Tahajud adalah shalat pertama yang ditetapkan Allah dalam perjalanan dakwah Islam. Allah membuat skenario seperti ini karena Rasulullah Saw. akan menerima sebuah kalimat yang disebut oleh Allah sebagai qaulan tsaqiilan, perkataan yang berat (QS al-Muzammil, 5). Shalat Tahajud, semula, dihukumi wajib (fardhu) sebelum Allah menurunkan ayat 20
Surat ini yang menurunkan derajat hukum menjadi sunnah.
Surat ini yang menurunkan derajat hukum menjadi sunnah.
Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan, bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan Sesungguhnya, Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya, bangun di
waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan
. Sesungguhnya, kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan
(QS al-Muzammil, 1-8).
Nama shalat sunnah nonrawatin ini memiliki beberapa nama sesuai dengan dimensinya. Dari sisi waktu, Tahajud biasa disebut Shalatul Lail dan Qiyamur Ramadhan. Dari sisi bilangan rakaat, Tahajud biasa disebut Witir. Dari sisi kondisi atau sikap pelaksanaannya, Tahajud biasa disebut Tarawih. Jadi, Shalatul Lail disebut Tahajud karena shalat sunnah dilaksanakan setelah bangun dari tidur dan pada waktu malam hari.
Tidak ada hadis (kalaupun ada, kedudukannya sangat lemah) bahwa shalat Tahajud bisa dilaksanakan secara berjamaah. Ini berbeda dengan shalat Tarawih yang boleh dilaksanakan secara berjamaah karena ada hadis shahih yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. mengajak seluruh anggota keluarganya untuk shalat Tarawih berjamaah. Secara umum, shalat sunnah lebih baik dilaksanakan di rumah seperti hadis yang menyatakan bahwa ”FA ’ALAIKUM BISH SHAHALAAT FII BUYUUTIKUM FA IN KHARA SHALAAT AL-MAR’I FII BAITIHI ILLAA ASH-SHALAAT AL-MAKTUUBAH” (HR Bukhari).
Waktu Shalat Tahajud
Berdasarkan ayat di atas, waktu pelaksanaan shalat Tahajud itu bervariasi, yakni pada awal, pertengahan, atau akhir malam. Secara umum, waktu pelaksanaan shalat Tahajud mengikuti hadis yang menyatakan bahwa AL-WITR MAA BAINA ASH-SHALAAT AL-’ISYAA ILAA THULUU’ AL-FAJR (HR al-Khamsah). Waktu pelaksaksanaannya diperkuat oleh ayat yang menyatakan bahwa NISHFAH AU INQUSH MINHU QALIILAN AU ZID ’ALAIHI.
Sungguhpun demikian, ada waktu yang bernilai istimewa untuk pelaksanaan shalat Tahajud, yakni AU ZID ’ALAIHI, lebih dari separuh malam atau sepertiga malam terakhir. Penetapan ini berdasarkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: YANZILU RABBUNAA TABAARAKA WA TA’AALAA KULLU LAILATIN ILAA AS-SAMAA-I AD-DUNYAA HIINA YABQAA TSULUUTSI AL-LAIL AL-AAKHIR YAQUUL MAN YAD’UUNII FASTAJIIB LAHUU MAN YAS-ALUNII FA U’THIYAHUU MAN YASTAGHFIRUNII FA AGHFIRA LAHU (HR Bukhari).
Berdasarkan Hadis sahih dari Aisyah r.a., jumlah rakaat shalat Tahajud tidak lebih dari 11 rakaat, tetapi ia dapat dilakukan dengan beberapa macam formulasi. Kalaupun ada tambahan rakaat, tambahan yang dimaksud bersifat, misalnya, sebelum mulai shalat Tahajud diawali oleh shalat Syukrul Wudhu atau jumlah rakaat shalat Witir yang banyak, misalnya tujuh atau sembilan rakaat.
Doa Tahajud
Cukup banyak dan sangat bervariasi doa-doa yang dibaca oleh Rasulullah Saw. berkaitan dengan shalat malam, baik sebelum, pada saat, dan sesudah shalat malam. Bacaan yang biasa dibaca oleh Rasulullah Saw. sebelum melaksanakan shalat Tahajud sebagai berikut.
ALLAAHUMMA LAKAL HAMDU ANTA NUURUS SAMAAWAATI WAL ARDHI WA MAN FIIHINNA WA LAKAL HAMDU ANTA QAYYIMUS SAMAAWAATI WAL ARDHI WA MAN FIIHINNA WA LAKAL HAMDU ANTAL HAQQU WA WA’DUKA HAQQUN WA QAULUKA HAQQUN WA LIQA-UKA HAQQUN WAL JANNATU HAQQUN WAN NAARU HAAQQUN WAS SA’AATU HAQQUN WAN NABIYYUUNA HAQQUN WA MUHAMMADUN HAQQUN;
ALLAAHUMMA LAKA ASLAMTU WA ’ALAIKA TAWAKKALTU WA BIKA AAMANTU WA ILAIKA ANABTU WA BIKA KHASHAMTU WA ILAIKA
HAAKAMTU FAGHFIR LII MAA QADDAMTU WA MAA AKHKHARTU WA MAA ASRARTU WA MAA A’LANTU ANTAL MUQADDAM WA ANTAL MUKHKHAR LAA ILAAHA ILLAA ANTA.
