Showing posts with label At-Taubah. Show all posts
Showing posts with label At-Taubah. Show all posts

Tuesday, 10 June 2014

12 Kaum Yang Dibinasakan Allah SWT







1. Kaum Nabi Nuh.
Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang engkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh (Surah Al-Ankabut : 14).

2. Kaum Nabi Hud.
Nabi Hud diutus untuk kaum ‘Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (Surah Attaubah: 70, Alqamar: 18, Fushshilat: 13, Annajm: 50, Qaaf: 13).

3. Kaum Nabi Salleh.
Nabi Salleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Salleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka (Surah ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).

4. Kaum Nabi Luth.
Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyonsang, iaitu berminat dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian). Banyak kali diberi peringatan, mereka tidak mahu bertaubat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya tertimbun di bawah runtuhan rumah mereka sendiri (Surah Alsyu’araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, Qaf: 12).

5. Kaum Nabi Syuaib.
Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah kerana mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perniagaan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Banyak kali mereka berlindung di tempat yang teduh, perkara itu tidak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa (Surah Attaubah: 70, Alhijr: 78, Thaaha: 40, dan Alhajj: 44).
Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pohonnya sangat rimbun. Kaum ini menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah) (Surah AlHijr: 78, Alsyu’araa: 176, Shaad: 13, Qaaf: 14).

6. Firaun.
Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun mengaku sebagai tuhan. Dia akhirnya maut di Laut Merah dan jasadnya berjaya diselamatkan. Hingga kini masih boleh disaksikan di museum mumi di Mesir (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).

7. Ashab Al-Sabt.
Mereka adalah segolongan fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestin). Mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dilaknat Allah menjadi kera yang hina (Surah Al-A’raaf: 163).

8. Ashab Al-Rass.
Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Salleh. Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib.
Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Mereka menyembah patung. Ada pula yang menyebutkan, pelanggaran yang mereka lakukan kerana mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam perigi sehingga mereka dibinasakan Allah (Surah Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).

9. Ashab Al-Ukhdudd.
Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yang sedang menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Allah SWT (Surah Alburuuj: 4-9).

10. Ashab Al-Qaryah.
Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras (Surah Yaasiin: 13).

11. Kaum Tubba’.
Tubaa’ adalah nama seorang raja bangsa Himyar yang beriman. Namun, kaumnya sangat engkar kepada Allah hingga melampaui batas. Maka, Allah menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju. Salah satunya adalah empangan air (Surah Addukhan: 37).

12. Kaum Saba.
Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Kerana mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan empangan Ma’rib dengan banjir besar (Al-Arim) (Surah Saba: 15-19).



sumber dari: nine.gapuranetwork.net/

Tuesday, 22 April 2014

Infaqlah Harta Anda Pasti Allah Gandakannya







Infaq Apa yang Kamu Cinta & Sayang

(Surah Ali Imran: 92)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”


Mendekatkan Diri kepada Allah

(Surah At-Taubah: 99)

“Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Pinjaman kepada Allah (Infaq), Diampunkan Dosa

(Surah Al-Maidah: 12)

“Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik* sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

*Maksudnya ialah: menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban dengan hati yang ikhlas.


(Surah At-Taghabun: 17)

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun”


Rezeki – Allah Ganti Derma Kamu

(Surah Saba: 39)

“Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.”


Bisnes yang Tidak Rugi

(Surah Fatir: 29)

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,”


Infaq Sebelum Mati

(Surah Al-Munafiqun: 10)

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"”



Tidakkah seruan-seruan ini mampu mengetuk pintu hati anda? Hakikatnya orang yang berinfaq adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (membelanjakan) harta akan memperoleh barakah dan keuntungan. Tidak menghairankan jika orang yang berinfaq diibaratkan orang yang melabur dan menabung disisi Allah dengan jalan meminjamkan pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperolehnya berlipatganda. Sesungguhnya, orang-orang beriman merasakan janji Allah s.w.t sebagai pendorong kepada dia untuk bekerja kuat, beramal soleh dan berjihad pada jalan-Nya. Janji-janji Allah itu benar dan Dia tidak sekali-kali akan memungkiri janji-janji-Nya. Jadi ayuh, sambutlah Ramadhan dengan semangat berderma dan bersedekah sebanyak-banyaknya di jalan Allah.
 
