Showing posts with label Al-Lail. Show all posts
Showing posts with label Al-Lail. Show all posts

Wednesday, 4 June 2014

When I have Allah; I have everything




Benefits of each surahs in Quran:-

Chapter 91: Surah Ash Shams
By reciting this Surah daily, it will increase your livelihood and people will always be in agreement with you. Your heart will be strong and you will have good memory.

Chapter 92: Surah Wal Layl
Recite this Surah 15 times before sleeping and see only good dreams. And if you recite this Surah in the ear of a person who is unconscious or suffering form epilepsy, he will be cured.

Chapter 93: Surah Wad Duha
Write this Surah over the name of a person who has disappeared, he will come back. If you have forgotten anything, recite this Surah and the thing will remain in Allah (SWT)'s protection.

Chapter 94: Surah Al Inshirah
Cure chest pains by reciting this Surah and wear an amulet for palpitations. If a person whose
urine has stopped, write this Surah, soak it in water and then drink it, it will cure the ailment,.

Chapter 95: Surah Wat Teen
Poison will not affect the person who recites on his food

Chapter 96: Surah Al Alaq
Recite this Surah for safe travel, from drowning, safekeeping treasures. Recite this Surah in the
day or at night and if you die in the course of it, you will die a martyr's death.

Chapter 97: Surah Al Qadr
i) Recite 10 times in one sitting, 1000 sins are forgiven.
ii) Recite 15 times after Isha prayers, you'll be safe until the next night.
iii) Recite this Surah in wajib prayer, all your sins will be forgiven.
iv) Recite this Surah once in Ramadhan and get the reward of fasting for the whole month.
v) Recite this Surah in front of your employer, your work will be done.
vi) Recited 7 times on a mu'mins grave, his sins are forgiven.

Chapter 98: Surah Al Bayyinah
Hang around the neck for cure of jaundice/white spots on body. Soak the Surah in water, drink
and pregnancy stays safe and body swellings disappear. Recite it on food there will be no effect of
poison.

Chapter 99: Surah Az Zilzaal
Recite this Surah to keep you safe from earthquakes and accidental deaths and you will die peaceful
and enter heaven. Whoever has been afflicted with facial paralysis should look at this Surah to get
cured.

Chapter 100: Surah Al A'adiyat
Regular recitation of this Surah will be rewarded equally to the whole Qur'an. Your debts will be
paid and you will be free from fears. If you are in pain, write this Surah in a new utensil and soak it
with rainwater, then add a pinch of Sugar. Drink this water for the pain to subside.




sumber dari: facebook.com/

Wednesday, 4 December 2013

Qiyam al-Layl On Odd Nights







sumber dari: alhudainstitute.ca

Al-Lail------The Night








sumber dari: pearls-in-islam.blogspot.com

The Night Prayer (Qiyaam al-Layl)




night.gif
Night prayer in the lives of the early Muslims

Imām AlHasan AlBasri said: “I did not find any worship more powerful than ṣalāh in the middle of the night”.

Abu Uthmaan AlHindi said: “I was the guest of Abu Huraira for seven [days]. He, his wife, and his servant would divide the night into three parts, praying one part and staying awake for another part”.

When Shaddad ibn Aws would go to bed, he would be like a grain in a frying pan. Then he would say: “Oh Allāh, hell-fire does not stop me from sleeping”. Then he would stand to pray.


Taawus would strongly awaken his family, then he would make wudhu and face the qibla until morning. He would say “The sleep of the worshippers has caused them to completely stop remembering the hell-fire!”



sumber dari: muslimmatters.org

Menangisi Qiyam Al Lail






AMIR BIN ABDILLAH suatu saat ketika hendak wafat, beliau menangis.
Mereka yang datang pun bertanya,”Apakah Anda menangis karena sakit saat sakaratul maut?”

Amir bin Abdillah pun menjawab,”Aku menangis bukan karena sakitnya mati atau memberati dunia, namun karena aku tidak bisa lagi mendirikan qiyam al lail di musim dingin”. (Shifat Ash Shafwa, 3/202).

Bagi kebanyakan manusia qiyam al lail di musim dingin adalah amalan yang amat berat.
Namun Amir bin Abdillah telah merasakan nikmatnya, hingga hal itu yang ditangisi beliau saat hendak wafat.



sumber dari: hidayatullah.com

Salat al-Lail







sumber dari: islamicmobility.com

17 GOLONGAN YANG MENDAPAT HIDAYAH






1-Satu kewajipan pada Allah SWT yang perlu disempurnakan. Surah Al-Lail, ayat : 12.

"Sesungguhnya tanggungan Kamilah memberi hidayah petunjuk (tentang yang benar dan yang salah)."

2-Hidayah terdapat dimana-mana dan dapat menyelamatkan manusia. Surah Taha, ayat 10 dan 20.

Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada isterinya: "Berhentilah! Sesungguhnya aku ada melihat api semoga aku dapat membawa kepada kamu satu cucuhan daripadanya, atau aku dapat di tempat api itu: penunjuk jalan.

Lalu ia mencampakkannya, maka tiba-tiba tongkatnya itu menjadi seekor ular yang bergerak menjalar.

3-Hidayah tidak akan diberi kepada kaum yang telah disesatkan. Surah An-Nahl, ayat : 37.

Jika engkau (wahai Muhammad) terlalu tamak (inginkan mereka beroleh hidayah petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang berhak disesatkanNya; dan tiadalah bagi mereka sesiapapun yang dapat memberikan pertolongan.

