakan Allah untuk berjuang menghadapi kesulitan

  • Peringatan kepada manusia supaya tidak terpedaya oleh kekuasaan dan harta benda

  • Beberapa peringatan kepada manusia atas beberapa nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya dan bahawa Allah telah menunjukkan jalan-jalan yang akan menyampaikannya kepada kebahagiaan dan yang akan membawanya kepada kecelakaan.