 
 
sumber dari:  misrihjbohari.blogspot.com/

Friday, 4 April 2014

Amalan semasa kehamilan





Obat Ambeien Untuk Ibu Hamil


Wanita yang sedang berbadan dua perlu mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi yang dilarangNya. Banyakkanlah istiqfar dan amalkan zikir. Perlu diingat bahawa ayat-ayat Al Quran adalah zikir yang paling utama. Rasulullah s.a.w sendiri memberi panduan ayat-ayat yang sesuai dibaca ketika hamil:


1. Membaca Al-Fatihah
بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ ﴿١﴾ الحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ العٰلَمينَ ﴿٢﴾ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ ﴿٣﴾ مٰلِكِ يَومِ الدّينِ ﴿٤﴾ إِيّاكَ نَعبُدُ وَإِيّاكَ نَستَعينُ ﴿٥﴾ اهدِنَا الصِّرٰطَ المُستَقيمَ ﴿٦﴾ صِرٰطَ الَّذينَ أَنعَمتَ عَلَيهِم غَيرِ المَغضوبِ عَلَيهِم وَلَا الضّالّينَ.
2. Membaca Surah Al-Ikhlas : 3 kali
قُل هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَم يَلِد وَلَم يولَد ﴿٣﴾ وَلَم يَكُن لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

3. Membaca Surah Al-Falaq : 1 kali
قُل أَعوذُ بِرَبِّ الفَلَقِ ﴿١﴾ مِن شَرِّ ما خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِن شَرِّ غاسِقٍ إِذا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِن شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى العُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِن شَرِّ حاسِدٍ إِذا حَسَد4.
4. Membaca Surah Al-Naas : 1 kali
قُل أَعوذُ بِرَبِّ النّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النّاسِ ﴿٢﴾ إِلٰهِ النّاسِ ﴿٣﴾ مِن شَرِّ الوَسواسِ الخَنّاسِ ﴿٤﴾ الَّذى يُوَسوِسُ فى صُدورِ النّاسِ ﴿٥﴾ مِنَالجِنَّةِ وَالنّاسِ

5. Membaca Surah Ayat Al-Kursi : (Al-Baqarah 255) 1 kali
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ
مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّالْعَظِيمُ.


6. Membaca Surah Akhir Al Baqarah : (Al-Baqarah 285-286) 1 kali
ءامَنَ الرَّسولُ بِما أُنزِلَ إِلَيهِ مِن رَبِّهِ وَالمُؤمِنونَ ۚ كُلٌّ ءامَنَ بِاللَّهِ وَمَلٰئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَينَ أَحَدٍ مِن رُسُلِهِ ۚ وَقالوا سَمِعنا وَأَطَعنا ۖ غُفرانَكَ رَبَّنا وَإِلَيكَ المَصيرُ ﴿٢٨٥﴾ لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفسًا إِلّا وُسعَها ۚ لَها ما كَسَبَت وَعَلَيها مَا اكتَسَبَت ۗ رَبَّنا لا تُؤاخِذنا إِن نَسينا أَو أَخطَأنا ۚ رَبَّنا وَلا تَحمِل عَلَينا إِصرًا كَما حَمَلتَهُ عَلَى الَّذينَ مِن قَبلِنا ۚ رَبَّنا وَلا تُحَمِّلنا ما لا طاقَةَ لَنا بِهِ ۖ وَاعفُ عَنّا وَاغفِر لَنا وَارحَمنا ۚ أَنتَ مَولىٰنا فَانصُرنا عَلَى القَومِ الكٰفِرينَ ﴿٢٨٦ .