4-Hidayah daripada Allah SWT adalah amat benar. Surah Al-Baqarah, ayat : 120 dan Surah Ali Imran, ayat : 73.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (wahai Muhammad) sehingga engkau menurut ugama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya petunjuk Allah (ugama Islam itulah petunjuk yang benar". Dan demi sesungguhnya jika engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepada mu.

Dan (mereka berkata lagi): "Janganlah kamu percaya melainkan kepada orang-orang yang mengikut ugama kamu". Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya petunjuk yang sebenar benarnya ialah petunjuk Allah". (Mereka berkata pula: "Janganlah kamu percaya) bahawa akan diberi kepada sesiapa seperti apa yang telah diberikan kepada kamu, atau mereka akan dapat mengalahkan hujah kamu di sisi Tuhan kamu". Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya limpah kurnia itu adalah di tangan Allah, diberikanNya kepada sesiapa yang dikehendakiNya; dan Allah Maha Luas limpah kurniaNya, lagi Meliputi pengetahuanNya.

5-Hidayah akan membawa ke Jalan Yang Lurus. Surah Al-Anam, ayat :87 dan 88.

Dan (Kami juga lebihkan darjat) sebahagian daripada datuk nenek mereka, dan keturunan mereka, dan mereka, dan keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka; dan Kami telah pilih mereka, serta Kami tunjukkan mereka ke jalan yang lurus.

Yang demikian itu ialah petunjuk Allah, yang dengannya Ia memimpin sesiapa yang dihendakiNya dari hamba-hambaNya; dan kalau mereka sekutukan (Allah dengan sesuatu yang lain) nescaya gugurlah dari mereka, apa yang mereka telah lakukan (dari amal-amal yang baik).

6-Hidayah daripada Allah SWT memerlukan penjelasan daripada Allah SWT. Surah An-Nisa', ayat : 115.

Dan sesiapa yang menentang (ajaran) Rasulullah sesudah terang nyata kepadanya kebenaran pertunjuk (yang dibawanya), dan ia pula mengikut jalan yang lain dari jalan orang-orang yang beriman, Kami akan memberikannya kuasa untuk melakukan (kesesatan) yang dipilihnya, dan (pada hari akhirat kelak) Kami akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam; dan neraka jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

7-Hidayah akan mudah diterima jika tidak ada perkara yang menghalang. Surah Al-Kahfi, ayat : 57.

Dan tidaklah ada yang lebih zalim daripada orang yang diberi ingat dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu ia berpaling daripadanya dan lupa akan apa yang telah dilakukan oleh kedua tangannya; sesungguhnya (disebabkan bawaan mereka yang buruk itu) Kami jadikan tutupan berlapis-lapis atas hati mereka, menghalang mereka daripada memahaminya, dan (Kami jadikan) pada telinga mereka penyumbat (yang menyebabkan mereka pekak). Dan jika engkau menyeru mereka kepada petunjuk, maka dengan keadaan yang demikian, mereka tidak sekali-kali akan beroleh hidayah petunjuk selama-lamanya.

8-Orang yang mendapat hidayah akan bertambah ketaqwaan atau perasaan takut kepada Allah SWT. Surah Muhammad, ayat : 17.

Dan (sebaliknya) orang-orang yang menerima petunjuk (ke jalan yang benar), Allah menambahi mereka dengan hidayah petunjuk, serta memberi kepada mereka (dorongan) untuk mereka bertaqwa.

9-Hidayah tidak akan diberikan kepada mereka yang memiliki sifat zalim. Surah Al-Qasas, ayat : 50.

Kemudian, kalau mereka tidak dapat menerima cabaranmu (wahai Muhammad), maka ketahuilah, sesungguhnya mereka hanyalah menurut hawa nafsu mereka; dan tidak ada yang lebih sesat daripada orang yang menurut hawa nafsunya dengan tidak berdasarkan hidayah petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak memberi pimpinan kepada kaum yang zalim (yang berdegil dalam keingkarannya).

10-Tidak semua manusia yang akan mendapat Hidayah daripada Allah SWT, hanya mereka yang dipilih oleh Allah SWT sahaja yang akan mendapat hidayah daripada Allah SWT. Surah Al-An'am, ayat : 35.

Dan jika perbuatan mereka berpaling (daripada menerima apa yang engkau bawa wahai Muhammad) terasa amat berat kepadamu; maka sekiranya engkau sanggup mencari satu lubang di bumi (untuk menembusi ke bawahnya) atau satu tangga untuk naik ke langit, supaya engkau dapat bawakan mukjizat kepada mereka, (cubalah lakukan jika engkau sanggup). Dan sekiranya Allah menghendaki, tentulah ia himpunkan mereka atas hidayah petunjuk. (Tetapi Allah tidak menghendakinya), oleh itu janganlah engkau menjadi dari orang-orang yang jahil.

11-Golongan mereka yang terpilih untuk mendapat hidayah Allah SWT. Surah Al-A'raf ayat 178 dan Surah Al-Isra' ayat 97.

Sesiapa yang diberi petunjuk oleh Allah (dengan sebab persediaannya) maka dia lah yang beroleh petunjuk; dan sesiapa yang disesatkan oleh Allah (dengan sebab keingkarannya) maka merekalah orang-orang yang rugi.

