Showing posts with label Asy-Syams. Show all posts
Showing posts with label Asy-Syams. Show all posts

Wednesday, 4 June 2014

When I have Allah; I have everything




Benefits of each surahs in Quran:-

Chapter 91: Surah Ash Shams
By reciting this Surah daily, it will increase your livelihood and people will always be in agreement with you. Your heart will be strong and you will have good memory.

Chapter 92: Surah Wal Layl
Recite this Surah 15 times before sleeping and see only good dreams. And if you recite this Surah in the ear of a person who is unconscious or suffering form epilepsy, he will be cured.

Chapter 93: Surah Wad Duha
Write this Surah over the name of a person who has disappeared, he will come back. If you have forgotten anything, recite this Surah and the thing will remain in Allah (SWT)'s protection.

Chapter 94: Surah Al Inshirah
Cure chest pains by reciting this Surah and wear an amulet for palpitations. If a person whose
urine has stopped, write this Surah, soak it in water and then drink it, it will cure the ailment,.

Chapter 95: Surah Wat Teen
Poison will not affect the person who recites on his food

Chapter 96: Surah Al Alaq
Recite this Surah for safe travel, from drowning, safekeeping treasures. Recite this Surah in the
day or at night and if you die in the course of it, you will die a martyr's death.

Chapter 97: Surah Al Qadr
i) Recite 10 times in one sitting, 1000 sins are forgiven.
ii) Recite 15 times after Isha prayers, you'll be safe until the next night.
iii) Recite this Surah in wajib prayer, all your sins will be forgiven.
iv) Recite this Surah once in Ramadhan and get the reward of fasting for the whole month.
v) Recite this Surah in front of your employer, your work will be done.
vi) Recited 7 times on a mu'mins grave, his sins are forgiven.

Chapter 98: Surah Al Bayyinah
Hang around the neck for cure of jaundice/white spots on body. Soak the Surah in water, drink
and pregnancy stays safe and body swellings disappear. Recite it on food there will be no effect of
poison.

Chapter 99: Surah Az Zilzaal
Recite this Surah to keep you safe from earthquakes and accidental deaths and you will die peaceful
and enter heaven. Whoever has been afflicted with facial paralysis should look at this Surah to get
cured.

Chapter 100: Surah Al A'adiyat
Regular recitation of this Surah will be rewarded equally to the whole Qur'an. Your debts will be
paid and you will be free from fears. If you are in pain, write this Surah in a new utensil and soak it
with rainwater, then add a pinch of Sugar. Drink this water for the pain to subside.




sumber dari: facebook.com/

Saturday, 10 May 2014

Demi Matahari






Selama ini aku baca surah Asy-Syam itu ya biasa aja… Belum tahu tuch kalau itu adalah sebenarnya sumpah Alloh SWT di dalam Al-Qur’an. Dan, Subhanalloh, Alloh SWT, itu bersumpah hingga tujuh kali hanya dalam surah ini.

Indahnya lagi, sumpah ini sangat indah dalam irama, lirik, baik dalam bahasa Al-Qur’an ataupun dalam artinya.

Ini nie sebagian liriknya (diambil dari surah Asy-Syam 1 – 10)

Demi matahari dan sinarnya di pagi hari
Demi bulan apabila ia mengiringi
Demi siang hari bila menampakkan dirinya
Demi malam apabila ia menutupi
Demi langit beserta seluruh binaannya
Demi bumi serta yang ada di hamparannya
Demi jiwa dan seluruh penyempurnaannya

Allah, Subhanallah … Allah, Subhanallah
Allah, Subhanallah … Allah, Subahanallah



sumber dari: misdianto.biz/

Menyucikan Jiwa, Membersihkan Qalbu




Menyucikan Jiwa, Membersihkan Qalbu (1/2)


Penyucian jiwa dan qalbu yang merupakan pangkal bagi lahirnya akhlak mulia, adalah unsur penting bagi berlangsungnya kekuatan serta kewibawaan suatu bangsa.[1] Dan itu merupakan salah satu tugas utama yang karenanya Allah 'Azza wa Jalla mengutus Nabi-Nya, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.[2] Allah 'Azza wa Jalla berfirman, di antaranya,

لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri; yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Qs. Ali Imran/3 : 164).

Ayat ini menjelaskan, di antara tugas utama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah membersihkan jiwa manusia serta mengajarkan al-Qur'an dan hikmah. Yang dimaksud hikmah di sini adalah Sunnah beliau sendiri shallallahu 'alaihi wa sallam dan maksud-maksud serta rahasia-rahasia yang terkandung di balik syariat.[3] Jadi, isi al-Qur'an al-Karim, seluruhnya sudah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, baik lafaz, makna, kandungan serta rahasia-rahasianya.  Begitu pula wahyu-wahyu Allah lainnya yang berupa Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dengan demikian, orang dikemudian hari tidak perlu mencari sendiri makna-makna rahasia di balik ayat al-Qur'an tersebut berdasarkan perasaan, logika atau gagasan pribadi. Yang perlu dilakukan adalah mencari makna-maknanya melalui riwayat-riwayat yang shahih dari Nabi atau dari para Sahabat Nabi, melalui penjelasan para ulama.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ (وَفِى رِوَايَةٍ : صَالِحَ) اْلأَخْلاَقِ. أخرجه البخاري فى الأدب المفرد والحاكم وغيرهما
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat lain: yang shalih)." Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Imam al-Hakim dan lain-lain.[4]

Tujuan Pembersihan Jiwa

Tujuan pembersihan jiwa adalah ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sesungguhnya, takwa hanya dapat terwujud melalui pembersihan serta penyucian jiwa.  Sementara, kebersihan jiwa juga tidak dapat terjadi tanpa takwa. Jadi, keduanya saling terkait dan saling membutuhkan. Itulah mengapa Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

وَنَفْسٍ وَمَاسَوَّاهَا . فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن
Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (perilaku) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (Qs. asy-Syams/91: 7-10).

Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa seseorang dapat membersihkan jiwanya melalui ketakwaan kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

فَلاَ تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Allah lebih mengetahui tentang siapa yang bertakwa.” (Qs. an-Najm/53: 32).

Serta firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

وَسَيُجَنَّبُهَا اْلأَتْقَى . الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى
Dan orang yang paling bertakwa akan dijauhkan dari api neraka, yaitu orang yang menginfakkan hartanya serta menyucikan dirinya.” (Qs. al-Lail/92: 17-18).