7. Membaca Surah Akhir Al Hasyr : ( 22-24) 1 kali
هُوَ اللَّهُ الَّذى لا إِلٰهَ إِلّا هُوَ ۖ عٰلِمُ الغَيبِ وَالشَّهٰدَةِ ۖ هُوَ الرَّحمٰنُ الرَّحيمُ ﴿٢٢﴾ هُوَ اللَّهُ الَّذى لا إِلٰهَ إِلّا هُوَ المَلِكُ القُدّوسُ السَّلٰمُ المُؤمِنُ المُهَيمِنُ العَزيزُ الجَبّارُ المُتَكَبِّرُ ۚ سُبحٰنَ اللَّهِ عَمّا يُشرِكونَ ﴿٢٣﴾ هُوَ اللَّهُ الخٰلِقُ البارِئُ المُصَوِّرُ ۖ لَهُ الأَسماءُ الحُسنىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ ما فِى السَّمٰوٰتِ وَالأَرضِ ۖ وَهُوَ العَزيزُ الحَكيمُ ﴿٢٤.

8. Membaca Surah Toha : ( 111) 1 kali
وَعَنَتِ الوُجوهُ لِلحَىِّ القَيّومِ ۖ وَقَد خابَ مَن حَمَلَ ظُلمًا .

9. Membaca Surah Al-Anbiya' : ( 69) 3 kali
قُلنا يٰنارُ كونى بَردًا وَسَلٰمًا عَلىٰ إِبرٰهيمَ.

10. Membaca Awal Surah Al-Baqarah : ( 1-5) 1 kali
الم ﴿١﴾ ذٰلِكَ الكِتٰبُ لا رَيبَ ۛ فيهِ ۛ هُدًى لِلمُتَّقينَ ﴿٢﴾ الَّذينَ يُؤمِنونَ بِالغَيبِ وَيُقيمونَ الصَّلوٰةَ وَمِمّا رَزَقنٰهُم يُنفِقونَ ﴿٣﴾ وَالَّذينَ يُؤمِنونَ بِما أُنزِلَ إِلَيكَ وَما أُنزِلَ مِن قَبلِكَ وَبِالءاخِرَةِ هُم يوقِنونَ ﴿٤﴾ أُولٰئِكَ عَلىٰ هُدًى مِن رَبِّهِم ۖ وَأُولٰئِكَ هُمُ المُفلِحونَ .

11. Membaca Surah Al-Ana'am : ( 17) 3 kali
وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ .

12. Membaca Surah Al-Isra' : ( 82) 3 kali
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا .

13. Membaca Surah At-Taubah : ( 14) 3 kali
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ .

14. Membaca Surah Yunus' : ( 57) 3 kali
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ .

15. Membaca Surah An-Nahli : ( 67) 3 kali
وَمِن ثَمَرٰتِ النَّخيلِ وَالأَعنٰبِ تَتَّخِذونَ مِنهُ سَكَرًا وَرِزقًا حَسَنًا ۗ إِنَّ فى ذٰلِكَ لَءايَةً لِقَومٍ يَعقِلونَ.

16. Membaca Surah As-Syu'ara : ( 80) 3 kali
وَإِذا مَرِضتُ فَهُوَ يَشفينِ .

17, Membaca Surah Fusilat : ( 44) 3 kali
وَلَو جَعَلنٰهُ قُرءانًا أَعجَمِيًّا لَقالوا لَولا فُصِّلَت ءايٰتُهُ ۖ ءَأَعجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ ۗ قُل هُوَ لِلَّذينَ ءامَنوا هُدًى وَشِفاءٌ ۖ وَالَّذينَ لا يُؤمِنونَ فى ءاذانِهِم وَقرٌ وَهُوَ عَلَيهِم عَمًى ۚ أُولٰئِكَ يُنادَونَ مِن مَكانٍ بَعيدٍ.

18. Membaca Surah Al-Qalam : (51) 3 kali
وَإِن يَكادُ الَّذينَ كَفَروا لَيُزلِقونَكَ بِأَبصٰرِهِم لَمّا سَمِعُوا الذِّكرَ وَيَقولونَ إِنَّهُ لَمَجنونٌ .