Dan sesiapa yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah maka dia lah yang sebenar-benarnya berjaya mencapai kebahagiaan; dan sesiapa yang disesatkanNya maka engkau tidak sekali-kali akan mendapati bagi mereka, penolong-penolong yang lain daripadaNya. Dan Kami akan himpunkan mereka pada hari kiamat (dengan menyeret mereka masing-masing) atas mukanya, dalam keadaan buta, bisu dan pekak; tempat kediaman mereka: neraka Jahannam; tiap-tiap kali malap julangan apinya, Kami tambahi mereka dengan api yang menjulang-julang.

12-Golongan yang memperolehi pengajaran daripada kisah-kisah Nabi serta kitab-kitab yang Allah SWT utuskan. Surah Al-Hadid ayat 26.

Dan demi sesungguhnya! Kami telah mengutus Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim, dan Kami jadikan pada keturunan keduanya orang-orang yang berpangkat Nabi dan menerima Kitab-kitab ugama; maka sebahagian di antara mereka: orang yang beroleh hidayah petunjuk, dan kebanyakan mereka orang-orang yang fasik – derhaka

13-Golongan yang hatinya tidak tertawan dengan tawaran dunia yang merugikan. Surah Al-Baqarah ayat 16.

Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan meninggalkan petunjuk; maka tiadalah beruntung perniagaan mereka dan tidak pula mereka beroleh petunjuk hidayah.

14-Golongan yang menyembah Allah SWT dan tidak mengikut hawa nafsu. Surah Al-An'am ayat 65, 55 dan 56.

Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran satu persatu (supaya jelas jalan yang benar), dan supaya jelas pula jalan orang-orang yang berdosa.

Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku dilarang menyembah mereka yang kamu sembah yang lain dari Allah". Katakanlah lagi: "Aku tidak akan menurut hawa nafsu kamu, kerana kalau aku turut, sesungguhnya sesatlah aku, dan tiadalah aku dari orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk".

Katakanlah: "Dia lah yang berkuasa menghantar kepada kamu azab seksa (bala bencana), dari sebelah atas kamu, atau dari bawah kaki kamu, atau Ia menjadikan kamu bertentangan dan berpecah-belah – berpuak-puak, dan Ia merasakan sebahagian daripada kamu akan perbuatan ganas dan kejam sebahagian yang lain". Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan (yang menunjukkan kebesaran Kami) dengan berbagai cara, supaya mereka memahaminya.

15-Golongan yang tidak membunuh anak dan tidak menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan.Surah Al-An'am ayat 140.

Sesungguhnya rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka kerana kebodohan, lagi tidak berpengetahuan (sedang Allah yang memberi rezeki kepada sekalian makhluknya), dan juga (rugilah orang-orang yang) mengharamkan apa yang telah dikurniakan oleh Allah kepada mereka, dengan berdusta terhadap Allah. Sesungguhnya sesatlah mereka, dan tiadalah mereka mendapat petunjuk.

16-Bersedia dan redha dengan pemberian dan dugaan Allah SWT. Surah Al-An'am ayat 82.

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk.

17-Golongan yang tidak mengharapkan balasan sesama manusia. Surah Yasin ayat 20 dan 21.

Dan (semasa Rasul-rasul itu diancam), datanglah seorang lelaki dari hujung bandar itu dengan berlari, lalu memberi nasihat dengan katanya:" Wahai kaumku! Turutlah Rasul-rasul itu -

"Turutlah orang-orang yang tidak meminta kapada kamu sesuatu balasan, sedang mereka adalah orang-orang mandapat hidayah petunjuk".

"Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah(Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul."
(Surah Al-Isra 17: Ayat 15)



sumber dari: sailingdaie.blogspot.com

mengandungi dua perumpamaan




zakat


Bismillahirrahmanirrahiim.

Sesunguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang)orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik. Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (QS. Al-Lail : 4 – 11)

Surat ini merupakan surat-surat pertama Makiyyah, mengandung dua perumpamaan yang memberikan suatu isyarah akan sikap Islam terhadap harta dan orang kaya; dan menjelaskan pula contoh akhlaq yang diperintahkan Islam dan yang akan mendapatkan ridha Allah SWT.

Golongan pertama adalah golongan yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala terbaik (syurga). Terhadap golongan ini Allah memujinya dan menyiapkan baginya jalan yang mudah.

Jadi memberi adalah salah satu sifat yang disejajarkan dengan taqwa dan membenarkan kalimat terbaik. Quran memutlakan sifatnya dengan memberi dan tidak menyatakan apa yang diberikan, berapa yang diberikan dan macam apa yang diberikan, karena maksud utamanya adalah jiwanya itu adalah jiwa yang dermawan, mulia dan pemberi, bukannya jiwa yang hina dan tidak mau memberi.

Jiwa pemberi adalah jiwa yang bermanfaat dan jiwa yang baik, yang tabiatnya senantiasa mau berlaku baik dan memberikan kebaikan kepada orang lain. Ia memberikan yang terbaik, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain, sehingga ia menyerupai sebuah sungai yang dimanfaatkan oleh manusia dengan meminumnya dan untuk diberikan kepada hewan ternak dan tanaman. Demikian pula dengan orang yang penuh keberkatan dimanfaatkan dimanapun ia berada, sehingga sebagai pembalasannya terhadap jiwanya yang mudah memberi itu, Allah SWT akan memudahkan masuk ke dalam syurga.