Ya Allah, Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian, Engkaulah cahaya langit dan bumi, serta segala apa yang ada di dalamnya, dan hanya milik-Mu segala pujian. Engkaulah yang mengurusi langit dan bumi, dan siapa pun yang ada di dalamnya, dan hanya milik-Mu segala pujian.
Engkaulah kebenaran. Janji-Mu benar. Firman-Mu benar. Peremuan dengan-Mu benar. Jannah itu benar. Neraka itu benar. Kiamat itu benar. Para nabi benar, dan Muhammad pun benar.
Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku beriman, dan hanya kepada-Mu aku berserah diri. Hanya kepada-Mu aku berlindung. Hanya kepada-Mu aku memohon ampunan-Mu dari dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan. Engkaulah yang Mahadahulu dan Engkaulah yang Mahaakhir. Tiada tuhan selain Engkau (HR Ahmad).
Doa saat melaksanakan shalat Tahajud sama dengan doa-doa shalat wajib biasa. Surat-surat yang dibaca setelah membaca surat al-Fatihah bergantung pada selera dan kemampuan. Misalnya, hanya surat al-Kafiruun dan al-Ikhlas.
Setelah melaksanakan shalat Tahajud, ada banyak bacaan atau dzikir yang dibaca, sebelum berdoa. Istighfar (doa memohon ampun) sebaiknya dibaca. ”
Hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya”(QS Hud, 3).
Lalu, bacalah surat Ali Imran ayat 190-200 hingga tuntas dengan bacaan tartil dan berkesan sebagaimana hadis dari Abdullah ibn Abbas r.a. yang menerangkan bahwa Rasulullah Saw. biasa membaca surat itu. Setelah itu, kita bisa berdzikir dengan dzikir yang mampu kita baca, misalnya, dzikir Nabi Ibrahim: HASBIYALLAAHU WA NI’MAL WAKIIL; atau dzikir Rasulullah Saw.:
HASBIYALLAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWA ’ALAIHI TAWAKKALTU WA HUWA RABBUL ’ARSYIL ’AZHIIM
(QS at-Taubah, 129).
Doa berikut hanyalah salah satu yang biasa dibaca. Kita bisa menambah doa-permohonan sesuai dengan kebutuhan (bahasa pun bisa dengan bahasa sehari-hari).
ALLAAHUMMAJ’AL FII QALBII NUURAN WA FII LISAANII NUURAN WAJ’AL FII SAM’II NUURAN WAJ’AL FII BASHARII NUURAN WAJ’AL MIN KHALFII NUURAN WA MIN AMAAMII NUURAN WAJ’AL MIN FAUQII NUURAN WA MIN TAHTII NUURAN.
ALLAAHUMMA A’THINII NUURAN WAJ’AL LII NUURAN; RABBI ADKHILNII MUDKHAKAL SHIDQIN WA AKHRIJNII MUKHRAJAN SHIDQIN WAJ’ALLI MIN LADUNKA SHULTHAANAN NASHIIRAN
Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku. Tetapkanlah cahaya dalam lisanku. Tetapkanlah cahaya pada pendengaranku. Tetapkanlah cahaya pada penglihatanku. Tetapkanlah cahaya di belakangku, di depanku. Tetapkanlah cahaya dari atasku dan dari bawahku.
Ya Allah, besarkanlah cahaya bagiku dan jadikanlah aku cahaya. Ya Rabbi, Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (QS al-Isra, 80).
Fadhilah Tahajud
Fadhilah artinya keutamaan atau keistimewaan. Jadi, fadhilah Tahajud berarti keistimewaan shalat Tahajud. Tentang fadhilah ini, Allah meyakinkan kita bahwa ”Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan, pada sebagian malam hari bershalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (maqaaman mahmuudan)” (QS al-Isra, 78-79).
Shalat Tahajud merupakan salah satu media taqarrub kepada Allah agar lebih takwa kepada-Nya. Padahal, orang yang bertakwa memiliki posisi yang istimewa di sisi-Nya. ”
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya
” (QS ath-Thalaq, 2-3).
Sebuah Hadis Sahih menyebutkan bahwa orang yang sudah dekat dengan-Nya, Allah akan menjadikan ”telinga-Nya” sebagai pendengarannya; ”tangan-Nya” sebagai kekuatannya; ”langkah-Nya” sebagai jalan hidupnya.
Jika orang itu mendekati Allah dengan berjalan, Allah akan mendekatinya dengan berlari. Jika ia mendekati Allah satu depa, Allah akan mendekatinya sepuluh depa. Demikianlah perjalanan menuju Allah.
Amalan lain yang sebaiknya menjadi suplemen adalah shaum Sunnah (Daud, Senin-Kamis), tilawah Alquran (sampai khatam), dan telaah Alquran sebagai media psikoterapi. ”
Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” (QS al-Ankabut, 69).
No comments:
Post a Comment