19. Membaca Surah Yassin : ( 9) 3 kali
وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ.

20. Membaca Surah Al-Zalzalah : 1 kali
إِذا زُلزِلَتِ الأَرضُ زِلزالَها ﴿١﴾ وَأَخرَجَتِ الأَرضُ أَثقالَها ﴿٢﴾ وَقالَ الإِنسٰنُ ما لَها ﴿٣﴾ يَومَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخبارَها ﴿٤﴾ بِأَنَّ رَبَّكَ أَوحىٰ لَها ﴿٥﴾ يَومَئِذٍ يَصدُرُ النّاسُ أَشتاتًا لِيُرَوا أَعمٰلَهُم ﴿٦﴾ فَمَن يَعمَل مِثقالَ ذَرَّةٍ خَيرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعمَل مِثقالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ.

21. Membaca Surah Al-Insyiqaq : ( 1-4) 1 kali
إِذَا السَّماءُ انشَقَّت ﴿١﴾ وَأَذِنَت لِرَبِّها وَحُقَّت ﴿٢﴾ وَإِذَا الأَرضُ مُدَّت ﴿٣﴾ وَأَلقَت ما فيها وَتَخَلَّت




sumber dari: http://nurashifa.com/modules

Friday, 3 January 2014

The Prophet (Saas) Reminded People of Death




hell


  Dying is one of the foremost fears of those who doubt or do not believe in the hereafter. Since they believe that death will mean the end of everything, they therefore cling desperately to this world. Yet, everyone will die at the moment decreed for him by Allah, and there is no means of escape from it. The Prophet (saas) also told people that there was nothing to be gained by trying to avoid death, and called on them instead to consider their real life, which comes after.

Say: "Flight will not benefit you if you try to run away from death or being killed. Then you will only enjoy a short respite." (Surat al-Ahzab: 16)


Say: "You have a promised appointment on a Day which you cannot delay or advance a single hour." (Surah Saba': 30)

Who is better:someone who founds his building on heeding and pleasing Allah,or someone who founds his building on the brink of a curumbling precipice so that it collapses with him into the fire of hell?Allah does not love wrongdoers.
(Surat at-Tawba: 109)



sumber dari: harunyahya.com

Friday, 15 November 2013

Allah is With Us





Allah is With Us (Quran 9:40 – Surat at-Tawbah) Calligraphy | IslamicArtDB
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Do not grief Allah is indeed with us.

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Do not grief Allah is indeed with us.
(Quran 9:40 – Surat at-Tawbah)



sumber dari: islamic-art-and-quotes.tumblr.com

Friday, 1 November 2013

“Dont be Sad”






1) WE ALWAYS ASK: Why was I TESTED?
AL-QURAN ANSWERS: “Do men think that they will be left alone saying,’We believe’, and that they will not be tested? We did test those before them, and Allah will certainly know those who are true from those who are false.” [29:2-3]2)

2) WE ALWAYS ASK: Why I never get what I wanted?
AL-QURAN ANSWERS: ” It is possible that you dislike a thing which is good for you, and that you love a thing, which is bad for you. But Allah knows, while you know not.” Surah Al-Baqarah [2:216]

3) WE ALWAYS ASK: Why was I burdened this way?
AL-QURAN ANSWERS: “Allah does not place a burden to a soul greater than it can bear. It gets every good that it earns, and it suffers every ill that it earns.” Surah Al-Baqarah [2:286]& ” So verily, with every difficulty there is relief: (repeated) Verily, with every difficulty there is relief.” Surah Al-Insyirah [94:5-6]

4) WE ALWAYS ASK: Why am I losing hope?
AL-QURAN ANSWERS: “So lose not heart, nor fall into despair: For you will be superior if you are true in Faith.” Surah Al-Imran [3:139]

5) WE ALWAYS ASK: How can I face it?
AL-QURAN ANSWERS: ” O you who believed! Persevere in patience and constancy; vie in such perseverance; strengthen each other; and fear Allah that you may prosper.” Surah Al-Imran[3:200] & “And seek(Allah’s) help with patient, perseverance and prayer: It is indeed hard, except to those who bring a humbly submissive (to Allah).” Surah Al-Baqarah [2:45]

6) WE ALWAYS ASK: What do I get from all these?
AL-QURAN ANSWERS: “Indeed, Allah has purchased from the believers their lives and properties (in exchange) for that they will have the garden (of Paradise)…” Surah At-Taubah [9:111]