Sebagai tandingan golongan ini, golongan yang dicela Allah dan memudahkannya masuk ke dalam neraka, karena ia sifatnya bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan adanya pahala terbaik (syurga). Inilah golongan yang tercela karena kekikirannya terhadap hartanya dan menganggap dirinya cukup, tidak memerlukan pertolongan Allah dan pertolongan manusia serta membohongkan apa yang dijanjikan Allah SWT, yaitu akibat yang baik bagi orang-orang yang benar imannya.

Maka, Allah memperingatkan dengan neraka yang menyala-nyala, Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, Yang mendustkan kebenaran dan berpaling dari iman. Dan kelak akak dijauhkan orang yang bertaqwa dari neraka itu. Yang menafkahkan hartanya di jalan Allah untuk membersihkannya, Padahal tidak seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi dia memberikan itu itu semata-mata karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS. Al-Lail : 14 – 21)


Sari Penting Kitab Fiqih Zakat, Dr. Yusuf Al-Qaradhawy



sumber dari: sahabatsyurga.org

Tuesday, 3 December 2013

Surah Al-Lail dan Saidina Ali





Hari itu, setelah menunaikan shalat Ashar, seorang lelaki mendekati Imam Ali as dan berkata, "Wahai Ali! Ada yang ingin saya sampaikan kepadamu dan saya berharap engkau sudi memenuhinya."

Imam Ali as melihatnya dan berkata, "Katakan apa yang engkau mau."

Lelaki menjelaskan, "Tetangga dekat rumah saya memiliki pohon kurma di rumahnya. Waktu itu ada angin kencang dan burung, lalu buah kurmanya terjatuh di halaman rumah kami. Saya dan anak-anak memungutnya dan memakannya. Suatu hari saya mendatanginya dan meminta agar ia menghalalkan kurma yang kami makan, tapi ia tidak rela. Sudikah engkau menjadi perantara antara kami dengannya untuk mendapatkan kehalalan dari kurma yang kami makan itu?"

Imam Ali as tidak pernah menolak untuk melakukan perbuatan baik. Tanpa banyak berpikir, beliau langsung mengikuti lelaki itu dan menemui pemilik pohon kurma. Ketika Imam Ali as melihat pemilik pohon kurma, beliau berkata, "Sudikah anda merelakan tetanggamu yang telah memakan buah kurma yang terjatuh? Semoga Allah Swt juga rela kepadamu."

Tetangga lelaki itu menolak permintaan Imam Ali as. Tapi Imam Ali as tidak berputus asa. Untuk kedua kalinya beliau mengulangi permintaan yang sama. Tapi pria itu tetap menolak. Untuk yang ketiga kalinya, Imam Ali as berkata, "Bila engkau merelakan tetanggamu, Demi Allah, saya akan menjadi jaminan dari Rasulullah Saw bahwa Allah Swt akan menganugerahimu sebuah kebun di surga."

Aneh, orang itu tidak menerimanya!

Imam Ali as kembali berkata, "Apakah engkau mau menukar rumahmu dengan satu dari kebun milikku?"

Pria itu menjawab, "Iya, saya mau menukar rumahku dengan kebunmu."

Imam Ali as memandang lelaki yang memintanya sebagai perantara guna menyelesaikan masalahnya dan berkata, "Sejak saat ini, rumah ini juga menjadi milikmu. Allah Swt memberkatimu dan rumah ini halal bagimu."

Keesokan harinya, setelah menunaikan shalat Subuh di masjid, Nabi Muhammad Saw menghadap para jamaah shalat dan berkata, "Tadi malam, siapa di antara kalian yang melakuan perbuatan baik?"

Karena tidak ada yang menjawab, Nabi Saw kembali berkata, "Kalian akan mengucapkannya, atau aku yang mengatakan?"

Ali as berkata, "Wahai Rasulullah! Silahkan anda yang mengatakan."

Nabi Muhammad Saw berkata, "Saat ini Jibril mendatangi aku dan berkata, ‘Tadi malam Ali melakukan perbuatan baik.' Saya bertanya kepadanya, ‘Apa yang dilakukannya?' Sebagai jawabannya, Jibril membawakan surat al-Lail kepadaku."

Setelah itu Nabi Saw berkata, "Wahai Ali! Engkau membenarkan surga dan mengganti kebunmu dengan rumah dan memberikan rumah itu kepada lelaki itu?"

Dengan wajah gembira Imam Ali as berkata, "Benar, wahai Rasulullah!"

Nabi Saw Bersabda, "Ketahuilah bahwa surat al-Lail diturunkan dengan sebab perbuatan baik yang engkau lakukan."


Setelah itu Nabi Saw mencium dahi Ali as dan berkata, "Saya adalah saudaramu dan engkau adalah saudaraku."



sumber dari: erfan.ir

Surah Al-Lail in Urdhu Translations








sumber dari: islamicinformations.blogspot.com

Sunday, 14 July 2013

Abandoning Worldly Appetites




In the Qur'an Allah states that the world has been adorned in such a way to separate true believers from insincere people:

"We made everything on Earth adornment for it so that We could test them to see whose actions are the best" (Surat Al-Kahf: 7).

Some of these adornments are described in the Qur’an:

The love of worldly appetites appears fair in people's eyes, painted in glowing colors: women and children, heaped-up mounds of gold and silver, horses with fine markings, livestock, and fertile farmland. All of that is merely the enjoyment of the life of this world. The best homecoming is in Allah's Presence.  (Surah Al 'Imran, 14)

Each thing listed here was created as a blessing for humanity. However, it is up to individual human beings to realize that these blessings are from Allah and that they are obliged to thank Him and use them in ways to win His favor. Each blessing should draw people closer to Allah and lead them to give Him greater thanks and better appreciate His greatness, intelligence, artistry, infinite mercy, and generosity. Individuals should always be aware that He can remove all of these things whenever He wills and that, apart from Him, there is no power that can help them.