Kedua ayat ini menjelaskan bahwa pembersihan jiwa pada hakikatnya adalah ketakwaan kepada Allah.[5] Dan memang tujuannya adalah ketakwaan kepada Allah.

Di sini perlu juga dipahami dengan baik sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berikut,

اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا. رواه مسلم
Ya Allah! Anugerahkanlah ketakwaan pada jiwaku, bersihkanlah ia, Engkau adalah sebaik-baik yang membersihkan jiwa. Engkaulah Penguasa dan Pemiliknya.” (HR. Muslim).[6]

Dengan qalbu serta jiwa yang bersih dan bertakwa, akan tercapailah maksud diciptakannya manusia. Yaitu hanya beribadah dan menyembah kepada Allah saja.

Allah berfirman,

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku saja.” (Qs. adz-Dzaariyaat/51: 56).



sumber dari: pengusahamuslim.com/

Friday, 7 March 2014

Jiwa yang Mulia




1296529620611752158


Kita mengetahui bahwa kita sebagai manusia mempunyai komposisi ruhani dan bahwa Alloh SWT telah meniupkannya ruh-Nya ke dalam diri kita. Hakikat ruh itu sendiri tidak penting bagi kita. Karena Alloh SWT telah memerintahkan Rosul SAW agar menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya tentang ruh dengan jawab bahwa ruh adalah urusan Alloh SWT. Tidak diragukan lagi bahwa ruh merupakan unsur yang agung dan mulia karena merupakan urusan Alloh SWT. Tidak diragukan lagi bahwa ruh berada di alam metafisik, yang berada di luar ruang lingkup hukum-hukum alam. Ia berada di alam yang seluruhnya berisi cahaya dan sinar terang, semuanya jernih, tetapi ketika Al Qur’an yang mulia menyebutkan jiwa manusia, maka ia menyebutkan sifat-sifatnya.  

“Dan Kami telah menunjukkan dua jalan kepadanya.” (QS. Al Balad:10) 

“ Dan demi jiwa serta penyempurnaananya, maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” (QS. Asy-Syams: 7-8)

Jiwa manusia semata adalah jiwa yang diberi hak memilih. Ia dapat melakukan kebaikan dan keburukan. Ia mampu berbuat baik sebagaimana pula mampu berbuat buruk. Alloh SWT telah membuat berbagai sarana yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kebaikan, jika ia berorientasi kepadanya. Namun ia dapat pula digunakan untuk tujuan kejahatan jika ia berorientasi kepadanya. Inilah rahasia Alloh SWT, Robb Yang Maha Kuasa dan Maha Mengatur.
Sesungguhnya kita dapat melakukan perbuatan baik dan perbuatan buru, dan kita mampu membedakan antara keduanya. Rahasia pemberian Alloh ini selalu siap untuk ditingkatkan keilmuannya sampai pada puncak batas kemungkinan. Kita bukan malaikat yang seluruh hidupnya sarat dengan kebaikan, namun kita juga bukan setan yang seluruh hidup kita penuh dengan keburukan. Dengan kebijaksanaan Alloh SWT, kita dapay mengisi hidup kita dengan keduanya. Jadi, jiwa kemanusiaan kita memiliki batas-batas yang luas dan karakter yang elastis, yang dapat menerima kebaikan sebagaimana pula dapat menerima kejahatan.

Meskipun jiwa manusia dinilai sangat tinggi oleh Al Qur’an, sekalipun jiwa manusia mempunyai ilmu dan keutamaan, dan sekalipun ia bercahaya dan cemerlang, namun manusia tidak disebut di dalam Al Qur’an dengan gambaran bahwa ia memiliki kecenderungan kepada keburukan.

“ Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72)

“ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” (QS. Al A’adiyat: 6)

“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (QS. Al ‘Ashr: 1-2)

“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al Ma’arij: 19-21)

Hal ini semua disebabkan oleh kenyataan bahwa jiwa manusia yang menempati badan, sedangkan dengan kedudukan yang diberikan Alloh SWT itu, ia lupa dan bodoh, sehingga ia terpola dengan karakter bejana dan wadah yang ditempatinya. Ia terpola dengan kecenderungan materi dan karakteristik-karakteristiknya. Tidak ini saja, bahkan setan telah menguasainya. Setan akan terus menguasai dan memikatnya.

Jiwa manusia akan menjadi mulia jika jiwa itu melakukan amal sholih, sehingga martabatnya akan tinggi dihadapan manusia dan Alloh SWT.  

“ Sesungguhnya manusia benar-benar rugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan amal sholih.” (QS. Al ‘Ashr: 2-3). 

““Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir.Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat. Yaitu mereka yang terus menerus mengerjakan sholatnya.” (QS. Al Ma’arij: 19-23)


12965293461944782258


Jadi untuk mengatasi karat keburukan dan kemaksiatan dalam jiwa kita diperlukan pembersih noda. Di sana ada perjuangan yang harus dilakukan terus menerus. Alloh SWT tidak akan membiarkan kita sia-sia. Sebaliknya Alloh SWT mengirimkan para rasul yang membawa kita sehingga ruh dapat dijaga kesuciannya dan orientasi kita kepada Alloh SWT terus lestari dan subur, berkat karunia dan petunjuk Alloh SWT. Al Qur’an telah mengisyaratkan bahwa jiwa manusia dalam perjuangan ini mengalami beberapa tahapan dan peringkat. Maka, rutinkanlah hubungan kita dengan Alloh SWT, rutinkanlah zikir kita, rutinkanlah ketaatan kita kepada Alloh SWT, dan kuatkan perhatian kita kepada Alloh SWT. Inilah pelarut karat yang dapat mencemerlangkan jiwa kita manakal ia jatuh ke kubangan kemaksiatan dan keburukan.  

“ Dan aku tidak menganggap bahwa diriku terbebas dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu meyuruh kepada kejahatan…” (QS. Yusuf: 53).

Terakhir saya ingin mengingatkan diri saya khususnya, dan kita semua yang membaca tulisan ini dengan firman Alloh SWT yang berbunyi,  

“ Dan orang-orang berjihad untuk mencari keridhoan-Ku, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut: 69)

Marilah kita bermujahadah (bersungguh-sungguh) meningkatkan kemuliaan jiwa kita di sisi Alloh SWT dengan amal sholih dan iman kepada-Nya.