7) WE ALWAYS ASK: To whom could I depend?
AL-QURAN ANSWERS: “(Allah) suffice me: there is no god but He: On Him is my trust- He the Lord of the Throne (of Glory) Supreme.” Surah At-Taaubah [9:129]

8) WE ALWAYS ASK: But I can’t take it anymore!
AL-QURAN ANSWERS: “…and never give up hope of Allah’s Soothing Mercy; truly No one despairs of Allah’s Soothing Mercy. except Those who have no faith.” Surah Yusuf [9:87]& “Despairs not of the Mercy of Allah: for Allah forgives All sins for He is Often- Forgiving, Most Merciful.” Surah Az-Zumar [39:53]


sumber dari: dunyatodeen.wordpress.com

Saturday, 7 September 2013

ridha terhadap-Nya






Allah Swt. berfirman,“Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya.” (Q.S. Al-Maidah: 119, lihat pula At-Taubah: 100, Al-Mujadilah: 22 dan Al-Bayyinah: 8).

Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia mencobanya. Jika hamba itu sabar, Allah memilihnya, dan bila ridha Dia mengutusnya.”

Beliau juga bersabda, “Sembahlah Allah dengan (penuh) ridha. Jika kamu tidak bisa, maka dalam kesabaran terhadap apa yang tidak kamu inginkan terdapat kebaikan (pahala) yang banyak.”
Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada sekelompok kaum,
“Apa (identitas) kalian?”


“Kami adalah kaum Mukmin,” jawab mereka.
“Apa tanda-tanda keimanan kalian?” tanya Rasulullah.
“Kami bersabar atas bencana (kesusahan) dan kami bersyukur ketika lapang (kelapangan hidup), serta kami ridha dengan posisi-posisi qadha’ (ketentuan-ketentuan Allah),” jawab mereka.
Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Kalian adalah orang-orang Mukmin, demi Tuhan (Pemilik) Ka’bah.”



sumber dari: lilcom.wordpress.com

Friday, 2 August 2013

Ya Shabab…Learn Adhab!






“O Allah, teach us manners! O Allah, teach us manners! One person is sitting next to his father, one leg on the other, sitting with his feet facing his father! Why?

By Allah, one of our teachers in the Islamic Movement in Jordan entered a gathering and saw one of the youth sitting back, one leg over the other. He said to him: “Why are you sitting like this? Is this the Sunnah?”
Does it make sense that Islam tells you to do this? Is it possible? It is reported in the ‘Sahihayn’ that when Fatimah would enter the dwelling of the Messenger of Allah, he would get up for her, hug her, and spread a mat on the ground for her to sit on. Fatimah was a fourteen year-old girl!

Because of this, I wish that we and our youth would read the fatawa. Whatever Ibn Taymiyyah says, we accept. Ibn Taymiyyah is the shaykh of the Salafiyyin; we accept whatever he says. Ibn Taymiyyah says: “It is allowed to stand up out of respect for those who are people of position and righteousness.” Likewise, an-Nawawi wrote a book on this topic, titled ‘at-Tarkhis bil-Qiyam,’ (The Allowance of Standing) which is a full book in which he brought many authentic ahadith, and said that this is what such-and-such scholars agreed on – including Ahmad bin Hambal and Malik – that they would stand up in such situations.

So, gatherings require an attitude of respect. One of our brothers said to me: “I never in my life relaxed in the presence of my father, because I consider this to be bad manners in respecting the parents. If he would order me to do something, or speak to me about anything, I would stand between his hands until he would finish what he wanted to say. Then, I would wait either for he or my mother to allow me to leave.”
Manners! O Allah, teach us manners!”

['Fi Dhilal Surat at-Tawbah'; p. 79]


sumber dari: themillah.wordpress.com

Sunday, 28 July 2013

Names Of Sahaba In Quran




praying


1 Abu Bakr
2 Umar bin Al-Khattab
3 Uthman ibn Affan
4 Ali ibn Abu Talib

no one of them (names) mentioned in Quran.These names are in the books of history. Hadiths
some muslims two sects shia ,sunni only use their names for political reasons and monk them abuse them because of wrong stories , lies about them in old books especially Hadiths.
the aim is only to insult 4 of them.