Those believers who are aware of this understand that, apart from Allah, they have no other friends, or helpers, and that only Allah protects and cares for them, gives them their blessings and daily bread, makes their work easier, and bolsters their heart with a sense of contentment and security. They are attached to Allah with such a deep love and unshakable trust that their greatest fear is that of failing to win His approval, pleasure, love, and friendship. Therefore, they avoid any action that might cause this by doing their best to please Him and conform to the Qur'an's moral teachings.

In accord with this sincerity, they use every blessing they have to win Allah's favor, friendship, and infinite mercy. Of course, all of the things listed above are blessings for believers; however, they are never more important than winning His approval. Believers are never greedy for such profits, for they would give up any one of them immediately in order to win His approval.

Some people measure self-sacrifice in terms of looking after their own needs, desires, and comfort before considering the well-being of others. But this view has nothing to do with the moral understanding of self-sacrifice described in the Qur'an. When these people say that they have been self-sacrificial in some things, they mean only with regard to things they do not need, things whose absence does not really trouble them. They may think they are being self-sacrificial, but the Qur'anic morality is being able to renounce all gain and give up without a second thought that which he/she loves the most:

You will not attain true goodness until you give of what you love. 
Whatever you give away, Allah knows it. (Surah Al 'Imran, 92)

Another measure is not expecting any benefits in return other than Allah's good pleasure in performing self-sacrificial acts and not making the recipient feel obligated. Some people do a favor for someone else and then take every opportunity to mention it so that the recipient will feel obligated and so that they can claim a favor in the future, if necessary. Some seek to collect appreciation from those around them, hoping that they will say how generous and kind-hearted they are. However, the purpose of sincere self-sacrifice is not to gain any material or emotional return, but to win Allah's approval:

"The metaphor of those who spend their wealth, desiring the pleasure of Allah and firmness for themselves, is that of a garden on a hillside. When heavy rain falls on it, it doubles its produce; and if heavy rain does not fall, there is dew. Allah sees what you do" (Surat al-Baqara: 265).

In addition:

"Those who give their wealth to purify themselves – not to repay someone else for a favor done – desiring only the Face of their Lord Most High. They will certainly be satisfied" (Surat al-Layl: 18-21).

Allah tells us not to belittle others and make them feel obligated, and mentions a reward for those who follow these words:

Those who spend their wealth in the way of Allah and then do not follow what they have spent by demands for gratitude or insulting words will have their reward with their Lord. They will feel no fear and will know no sorrow. (Surat al-Baqara: 262)

Allah also tells us that believers, because of their moral superiority, often keep quiet about what they have given:
[People of intelligence] are steadfast in seeking the Face of their Lord; perform prayer and give from the provision We have given them, secretly and openly; and stave off evil with good. They will have the Ultimate Abode. (Surat Ar-Ra'd: 22) 

Another measure of sincere self-sacrifice can be seen among those who are poor or who have limited means. Such people could claim material and emotional difficulties in an attempt to assuage their conscience. However, they must not forget that Allah cares for them, as well as supports and helps them, and that He will show them an easy way out of their difficulties if they show a good moral character. Allah says that better things await those who seek only His approval:

Those who respond to their Lord will receive the best. But as for those who do not respond to Him, even if they owned everything on Earth and the same again with it, they would offer it as a ransom. They will receive an evil reckoning, and their shelter will be Hell. What an evil resting-place! (Surat ar-Ra'd: 18) 

Those who refuse to be self-sacrificial and do favors for others, worrying that such actions might harm their interests, might wish to give everything that they have as a ransom to save themselves from the pains of Hell. However, they will learn on the Day of Judgment that nothing they offer will be accepted.
The superior morality of believers is praised in this regard:

[The people who guard against evil] give in times of both ease and hardship, those who control their rage and pardon other people – Allah loves the good-doers. (Surah Al 'Imran: 134)

Your wealth and children are a trial. But with Allah there is an immense reward. (Surat at-Taghabun: 15)

Allah reveals in the above verse that the allures of this worldly life are only a trial and a source of temptation. In another verse, He warns those who are overcome by desire and forget about winning His favor:

You who believe. Do not let your wealth or children divert you from the remembrance of Allah. Whoever does that is lost. (Surat al-Munafiqun: 9) 

There may be times when people have to sacrifice not only their material possessions, but also their life. It should not be thought that this is restricted to certain situations. People enjoy many different blessings in this earthly life. Believers know that all of these blessings come from Allah's mercy in the form of a test, and so always think about how they can best use the means at their disposal to win Allah's favor. Sometimes they may have to risk their life to save another believer or give up their respect, rank, and position to help another person. Likewise, they may have to use their own money to solve another person's problems, sacrifice their orderly life for a person's well-being, put their own needs second to somebody else's health, or become physically exhausted and have to expend more effort than usual.

Fully aware believers try every day to use their mind and talents, knowledge and experience, physical strength and time in the best way. When required, they give up their own comfort and free time. For example, they may deprive themselves of sleep and food, ignore their personal affairs, and do good works with the intention of benefiting others. It would be quite reasonable for them to set apart large blocks of time for themselves and use the rest to help others. Although such people may be considered to act according to their conscience and freely donate their spare time, each action can still be done better. The spirit of self-sacrifice that comes from sincere belief leads people to do more than they were going to and to make the best use of every second at their disposal.