Wallahu A’lam



sumber dari: http://agama.kompasiana.com/

Friday, 20 December 2013

Surat yang Dibaca ketika Shalat Dhuha




doa shalat dhuha


Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Ustadz
Bagaimana Derajat Hadist ini:
Menurut Ibnu Abidin yang sebaiknya dibaca pada shalat dhuha adalah surat Asy-Syam pada rakaat pertama dan surat Ad-Dhuha pada rakaat kedua.
Hal ini berdasarkan riwayat dari Uqban bin Amir, “Kami diperintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk shalat dhuha dengan membaca sejumlah surat. Di antaranya Asy-Syams dan Adh-Dhuha.”

Sementara dalam Nihayatul Muhtaj disebutkan bahwa yang lebih utama membaca surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas karena surat Al-Ikhlas setara dengan sepertiga Alquran dan Al-Kafirun setara dengan seperempat Alquran.

Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah…

Bacaan Sholat Dhuha

Terdapat sebuah hadis yang menganjurkan untuk membaca surat As Syams pada rakaat pertama dan membaca surat Ad dhuha pada rakaat kedua. Hadis tersebut berbunyi:
صلوا ركعتي الضحى بسورتيها : (والشمس وضحاها) ، و (الضحى).
Shalatlah dua rakaat dhuha dengan membaca dua surat dhuha, yaitu surat Was syamsi wadhuhaa haa dan surat Adh dhuha.

Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan: “Barangsiapa yang mengamalkannya maka dia diampuni.”
Hadis di atas diriwayatkan oleh Ar Ruyani dalam Musnad­-nya dan Ad Dailami (2:242) dari jalur Musyaji’ bin ‘Amr. Hadis ini juga disebutkan oleh Al Hafidz Ibn Hajar dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari dan tidak dikomentari. Beliau hanya menyatakan bahwa bacaan surat tersebut ada kesesuaian bacaan dengan shalat yang dikerjakan. Namun yang benar, hadis di atas adalah hadis palsu. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Al Albani, beliau mengatakan: “Hadis ini palsu, cacatnya ada pada Musyaji’ bin Amr. Ibn Ma’in berkomentar tentang Musyaji’: “yang saya tahu dia (musyaji’) adalah seorang pendusta.” (Silsilah Hadis Dhaif dan Palsu, hadis ke-3774).

Hadis ini juga didhaifkan oleh Al Munawi dalam Faidlul Qodir dengan alasan adanya perawi yang bernama Musyaji’ bin Amr. Imam Ad Dzahabi dalam Ad Dlu’afa’ mengatakan dengan menukil perkataan Ibn Hibban: “Dia memalsukan hadis dari Ibn Lahi’ah dan dia adalah dhaif.” (Faidlul Qodir, 4:201).

Dari dua penjelasan ini, dapat diambil kesimpulan dengan yakin bahwa hadis yang menganjurkan shalat dhuha dengan bacaan tertentu adalah hadis dhaif. Artinya tidak ada anjuran untuk mengkhususkan shalat dhuha dengan bacaan tertentu, baik di rakaat pertama, rakaat kedua, maupun doa setelah shalat dhuha.
Dalam masalah ini, terdapat satu kaidah terkait masalah ibadah yang penting untuk diketahui:
“Membatasi setiap ibadah yang sifatnya mutlak dengan tata cara tertentu –misalnya waktu, tempat, bacaan, jumlah, dan yang lainnya- tanpa ada keterangan dalil yang shahih termasuk salah satu bentuk bid’ah.” (Qowa’id Ma’rifatil Bida’, Hal. 52)

Karena hadis yang dijadikan dalil untuk menetapan dua surat di atas adalah hadis palsu maka tidak selayaknya dijadikan pegangan untuk mengkhususkan bacaan tertentu dalam shalat dhuha. Karena hadis palsu bukanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara mengkhususkan bacaan tertentu untuk ibadah yang sifatnya umum (tidak ditentukan bacaannya) padahal tidak ada dasarnya, termasuk salah satu perbuatan bid’ah. Wallahu a’lam.

As Syaikh Ibn Baz rahimahullah pernah ditanya tentang bacaan surat As Syamsi dan Ad dhuha ketika shalat dhuha. Beliau menjawab:


“Adapun yang sesuai sunah, engkau membaca surat yang mudah menurutmu setelah membaca Al Fatihah. Dalam bacaan tersebut tidak ada batasan tertentu, karena yang wajib hanya Al Fatihah sedangkan tambahannya adalah sunah. Maka jika setelah Al Fatihah engkau membaca surat As Syamsi, Al Lail, Ad dhuha, Al Insyirah, dan surat-surat yang lainnya, ini adalah satu hal yang baik.” (Majmu’ Fatawa dan Maqalat Ibn Bazz, 11).


sumber dari: konsultasisyariah.com

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari




"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu.  Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, ...." (Q.S Asy Syams: 1-9)


“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, ….” 
(Q.S Asy Syams: 1-9)



sumber dari: terimakasihya.wordpress.com

petikan khutbah singkat




http://denizli.co.uk/wp-content/uploads/2012/10/qaba.makka_.mekke_.kaba_.islam_.tolgay.biz_1.jpg


Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia

Oleh sebab itu pada kesempatan jumat  kali ini, di saat kita telah berada di penghujung tahun 1430 H dan di akhir tahun 2009 M ini, minimal ada tiga hal yang perlu menjadi renungan kita. Agar hari-hari yang telah berlalu dan hari-hari yang akan datang pada tahun yang baru akan membuat kita sadar bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak dibiarkan saja hidup semaunya, hidup yang dilalui akan dipintai pertanggungan jawab  di akhirat kelak.