All history of hadiths writers belong to Iran, Hadith has chain of narration.In hadiths Main Target is Prophet Muhammad Family and Companions they focused on Prophet Muhammad Wife Ayesha (Age) Target Prophet Muhammad companions insect wrongs writting Lies in hadiths and others books for politicals reasons( the Sunni and Shia Fighting)to insult all of them

Hadith on Abu Bakr
Hadith on Umar bin Khattab
Hadith on Uthman ibn Affan
Hadith on Ali bin Abu Talib
there is no 100% authenticity  about theses 4 people exist or not. their names are same or different .

The Prophet had companions,but their names are not mentioned in Quran.

Only one companion of Prophet Muhammad(Saw) name mentioned in Quran Hazrat Zayed may Allah be pleased with him, his name is in Surah Al-Ahzab.

If ye succour him not, then surely Allah hath succoured him when these who disbelieved drave him: the second of the two When the twain were in a cave, and when he Said unto his companion. grieve not, verily Allah is with Us. Then Allah sent down His calm upon him and aided him with hosts whom ye saw not, and made the word of those who disbelieved nethermost, and the word of Allah! that is the upper most. And Allah is Mighty, wise, (40) Al-Tawba

Allah has forgiven the Prophet (SAW), the Muhajirun (Muslim emigrants who left their homes and came to Al-Madinah) and the Ansar (Muslims of Al-Madinah) who followed him (Muhammad SAW) in the time of distress (Tabuk expedition), after the hearts of a party of them had nearly deviated (from the Right Path), but He accepted their repentance. Certainly, He is unto them full of Kindness, Most Merciful , And (He did forgive also) the three (who did not join the Tabuk expedition whose case was deferred (by the Prophet SAW) (for Allah’s Decision) till for them the earth, vast as it is, was straitened and their ownselves were straitened to them, and they perceived that there is no fleeing from Allah, and no refuge but with Him. Then, He forgave them (accepted their repentance), that they might beg for His pardon (repent (unto Him) Verily, Allah is the One Who forgives and accepts repentance, Most Merciful. (117-118 ) 9 Al-Tawba


sumber dari: sarasohaib.wordpress.com

Wednesday, 17 July 2013

Takwil Mimpi Baca Surat-Surat Al-Qur'an




Asy Syeikh Muhammad bin Sirin memberikan pelajaran tentang takwil mimpi membaca Surat-Surat Al-Qur'an, antara lain :


1. SURAT AL-FATIHAH

Barang siapa yang bermimpi membacanya, atau membaca sebagian darinya, maka menunjukkan takwil bahwa dia berdo'a dengan suatu do'a yang diperkenankan padanya, dan mencapai suatu faedah yang menggembirakan.

Sebagian takwil mengatakan bahwa dia akan menikahi tujuh orang wanita yang terpisah-pisah, dan dia yang diperkenankan do'anya. Hal itu menunjukkan do'a Rasulullah saw.

Karena beliau membaca Alhamdulillaahi Rabbil 'Aalamin sebelum dan sesudah do'anya.

2. SURAT AL BAQARAH

Bermimpi sesungguhnya dia membaca Surah Al-Baqarah, atau sebagiannya walaupun hanya sebuah huruf, atau dia dibacakan oleh orang lain, sebagai takwilnya dia akan diberi rezeqi umur panjang, dan baik agamanya.

Kadang-kadang memberi pengertian bahwa orang yang membacanya akan berpindah tempat, dengan mendapat kejayaan dan ketinggian martabat pada tempat yang baru itu.

Keterangan lain mengatakan, bahwa jika orang yang bermimpi itu orang yang menjabat qadhi, maka sudah hampir habis masa jabatannya, dan jika dia seorang yang 'alim, maka panjang umurnya dan baik hal-ihwalnya.

3. SURAT ALI IMRAN

Barang siapa yang bermimpi membacanya, atau sebagian darinya, maka dia
adalah orang yang sial nasibnya diantara para ahli keluarganya, dan dia akan lapang rezekinya setelah menjelang hari tuanya, lagi pula dia paling banyak pengembaraannya.