Allah offers human beings many such possibilities. However, some people get caught up in a great desire for the things of this world. Instead of thanking Allah for the blessings they have, they become less generous, and even greedy to acquire more:

Leave the person I created on his own to Me alone, the one to whom I have given great wealth and children who stay with him and whose way I have smoothed. Then this person wants Me to add yet more! (Surat al-Muddaththir: 11-15) 

Greedy for the allures of this life, such people avoid self-sacrifice and, instead of trying to win Allah's favor, pursue their own gain:

Know that the life of this world is merely a game and a diversion, ostentation and a cause of boasting among yourselves, and trying to outdo one another in wealth and children - like the plant-growth after the rain, which delights the cultivators. But then it withers and you see it turning yellow, and then it becomes broken stubble. In the Hereafter, there is terrible punishment but also forgiveness from Allah and His good pleasure. The life of this world is nothing but the enjoyment of delusion. (Surat al-Hadid: 20) 

As stated in this verse, whatever people possess and may avoid sacrificing is like plant-growth in the field, for one day everything will pass away. Only good deeds done to earn Allah's favor will receive the finest reward in His Presence and turn into blessings in this life and the Hereafter. Allah reveals this truth:

Wealth and children are the embellishment of the life of this world. But in your Lord's Sight, right actions that are lasting bring a better reward and are a better basis for hope. (Surat al-Kahf: 46) 



 

sumber dari: harunyahya.com

Saturday, 19 November 2011

gambaran api neraka dalam Al-Lail





Allah SWT berfirman (artinya): “Maka, Kami akan memperingatkan kamu dengan An Naar yang menyala-nyala.”
(Al Lail : 14)

Bagaimana gambaran dahsyatnya api neraka yang telah Allah subhanahu wata’ala sediakan itu? Hal itu telah digambarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadist yang diriwayatkan sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
“(Panasnya) api yang kalian (Bani Adam) nyalakan di dunia ini merupakan sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya api neraka Jahannam.

Para sahabat bertanya:“Demi Allah, apakah itu sudah cukup wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam?”

Rasul bersabda:“(Belum), sesungguhnya panasnya sebagian yang satu melebihi sebagian yang lainnya sebanyak enam puluh kali lipat.”

(HR. Muslim no. 2843)

Api neraka itu juga melontarkan bunga-bunga api. Seberapa besar dan bagaimana warna bunga api tersebut?

Allah SWT telah gambarkan hal tersebut dalam surat Al Mursalat: 32-33 (artinya):
“Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah seperti iringan unta yang kuning.”

Berkata Asy Syaikh As Sa’di dalam tafsir ayat ini:“Sesungguhnya api neraka itu hitam mengerikan dan sangat panas.”

bersedekah dalam Al-Lail





فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى
[92.5] Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى
[92.6] dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
[92.7] maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.


Dalam tafsir Fi Zhilaalil Quran karya Sayyid Quthb diterangkan :
“Orang yang memberi, bertaqwa, dan membenarkan pahala yang terbaik, sesungguhnya dia telah melakukan upaya optimal untuk membersihkan jiwanya dan membimbingnya. Saat itulah ia berhak mendapatkan pertolongan dan taufiq Allah yang telah ditetapkan atas diri-Nya sendiri dengan kehendak dan kemauan-Nya. Tanpa pertolongan dan taufiq dari-Nya tidak akan ada sesuatu yang terjadi, dan manusia tidak akan mampu melakukan sesuatu.”

takwa terindah dalam Al-Lail



Allah menjanjikan tempat yang mulia dan derajat yang tinggi bagi kita yang bertakwa . Apa dan bagaimana bertakwa itu?? Allah Sang Pengasih mengajarkan kepada kita melalui Al Quran tentang beberapa pemahaman tentang takwa. Kali ini, mari kita melihat sebuah definisi takwa yang indah dalam surat Al Lail, sebuah surat ke-92 …


17. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,

18. Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,

19. Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,

20. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi.

21. Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan.


Kita banyak melakukan transaksi dalam hidup kita. Dan, transaksi-transaksi itu banyak menjadi motif dalam tindakan, perbuatan dan amal kita. Sebuah motif yang wajar bagi homo economicus seperti kita. Namun, ada individu-individu terpilih, yang karena cintanya kepada Allah, melakukan pengorbanan bukan karena motif transaksi melainkan semata-mata karena Allah, karena ingin ‘menyenangkan’ Allah, karena mendambakan keridhaan Allah … Mari kita ikuti kisah berikut, yang merupakan latar belakang turunnya ayat diatas …

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang pemilik pohon kurma mempunyai pohon yang mayangnya menjulur ke rumah tetangganya seorang fakir yang banyak anaknya. Tiap kali pemilik kurma itu memetik buahnya ia memetiknya dari rumah tetangganya, dan apabila ada kurma jatuh dan dipungut oleh anak-anak itu, ia segera turun dan merampasnya dari tangan anak-anak itu, bahkan yang sudah masuk ke mulut anak-anak itupun dipaksa dikeluarkannya.