Hal pertama, yang harus menjadi perhatian dan dihitung oleh setiap orang beriman dari dirinya adalah: Apa yang telah ia lakukan untuk dirinya dari amal sholeh pada tahun ini? Apakah ia termasuk orang yang dapat berbahagia, karena telah mengisinya dengan ketaatan di setiap hari-harinya, bulan-bulannya, pada setiap moment ibadah pada tahun lalu dari ibadah sholat, inadah puasa, menunaikan kewajiban zakat, ibadah haji dan kurbannya dengan sungguh-sungguh dan penuh ketaqwaan? Atau bersedih dan menangislah bagi yang teramat banyak melalaikan kenikmatan tahun yang berlalu ini dengan kemaksiatan, kedurhakaan, bahkan tidak mengindahkan syariat-syariat Allah dengan penuh rasa takut kepada-Nya. Allah berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا، قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams: 7-10)

Hadirin yang berbahagia
Hal kedua perlu menjadi bahan renungan kita, adalah keluarga dan rumah kita. Setiap orang hendaklah bertanya kepada dirinya masing-masing? Apakah yang telah ia berikan untuk keluarganya? Sudahkah cahaya iman ia bawa masuk ke dalam rumahnya dengan bersama-sama keluarga menuju ketaatan kepada Allah? Karena hendaklah setiap rumah seorang muslim menjadi titik tolak kebaikan bagi dirinya dan keluarganya. Jika rumahnya hampa dari siraman ayat-ayat Al-Quran, bahkan tidak pernah diperdengarkan Al-Quran selama satu tahun yang lalu, maka sangat wajarlah jikalau merasakan rumah itu laksana kuburan yang tidak ada ketenangan di dalamnya, bahkan dihantui oleh rasa takut dan was-was. Rosulullah bersabda:

عن عبد الرحمن بن سابط قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم البيت الذي يقرأ فيه القرآن يكثر خيره ويوسع على أهله ويحضره الملائكة ويهجره الشياطين وإن البيت الذي لا يقرا فيه يضيق على أهله ويقل خيره ويهجره الملائكة ويحضره الشياطين .

Dari Abdurrahman bin Sabith, Rosulullah besabda: “Rumah yang dibacakan di dalamnya Al-Quran akan anyak kebaikannya, diluaskan bagi penghuninya, dihadiri oleh malaikat dan setan pergi darinya. Dan rumah yang tidak dibacakan di dalamnya Al-Quran, maka akan merasa sempitlah penghuninya, sedikit kebaikan di dalamnya, malaikat pergi darinya dan dihuni oleh setan. (HR. Abdul Razak dan Dailami)

Hal ketiga yang perlu kita hitung-hitung dan instospeksi adalah hak tetangga dan masyarakat dan kewajiban kita kepada mereka. Apakah kita  sudah menyampaikan amanat yang diembankan kepada kita dengan baik, ataukah  kita khianati amanat tersebut? Sudahkah hak-hak bertetangga dan bermasyarakat kita tunaikan dengan baik? Jika belum bermohonlah ampunan kepada Allah atas setiap kelemahan kita dalam menjalankan kewajiban terhadap sesame hamba beriman. Sabda Rosulullah berikut cukuplah menjadi acuan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ.
Dari Abu Hurairah ra. Rosulullah saw bersabda: Hak muslim atas muslim yang lain ada enam. Sahabat bertanya, apakah itu Ya Rosulullah? Rosul menjawab: Apabila bertemu ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu maka penuhilah, apabila meminta nasehat kepadamu, nasehatilah, apabila sakit jenguklah dan apabila meninggal dunia hantarlah jenazahnya. ( HR. Muslim)  

Kehidupan individual saat ini yang cenderung membuat satu sama lain tidak saling kenal bahkan menaruh curiga, hal ini sangat bertolak belakang dan jauh dari nilai-nilai mulia agama islam. Sehingga terlihat kehidupan ukhuwah islamiyah terasa hambar dan mulai memudar.  


Semoga khutbah singkat ini menjadi sedikit renungan kita di akhir tahun untuk menapaki tahun baru 1431 H dan tahun 2010 M dengan lebih baik. Menanamkan keinginan kuat dalam dada untuk menjadi seorang hamba yang taat kepada Allah,dapat membawa dan memberikan kebaikan bagi keluarga dan masyarakat. Amiin ya rabbal alamiin.                      



sumber dari: jabal-uhud.com

Bukan dunia namanya, jika tidak ada ujian didalamnya




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmq5YuybTxgy_FzIQCyS-JkOf2V6TsTmeIHwQZDm15e-Fpa7u3jua5sKOXVAZk2gjMNasgCAnSJ2XbVy2lbFPDlAF2iY10hncaRl6bpVV5Um6LWH_TljOtklvuGn8AJy3n0fYukvZSft4/s1600/Muslims-at-prayer-sujud.jpg


Kita diuji dengan jalan-jalan petunjuk (jalan Allaah, RasulNya dan kaum mukminin) dan jalan-jalan kesesatan (jalan ibliis, jalan penyeru kesesatan, dan hawa hafsu)

Allaah berfirman:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
(al an’aam: 153)

Allaah berfirman:
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
(al Balad: 10)

Allaah berfirman:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
maka diilhamkan (oleh Allaah) kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
(asy Syams: 8-10)

Allaah berfirman:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
(al Baqarah: 38)

Dia juga berfirman:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
(thaa haa : 123)

Allaah berfirman:
أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ كَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُم
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (syaithan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?

(Muhammad : 14)



sumber dari: cahayawahyu.wordpress.com

arti baik dan buruk




http://lh6.ggpht.com/_nTdqT_yei8I/SwsSXjvsF9I/AAAAAAAAABg/kBF_xiGfV7k/ramadhan-sujud-1.jpg


Para filosof dan teolog sering membahas tentang arti baik dan buruk, serta tentang pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan itu merupakan hasil pilihan atau perbuatan manusia sendiri, ataukah berada di luar kemampuannya?

Tulisan ini tidak akan mengarungi samudera pemikiran yang dalam lagi sering menenggelamkan itu, namun kita dapat berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik, dan juga sebaliknya. Ini berarti bahwa manusia memiliki kedua potensi tersebut. Terdapat sekian banyak ayat Al-Quran yang dipahami menguraikan hal hakikat ini, antara lain:


Maka Kami telah memberi petunjuk (kepada)-nya (manusia) dua jalan mendaki (baik dan buruk) 
(QS Al-Balad [90]: ayat 10).
...dan (demi) jiwa serta penyempurnaaaan ciptaannya, maka Allah mengilhami (jiwa manusia) kedurhakaan dan ketakwaan (QS Asy-Syams [91]: ayat 7-8).

Walaupun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam Al-Quran bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan.