Orang fakir itu mengadukan hal itu kepada Nabi saw. dan beliau berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian Rasulullah saw. bertemu dengan pemilik kurma itu dan bersabda: “Berikanlah kepadaku pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah si Anu, dan bagianmu sebagai gantinya pohon kurma di surga.” Pemilik pohon kurma itu berkata: “Hanya sekian tawaran tuan?” Aku mempunyai banyak pohon kurma dan pohon kurma yang diminta itu paling baik buahnya.” Pemilik pohon kurma itu pergi.

Pembicaraan dengan Nabi saw. itu terdengar oleh seorang Dermawan yang langsung menghadap kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Apakah tawaran tuan itu berlaku juga bagiku, jika pohon kurma itu telah menjadai milikku?” Rasulullah menjawab: “Ya.”

Maka pergilah orang itu menemui pemilik pohon kurma itu. Pemilik pohon kurma itu berkata: “Apakah engkau tahu bahwa Muhammad saw. menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetanggaku? Dan bahwa aku telah mencatat tawarannya, akan tetapi buahnya sangat mengagumkan, padahal aku banyak mempunyai pohon kurma, dan tidak ada satupun pohon yang selebat itu.”

Maka berkata orang dermawan itu: “Apakah kau mau menjualnya.” Ia menjawab: “Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memnuhi keinginanku, akan tetapi pasti tidak akan ada yang sanggup.” Dermawan itu berkata lagi: “Berapa yang engkau inginkan?” Ia berkata: “Aku inginkan empat puluh pohon kurma.” Ia pun terdiam kemudian berkata lagi: “Engkau minta yang bukan-bukan, baik aku berikan empat puluh pohon kurma kepadamu, dan aku minta saksi jika engkau benar mau menukarnya.” Ia memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu.

Dermawan itu pun menghadap kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Ya Rasulullah! Pohon kurma itu telah menjadi milikku dan akan aku serahkan kepada tuan.” Maka berangkatlah Rasulullah saw. kepada pemilik yang fakir itu dan bersabda: “Ambillah pohon kurma ini untukmu dan keluargamu.”

(Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan yang lainnya dari al-Hakam bin Abban dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Semoga Allah Sang Pengasih memberikan kemampuan dan kekuatan kepada kita untuk meneladani kisah tersebut. Sehingga kita akan merasakan nikmatnya indahnya cinta Allah, di dunia dan di akhirat …

Amiin …

Al-Lail ada peringatan api neraka




"Maka (serentak dengan memberi hidayah petunjuk) Aku juga telah memberi amaran mengingatkan kamu akan api neraka yang marak menjulang."

( Surah al-Lail:14)

Al-Lail menambah rezki





petua menambah rezki

1. Menunaikan solat dengan penuh khusyuk.

2. Rajin melakukan solat sunat Dhuha.

3. Mengerjakan solat Fajar dan Witir di rumah.

4. Tidak membincangkan soal keduniaan selepas menunaikan solat Witir.

5. Membaca surah Al-Waqiah. Baca pada waktu tengah malam terutamanya ketika orang lain sedang tidur.

6. Membaca Surah Al-Mulk

7. Membaca Surah Al-Muzammil

8. Membaca Surah Al-Lail.

9. Memperbanyakkan selawat ke atas Nabi S.A.W setiap hari.

tafsir surah Al-Lail

Surah ini dimulai dengan sumpah Allah tentang:

1. Malam apabila menutupi alam keliling dengan kegelapannya (1)

2. Siang apabila terang benderang sehngga menampakkan dengan jelas yang remang dan tersembunyi (2).

3. Penciptaan laki-laki dan perempuan, jantan dan betina (3). Allah bersumpah dengan hal-hal yang bertolak belakang itu untuk menegaskan bahwa sesungguhnya usaha kami wahai manusia sungguh berbeda-beda [4], sebagaimana perbedaan malam dan siang dan lelaki dan perempuan. Ada yang bermanfaat, ada juga yang merusak, ada yang berdampak kebahagiaan dan ada juga kesengsaraan.

Jika demikian itu, keragaman amal perbuatan manusia, maka tentu saja dampaknya pun akan berbeda, Nah, ayat-ayat berikut menjlaskan dampak tersebut, yakni: adapun orang yang memberi dengan ikhlas apa yang dalam genggaman tangan dan kemampuannya serta melakukan aneka kewajiban yang dipikulnya, dan dia bertakwa (5), yakni berupaya menghindari siksa Ilahi dengan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya serta membenarkan adanya kesudahan yang terbaik (6), antara lain kemenangan, ganjaran, atau surga yang dijanjikan Allah, maka Allah bersama dengan makhluk-makhluk yang Dia tugaskan akan memudahkan baginya jalan kemudahan (7), yakni Allah akan menyiapkan untuknya aneka jalan yang mengantarkannya kepada kemudahan dan ketenangan dengan mengarahkannya kepada jalan kebaikan.

Sedang yang kikir dan merasa dirinya cukup sehingga mengabaikan orang lain atau mengabaikan tuntutan Allah dan Rasul-Nya (8) serta mengingkari keniscayaan Kiamat atau kesudahan yang terbaik [9], maka kelak Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesukaran (10). Jangan duga bahwa hartanya tidak berguna baginya apabila dia telah binasa, yakni setelah meninggalnya nanti.

Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 1-11

1. Manusia dalam hidup ini berbeda perangai, kecenderungan, pandangan dan perhatian. Usahanya bermacam-macam dan berbeda-beda dalam substansi, motivasi dan arahnya, sehingga dampak dan hasilnya pun pasti berbeda-beda.