Al-Quran surat Thaha (20): 121 menguraikan bahwa Iblis menggoda Adam sehingga, ... durhakalah Adam kepada Tuhannya dan sesatlah ia.
Redaksi ini menunjukkan bahwa sebelum digoda oleh Iblis, Adam tidak durhaka, dalam arti, tidak melakukan sesuatu yang buruk, dan bahwa akibat godaan itu, ia menjadi tersesat. Walaupun kemudian Adam bertobat kepada Tuhan, sehingga ia kembali lagi pada kesuciannya.

Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman. Perbedaan --jika terjadi-- terletak pada bentuk, penerapan, atau pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep-konsep moral, yang disebut ma'ruf dalam bahasa Al-Quran. Tidak ada peradaban yang menganggap baik kebohongan, penipuan, atau keangkuhan. Pun tidak ada manusia yang menilai bahwa penghormatan kepada kedua orang-tua adalah buruk. Tetapi, bagaimana seharusnya bentuk penghormatan itu? Boleh jadi cara penghormatan kepada keduanya berbeda-beda antara satu masyarakat pada generasi tertentu dengan masyarakat pada generasi yang lain. Perbedaan-perbedaan itu selama dinilai baik oleh masyarakat dan masih dalam kerangka prinsip umum, maka ia tetap dinilai baik (ma'ruf).

Kembali kepada persoalan kecenderungan manusia terhadap kebaikan, atau pandangan tentang kesucian manusia sejak lahir, hadis-hadis Nabi saw pun antara lain menginformasikannya: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fithrah), hanya saja kedua orang-tuanya (lingkungannya) yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR Bukhari).

Seorang sahabat Nabi saw bernama Wabishah bin Ma'bad berkunjung kepada Nabi saw, lalu beliau menyapanya dengan bersabda: "Engkau datang menanyakan kebaikan?" "Benar, wahai Rasul," jawab Wabishah. "Tanyailah hatimu! "Kebajikan adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa, dan yang tenteram terhadap hati, sedangkan dosa adalah yang mengacaukan hati dan membimbangkan dada, walaupun setelah orang memberimu fatwa." (HR Ahmad dan Ad-Darimi).

Dengan demikian menjadi amat wajar jika ditemukan ayat-ayat Al-Quran yang mengisyaratkan bahwa manusia pada hakikatnya --setidaknya pada awal masa perkembangan-- tidak akan sulit melakukan kebajikan, berbeda halnya dengan melakukan keburukan.

Salah satu frase dalam surat Al-Baqarah ayat 286 menyatakan, untuk manusia ganjaran bagi perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi bagi perbuatan (buruk) yang dilakukannya.
Oleh beberapa ulama, frase ini kerap dijadikan sebagai bukti apa yang disebut di atas. Dalam terjemahan di atas terlihat bahwa kalimat "yang dilakukan" terulang dua kali: yang pertama adalah terjemahan dari kata kasabat dan kedua terjemahan dan kata iktasabat.

Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Manar menyatakan kata iktasabat, dan semua kata yang berpatron demikian, memberi arti adanya semacam upaya sungguh-sungguh dari pelakunya, berbeda dengan kasabat yang berarti dilakukan dengan mudah tanpa pemaksaan. Dalam ayat di atas, perbuatan-perbuatan manusia yang buruk dinyatakan dengan iktasabat, sedangkan perbuatan yang baik dengan kasabat. Ini menandakan bahwa fitrah manusia pada dasarnya cenderung kepada kebaikan, sehingga dapat melakukan kebaikan dengan mudah. Berbeda halnya dengan keburukan yang harus dilakukannya dengan susah payah dan keterpaksaan (ini tentu pada saat fitrah manusia masih berada dalam kesuciannya).

Potensi yang dimiliki manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah Allah (agama-Nya) yang dinyatakan-Nya sesuai dengan fithrah (asal kejadian manusia). Dalam Al-Quran surat Ar-Rum (30): 30 dinyatakan,


Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). Itulah fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu. ( Ar-Rum (30): 30)

Di sisi lain, karena kebajikan merupakan pilihan dasar manusia, kelak di hari kemudian pada saat pertanggungjawaban, sang manusia dihadapkan kepada dirinya sendiri:


Bacalah kitab amalmu (catatan perbuatanmu); cukuplah engkau sendiri yang melakukan perhitungan atas dirimu (QS Al-Isra' [17]: 14).



sumber dari: p2k-mm-usb-bandung.konsultan-pendidikan-tinggi.biz

Friday, 2 August 2013

Dari Hati Untuk Hati






Ya ALLAH, kurniakanlah kepadaku hati seperti ini...

Hati Yang Celik
Firman Allah,maksudnya : "Dan engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya.Dan engkau memperdengarkan (petunjuk Tuhan) kecuali kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, maka mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami)." 
(Surah ar-Rum 30:53)

Hati yang Sedar


Firman Allah,maksudnya : "Sesungguhnya (keterangan-keterangan dan peristiwa-peristiwa) yang tersebut itu,tidak syak lagi mengandungi pengajaran bagi sesiapa yang mempunyai hati (yang sedar), atau yang menggunakan pendengarannya bersungguh-sungguh (kepada pengajaran itu) dengan menumpukan hati dan fikiran kepadanya." 

(Surah Qaf 50:37)

Hati yang Bersih

Firman Allah,maksudnya : "Sesungguhnya berjayalah orang-orang yang menjadikan dirinya-yang sedia bersih-bertambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan)." 

(Surah Asy-Syams 91:9)

Hati yang Lurus


Firman Allah,maksudnya : "(Mereka berdoa dengan berkata): 'Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau memesongkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, kurniakanlah kepada kami limpah rahmat dari sisi-Mu; sesungguhnya Engkau jualah Tuhan yang melimpah-limpah pemberian-Nya." 

(Surah Ali 'Imran 3:8)

...dan KAU peliharalah daripadaku hati ini..

Hati yang Keras
Firman Allah,maksudnya : "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh kerana takut kepada Allah.."
(Surah al-Baqarah 2:74)

Hati yang Terhijab (tertutup)


Firman Allah,maksudnya: "Dan antara mereka ada yang mempendengarkan kepadamu (al-Quran), padahal Kami telah jadikan tutupan berlapis-lapis atas hati mereka, yang menghalang mereka daripada memahaminya,dan Kami jadikan pada telinga mereka penyumbat (yang menjadikan mereka pekak)." 

(Surah al-An'am 6:25)


sumber dari: firdausnurul.blogspot.com

Sunday, 2 December 2012

anda diberi pilihan






Allah Taala tidak pernah memuji sifat Nabi s.a.w melainkan kerana akhlak atau budi pekerti baginda yang sangat baik seperti firman Allah Taala :

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.
Surah al-Qalam (68): 4

Dalam al-Quran Allah Taala telah berfirman bahawa manusia telahpun diberi persediaan untuk mengenal akhlak yang baik dan akhlak yang jahat sesuatu perkara sejak awal kejadian :

“Dan demi diri nafsani manusia dan apa yang telah disempurnakan kejadiannya, lalu dia (Allah) mengilhamkan kejahatannya dan kebaikannya (takwa)”.
Surah al-Syams (91): 7-8

Allah Taala juga tidak menafikan bahawa tabiat diri nafsani manusia kadangkala boleh terdorong pada kejahatan atau akhlak yang buruk :

“Sesungguhnya diri nafsani juga mempunyai penuh daya keupayaan untuk menyuruh pada yang jahat”.
Surah al-Balad (90): 10

Walaupun mempunyai nafsu nafsani yang mampu membawa manusia kepada kejahatan, Allah Taala telah membekalkan manusia dengan kemampuan dalam diri manusia itu sendiri untuk memandu kepada kebaikan seperti frimanNya :

“Bagi mereka punya hati tetapi tidak digunakan untuk memahami dan bagi mereka punya mata tetapi tidak digunakan untuk melihat, dan bagi mereka punya telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka itu adalah seperti binatang ternakan, bahkan lebih sesat”.
Surah al-A’raf (7): 179

Allah Taala juga berfirman agar manusia membersihkan diri nafsani dari kejahatan dan dosa seperti firmanNya:

“Sesungguhnya berjayalah orang yang membersihkan diri nafsani dan sesungguhnya kecewalah orang yang memijaknya (merendahkannya)”.
Surah al-Syams (91): 9-10



sumber dari: upsi.edu.my

Sunday, 20 November 2011

Asy-Syams -menentukan jalan hidup


Saudaraku, menentukan jalan hidup adalah perkara besar yang membuat banyak orang kelimpungan (bingung) dan tak tahu harus ke mana dia melangkah. Padahal, ilham kepada jiwa tak lepas dari dua pilihan fujur (dosa) atau TAKWA. Sebagaimana yang ALLAH تعاﱃ nyatakan dalam ayat (artinya),
    Maka ALLAH mengilhamkan kepadanya jalan kefajiran dan ketakwaannya.(asy-Syams [91] : 8)
Ibnu Abbas رضي الله عنه menerangkan bahwa makna ayat ini; ALLAH menjelaskan kepada jiwa kebaikan dan keburukan. Tafsiran serupa juga disebutkan oleh Mujahid, Qatadah, adh-Dhahak dan ats-Tsauri. Sedangkan Sa’id bin Jubair mengatakan, “Artinya ALLAH mengilhamkan kepadanya kebaikan dan keburukan.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim, 8/321).

Orang yang beruntung bukanlah yang melepaskan kendali dirinya dan menuruti bisikan hawa nafsu. Akan tetapi sosok yang akan menjadi pemenang adalah yang berjuang membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran dosa. ALLAH تعاﱃ berfirman,
    Sungguh beruntung orang yang menyucikannya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.(asy-Syams [91] : 9-10)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa maksud ayat di atas adalah keberuntungan itu akan didapatkan oleh orang yang membersihkan dirinya dari dosa-dosa dan menyucikannya dari berbagai perbuatan tercela serta melembutkannya dengan taat kepada ALLAH, mengangkatnya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 926)
Maka untuk memiliki jiwa yang tangguh dan bertahan di atas jalur TAKWA seorang manusia harus meminta keteguhan dan taufik serta pertolongan Rabbnya. Sebagaimana yang diajarkan oleh صلیﷲ علیﻪ و سلم dalam sebuah untaian doa yang indah,


    Ya ALLAH, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, sifat pengecut dan pelit, pikun dan siksa kubur. Ya ALLAH, karuniakanlah kepada jiwaku ketakwaannya, dan sucikanlah ia sebab Engkaulah satu-satunya yang bisa menyucikannya. Engkaulah penolong dan tuhannya. Ya ALLAH, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim dalam kitab adz-Dzikr wa Du’a wal Istiqghfar wa Taubah, hadits no. 2722)

Asy-Syams -kemurnian jiwa

KEHIDUPAN senantiasa diwarnai dengan cobaan. Orang yang memandang dengan mata HATI yang jernih dan bimbingan cahaya al-Qur’an akan bisa menyaksikan betapa hebat ujian dan cobaan yang datang dan pergi silih berganti. Fitnah datang bertubi-tubi. Sehingga hal itu membuat sebagian orang terhempas oleh ombak fitnah yang dia alami. Namun, di sisi lain ada pula orang yang tetap tegar menghadapi terpaan gelombang fitnah ini dengan taufik dari ALLAH سبحانا وتعاﱃ kepada dirinya. Inilah sunnatullah di jagad raya yang akan memisahkan barisan hamba-hamba yang berbahagia dengan hamba-hamba yang binasa.

ALLAH سبحانا وتعاﱃ berfirman di dalam kitab-NYA yang mulia,

    “Sungguh berbahagia orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang justru mengotorinya.” (Asy Syams: 9-10)

ALLAH lah yang telah menciptakan jiwa dengan segenap tabiat dan perangainya. Dan ALLAH pula yang mengilhamkan kepadanya potensi untuk bertakwa dan potensi untuk berbuat dosa. Maka barang siapa yang memilih ketaatan kepada ALLAH dan Rasul-NYA صلیﷲ علیﻪ و سلم serta menjunjung tinggi hal itu di atas segala-galanya maka sungguh dia telah menyucikan jiwanya dan membersihkannya dari akhlak-akhlak yang rendah dan tercela. Dan orang yang menyucikan jiwanya itu berarti akan merasakan kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhiratnya, semoga ALLAH memasukkan kita ke dalam golongan ini. Sebaliknya, barang siapa yang justru memperturutkan kemauan hawa nafsunya tanpa mematuhi rambu-rambu syariat yang ditetapkan oleh ALLAH yang Maha bijaksana, maka sesungguhnya dia telah mengotori jiwanya. Dan jelas sudah bagi kita bahwa orang yang mengotori jiwanya akan merasakan kerugian dan kesempitan hidup di dunia maupun akhiratnya.