2. Malam bertingkat-tingkat kepekatan hitamnya, demikian juga siang dengan kejelasannya. Ini mengisyaratkan juga bertingkat-tingkat amalan manusia, yang baik dan yang buruk. Ada yang mencapai puncak -kebaikan atau keburukan- dan ada juga yang belum/tidak mencapainya.

3. Kebaikan pada dasarnya dapat dilakukan dengan mudah, karena sejalan dengan jati diri manusia. Berbeda dengan keburukan, yang ditutup-tutupi dan dikerjakan dengan berpayah-payah menyembunyikannnya. Kebaikan dapat dilakukan dengan santai, bahkan ada kecenderungan untuk menampakannya.

4. Sebelum Allah mempermudah bagi seseorang untuk menelusuri jalan kebahagiaan atau sebaliknya, yang bersangkutan terlebih dahulu harus aktif melakukan sesuatu. Dalam konteks meraih kemudahan, yang bersangkutan harus memberi, bertakwa, serta membenarkan adanya kesudahan terbaik. Sebaliknya, yang memperoleh kesulitan adalah yang kikir dan merasa dirinya cukup serta mendustakan keniscayaan Kiamat.

ringkasan surah Al-Lail



1. Demi malam apabila ia menyelubungi segala2nya dengan gelap-gelitanya. Dan siang apabila ia lahir terang-benderang.
2. Demi Yang menciptakan makhluk2Nya lelaki dan perempuan, jantan dan betina.

3. Sesungguhnya amal usaha kamu adalah berbagai2 keadaannya. Jelasnya: adapun orang yang memberikan apa yang ada padanya ke jalan kebaikan dan bertaqwa mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan segala laranganNya. Serta ia mengakui dengan yakin akan perkara yang baik. Maka sesungguhnya Kami akan memberikannya kemudahan untuk mendapat kesenangan Syurga.

4. Sebaliknya: orang yang bakhil daripada berbuat kebajikan dan merasa cukup dengan kekayaan dan kemewahannya. Serta ia mendustakan perkara yang baik. Maka sesungguhnya Kami akan memberikannya kemudahan untuk mendapat kesusahan dan kesengsaraan.

5. Dan apakah pertolongan yang dapat diberi kepadanya oleh hartanya apabiha ia telah terjerumus ke dalam azab seksa hari akhirat?

6. Sesungguhnya tanggungan Kamilah memberi hidayah petunjuk tentang yang benar dan yang salah. Dan sesungguhnya Kamilah yang menguasai hari akhirat dan alam dunia. Maka serentak dengan memberi hidayah petunjuk Aku juga telah memberi amaran mengingatkan kamu akan api neraka yang marak menjulang.

7. Yang tidak akan menderita bakarannya melainkan orang yang sungguh celaka. Yang telah mendustakan kebenaran dan berpaling ingkar.

8. Dan sebaliknya akan dijauhkan azab neraka itu daripada orang yang sungguh bertaqwa. Yang mendermakan hartanya dengan tujuan membersihkan dirinya dan hartabendanya. Sedang ia tidak menanggung budi sesiapapun, yang patut di balas.

9. Hanyalah mengharapkan keredaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.

10. Dan demi sesungguhnya, ia tetap akan berpuas hati pada hari akhirat, dengan mendapat segala yang diharapkannya.

terjemahan Al-Lail



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang



وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى
[92.1] Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),

وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى
[92.2] dan siang apabila terang benderang,

وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثَى
[92.3] dan penciptaan laki-laki dan perempuan,

إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى
[92.4] sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى
[92.5] Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,

وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى
[92.6] dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
[92.7] maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى
[92.8] Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,

وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى
[92.9] serta mendustakan pahala yang terbaik,

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
[92.10] maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.

وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى
[92.11] Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.

إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى
[92.12] Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk,

وَإِنَّ لَنَا لَلآخِرَةَ وَالأولَى
[92.13] dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia.

فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى
[92.14] Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.

لا يَصْلاهَا إِلا الأشْقَى
[92.15] Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,

الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى
[92.16] yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).

وَسَيُجَنَّبُهَا الأتْقَى
[92.17] Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,

الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى
[92.18] yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,

وَمَا لأحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى
[92.19] padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,

إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الأعْلَى
[92.20] tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.

وَلَسَوْفَ يَرْضَى
[92.21] Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.

Al-Lail -pengenalan




Surah Al-Lail (سورة الليل) adalah surah ke-92 dalam Al Quran. Surat ini terdiri atas 21 ayat, termasuk golongan surah Makkiyah, diturunkan sesudah Surah Al-‘Alaq. Surat ini dinamai Al Lail (malam), diambil dari perkataan Al Lail yang terdapat pada ayat pertama surat ini.


isi kandungan

  • Usaha manusia itu berlainan, kerana itu balasannya berlainan pula;

  • orang yang suka berderma, bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang baik dimudahkan Allah baginya melakukan kebaikan yang membawa kepada kebahagiaan di akhirat, tetapi orang yang dimudahkan Allah baginya melakukan kejahatan-kejahatan yang membawa kepada kesengsaraan di akhirat, harta benda tidak akan akan memberi manfaat kepadanya;

  • orang yang bakhil merasa dirinya cukup dan mendustakan adanya pahala yang baik.


  • Surat Al-Lail menerangkan bahawa amalan-amalan yang dikerjakan dengan tulus ikhlas semata-mata mencari keredhaan Allah itulah yang membawa kebahagiaan di akhirat kelak.