Saudaraku, perjalanan hidup kita di dunia adalah singkat. Tidakkah kita ingat belasan atau beberapa puluh tahun yang silam kita masih kanak-kanak. Ketika itu kita masih asyik dengan permainan bersama teman sepergaulan. Ketika itu kita masih belum mengenal makna syahadat dengan benar. Ketika itu kita masih belum mengenal hakikat tauhid yang sesungguhnya. Yang kita mengerti ketika itu bahwa tauhid adalah mengakui bahwa ALLAH itu esa, titik. Demikian pula kita belum mengenal dakwah salaf dan para ulama yang telah menghabiskan umurnya, mencurahkan pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan dakwah yang mulia ini. Kemudian setelah kita dewasa ALLAH berkenan mengaruniakan hidayah kepada kita untuk belajar tauhid dan mengenal seluk beluknya. Dan ALLAH juga membukakan kepada kita berbagai referensi ilmiah yang telah ditulis oleh para ulama dari masa ke masa. Akankah kita sia-siakan hidayah ini dengan menenggelamkan diri dalam kemaksiatan dan kerusakan akhlak? Akankah kita wujudkan rasa syukur ini dengan melakukan perbuatan yang dimurkai oleh-NYA?

Saudaraku, semua manusia pasti pernah berbuat salah. Akan tetapi yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah kita sudah bertaubat dengan ikhlas dan sungguh-sungguh dari setiap dosa dan kesalahan kita. Itulah pertanyaan besar yang akan sangat sulit dijawab oleh orang yang sama sekali tidak mau mempedulikan kondisi HATInya. Adapun orang yang mendapatkan taufik dari ALLAH untuk berpikir dan merenungkan setiap aktivitas yang dia kerjakan, maka dia akan bisa merasakan bahwa sesungguhnya menundukkan hawa nafsu dan mewujudkan taubat yang sejati tidaklah seringan mengucapkannya dengan lisan. Terlebih lagi pada masa seperti sekarang ini, ketika berbagai fitnah laksana gelombang lautan yang datang menghempas silih berganti.

Oleh sebab itu, melalui tulisan yang singkat ini ada baiknya kita sedikit mengupas kiat (tips. rahsia) agar seorang hamba bisa memiliki jiwa yang tenang alias nafsul muthma’innah, bukan nafsu yang senantiasa menyesali diri (nafsul lawwamah) ataupun nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan (nafsu ammarah bi suu’).

Asy-Syams -dua pilihan





Demi matahari dan sinarnya di pagi hari...
Demi bulan apabila ia mengiringi...
Demi siang hari bila menampakkan dirinya...
Demi malam apabila ia menutupi...
Demi langit beserta seluruh binaannya...
Demi bumi serta yang ada di hamparannya...
Demi jiwa dan seluruh penyempurnaannya...

Allah mengilhamkan sukma kefasiqan dan ketaqwaan..
Beruntung bagi yang mensucikannya...
Merugi bagi yang mengotorinya...

(surah Asy-Syams ayat 1-10)

Di dalam ayat ini, manusia diberi allah dua pilihan : iaitu perkara keburukan dan perkara kebaikan.

Maknanya, sebagai manusia pilihan untuk berbuat sesuatu adalah di tangan kita. Hanay dua pilihan. Sama ada ya atau tidak. sama ada betul atau salah. Sama ada buruk atau baik.

Setiap masa kita akan membuat pilihan.
Contoh : Pergi kelas : Nak pergi awal ke nak pergi lambat?
Makan : Nak makan nasi atau mee?
Tidur : Nak tidur atau baca Quran?
Bercakap : Nak cakap atau nak diam?

Apakah pilihan yang kita buat seharian dalam hidup kita merupakan pilihan yang baik? (ketaqwaan)

Fikirkanlah....(Tidakkah kamu berfikir?)
Ingatilah..... (Tidakkah kamu ingat?)
Dengarilah.... (Tidakkah kamu mendengar?)
Lihatlah.... (Tidakkah kamu melihat?)

Astaghfirullah....

Asy-Syams -penyucian jiwa




Salah satu hakikat yang ditegaskan Al Quran Al karim adalah penyucian jiwa.

sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
(QS. asy-Syams [91] : 9)


dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
(QS. asy-Syams [91] : 10)


Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
(QS. al-A’la [87] : 14)


dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.
(QS. al-A’la [87] : 15)


Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
(QS. al-Anfal [8] : 29)


Nabi SAW selalu berdzikir pada Allah di setiap waktu. Shalat dan membaca Al Quran dalam shalat adalah sumber hiburan, kesenangan dan kelapangan di dadanya. Diamnya adalah berfikir, bicaranya adalah dzikir dan memandangnya adalah usaha untuk mengambil pelajaran.

Para sahabat berusaha keras untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehingga ia menjadi realita yang hidup. Kehidupan dunia merupakan perjalanan yang lama dan penuh rintangan sementara banyak tugas yang harus ditunaikan. Syaithan selalu berjalan mengiringi dan tidak akan pernah mau berhenti mengiringi setiap langkah menuju Allah.

Umar Ra pernah berkata kepada Sa’ad bin Abi Waqqash,
“ bertaqwalah kepada Allah dalam kondisi apappun karena dosa dan maksiat suatu pasukan lebih mengkhawatirkan dari musuh itu sendiri. Pertolongan Allah SWT datang kepada orang Islam karena kemaksiatan musuh kepada Allah”.

Taqwa dan sabar dalam perjalanan adalah bekal utama. Allah SWT akan selalu menolong hamba-Nya yang bersegera menuju-Nya.

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
(QS. Ali Imran [3] : 120).


Meninggalkan atau mengabaikan atau meremehkan usaha mensucikan diri adalah bentuk ketidakbersyukuran atas nikmat yang Allah SWT berikan.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
(QS. Ibrahim [14] : 7)


Jadilah orang- orang beruntung yang selalu mensucikan dirinya dengan tidak lupa meminta pada Allah SWT agar selalu diberi kemudahan untuk taqwa pada-Nya dimanapun dalam kondisi apapun.

WaLlahu a’lam bi shawab

dua jalan (arah)

Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaan.
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).
Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

Familiarkah ayat di atas dengan kita? Bukaklah tafsir anda sekarang, mungkin sudah lama terbiar.
Asy-Syams 8-10. Bacalah ayatnya. Bacalah berulang kali agar ia kukuh terpahat di hati kita. Beruntungkah kita, atau rugikah kita? Pilihlah sahabat.

Maka, dalam ayat itu Allah telah mengilhamkan, menganugerahkan kita 2 jalan yakni jalan takwa atau kejahatan. Bilamana kita disebut, atau diperkatakan dengan perkataan JAHAT, maka dalam otak kita mestilah menggambarkan sesuatu yang tidak elok, kotor, masuk jail (haha) dan sesuatu yang pada hemat seorang manusia normal (i really mean NORMAL) adalah perkara yang perlu dijauhi. Betul? (Anda ada 60 saat!)

Dan bilamana kita diperdengarkan dengan perkataan TAKWA, maka otak memproses sesuatu yang suci, baik, bersih, sangat disukai Allah dan mungkin hanya orang yang tidak waras (atau kasarnya gila) yang tidak tahu makna perkataan hebat ini. Dan pada hemat seorang makhluk normal, ia adalah sesuatu yang diidami semua MUSLIM. Betul? (yang ni xperlu fikir panjang!)


Persoalannya, jalan manakah kita berada sekarang? Fikir sekali lagi, jalan manakah saya, awak sedang berada sekarang? sekali lagi, jalan mana wahai sahabatku semua?

Jika diberi pilihan antara baik dan buruk, kita mesti pilih BAIK
Jika diberi pilihan syurga atau neraka, kita mesti pilih SYURGA
Jika diberi pilihan munafik dan takwa, pilihan kita tetap TAKWA

Betul kan? Alhamdulillah, masih bersih hati kita ini.


Jika disuruh BERUSAHA ke arah jalan kebaikan, kenapa kita nak mengeluh panjang???
Kenapa jika disuruh BERSUSAH sedikit, kita berpaling ke belakang??


fikirkanlah....


Asy-Syams -adakah kebetulan?

Marilah kita perhatikan suatu Surah dalam Al Quran yang namanya adalah Surah Asy Syams yang artinya adalah matahari.nomor urut Surah ini dalam Al Quran adalah nomor 91.


Sebagaimana kita ketahui,bahwa matahari terdiri dari 70% Hidrogen(H) dan 28 % Helium(He).elemen yang lain adalah 2 %.600 juta ton Hidrogen diubah menjadi 596 juta ton Helium setiap detiknya di matahari. Sementara sisa 4 ton dilepaskan dalam bentuk sinar dan energy.hal pertama yang masuk dalam pikiran kita ketika kata matahari disebutkan adalah H dan He yang merupakan pembentuk dari matahari.15 ayat dalam surah As Shams ini,berakhiran dengan huruf H dan E.equivalensi dari huruf huruf tersebut dalam huruf Arab adalah seperti dibawah ini.

 


(huruf Arab untuk H) (Huruf Arab untuk E)






 
Seperti anda lihat bahwa semua huruf Arab pada Surah ini berakhiran dengan H dan alif.tidak ada surah dalam Al Quran yang memiliki pola ini.berakhiran dengan H dan alif dari awal Surah hingga akhir.perhatikan juga bahwa urutan Surah ini dalam Al Quran adalah 91.ini adalah angka yang penting.selain Hidrogen ada 91 elemen lain dalam Tabel Periodik.dan semua elemen tersebut tercipta dari Hidrogen.dengan kata lain,semua atom dari Hidrogen (elemen paling ringan) hingga yang terberat yang merupakan kombinasi antar atom dari atom Hidrogen.karena alasan itulah maka atom hydrogen menciptakan 91 elemen lainnya yang berada di alam.


Apakah semua ini kebetulan,nama Surah,Nomor urut Surah,dan ayat ayat didalam surah yang memiliki huruf akhir yang sama dengan symbol H dan E?

terjemahan Asy-Syams




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

  1. وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, (QS. 91:1)
  2. وَالْقَمَرِ إِذَا تَلاهَا dan bulan apabila mengiringinya, (QS. 91:2)
  3. وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا dan siang apabila menampakkannya, (QS. 91:3)
  4. وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا dan malam apabila menutupinya, (QS. 91:4)
  5. وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا dan langit serta pembinaannya, (QS. 91:5)
  6. وَالأرْضِ وَمَا طَحَاهَا dan bumi serta penghamparannya, (QS. 91:6)
  7. وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya) (QS. 91:7)
  8. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, (QS. 91:8)
  9. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. 91:9)
  10. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:10)
  11. كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَاهَا (Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena melampaui batas, (QS. 91:11)
  12. إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, (QS. 91:12)
  13. فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: (Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya. (QS. 91:13)
  14. فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Rabb mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah) (QS. 91:14)
  15. وَلا يَخَافُ عُقْبَاهَا dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu. (QS. 91:15)

Asy-Syams -pengenalan

Ash-Shams.png


Surat Asy-Syams (سورة الشمس) adalah surat ke-91 dalam Al Quran, terdiri atas 15 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah Surah Al-Qadr. Dinamai Asy Syams (matahari) diambil dari perkataan Asy Syams yang terdapat pada ayat permulaan surat ini.


isi kandungan

  • Kaum Tsamud telah dihancurkan Allah kerana kederhakaannya.

  • Tuhan memberi bayangan bahawa hal ini adalah mudah bagi-Nya,

  • sebagaimana mudahnya menciptakan benda-benda alam, siang dan malam, dan menciptakan jiwa yang tersebut dalam sumpah-Nya;

  • Allah memberitahukan kepada manusia jalan ketakwaan dan jalan kekafiran;

  • manusia mempunyai kebebasan memilih antara kedua jalan itu.

  • Surat Asy Syams berisi dorongan kepada manusia untuk membersihkan jiwanya agar mendapat keberuntungan di dunia dan di akhirat dan menyatakan bahawa Allah akan menimpakan azab kepada orang-orang yang mengotori jiwanya seperti halnya kaum Tsamud.