4. SURAT AN NISA'

Mengandung takwil bahwa dia pada akhir umurnya nanti beristerikan seorang wanita cantik yang tidak mau bergaul dengan baik beserta dengannya, dan dia orang yang kuat hujjahnya serta kuat diplomasinya.

5. SURAT AL MAIDAH

Bila bermimpi membaca Surat Al Maidah, boleh mengandung takwil bahwa dia
orang yang pemurah hati memberi makan orang lain. Hanya saja dia diuji dengan kaumnya yang kasar tingkah lakunya.

6 SURAT AL AN'AM

Bermimpi membaca Surat Al An'am mengandung takwil bahwa dia membina untuk agamanya, baik rezekinya, dan beruntung di dunia dan akheratnya.

7. SURAT AL A'RAF

Orang yang bermimpi membacanya, mengandung takwil bahwa dia akan mendapat keberuntungan dari setiap ilmunya. Dan kadang-kadang mengandung takwil bahwa dia akan mati di negeri orang (perantauan).

8. SURAT AL ANFAL

Bermimpi membacanya, mengandung takwil dia akan mendapat kejayaan dan kesuksesan, serta diberi keselamatan dalam agamanya.

9. SURAT AT TAUBAH

Barang siapa yang bermimpi membacanya, maka boleh ditakwilkan bahwa dia orang yang menyukai orang-orang yang shalih.


sumber dari: teguhtriatmojo.blogspot.com

Participation of the Inner Self




Reading the Qur'an, the tilawah, must involve your whole 'person'. 



Only thus will you be able to elevate your encounter with the Qur'an to the level where you can be called a 'true' believer in the Qur'an (al-Baqarah 2: 121).

What is the Heart?

The more important part of your 'person' is your inner self. This inner self the Qur'an calls the qalb or the 'heart'. The heart of the Prophet, blessings and peace be on him, was the first recipient of the Qur'anic message:

Truly it has been sent down by the Lord of all the worlds, the Trustworthy Spirit has alighted with it upon your heart [O Prophet], that you may be one of the warners ... (al-Shu'ara' 26: 1924).

You will therefore reap the full joys and blessings of reading the Qur'an when you are able to involve your heart fully in your task.

The 'heart', in Qur'anic vocabulary, is not the piece of flesh in your body, but the centre of all your feelings, emotions, motives, drives, aspirations, remembrance and attention. It is the hearts which soften (al-Zumar 39: 23), or harden and become stony (al-Baqarah 2: 74). It is they which go blind and refuse to recognize the truth (al-Hajj 22: 46) for it is their function to reason and understand (al-A'raf 7: 179;al-Hajj 22: 46; Qaf 50: 37). In hearts, lie the roots of all outward diseases (al-Ma'idah 5: 52); they are the seat of all inner ills (al-Baqarah 2: 10); hearts are the abode of Iman (al-Ma'idah 5: 41) and hypocrisy (al-Tawbah 9: 77). It is the hearts, again, which are the centre of every good and bad thing, whether it be contentment and peace (al-Ra'd 13: 28), the strength to face afflictions (al-Taghabun 64: 11), mercy (al-Hadid 57: 27), brotherly love (al-Anfal 8: 63), taqwd (al-Hujurat 49: 3; al-Hajj 22: 32); or, doubt and hesitation (al-Tawbah 9: 45), regrets (Al 'Imran 3: 156), and anger (al-Tawbah 9: 15). 


Finally it is, in reality, the ways of the heart for which we shall be accountable, and only the one who brings before his God a sound and whole heart will deserve to be saved.

God will not take you to task for a slip, but He will take you to task for what your hearts have earned (al-Baqarah 2: 225).

The Day when neither wealth nor children shall profit, [and when] only he [will be saved] who comes before God with a sound heart [free of evil] (al-Shu'ara' 26: 88-9).

You must therefore ensure that so long as you are with the Qur'an, your heart remains with you. The heart not being that piece of flesh but what the Qur'an calls qalb.

This should not prove difficult if you remain conscious of a few things and observe certain actions of heart and body The seven prerequisites described earlier lay the foundation for the fuller participation of your inner self in reading the Qur'an. In addition to these, the taking of a few more steps will greatly increase the intensity and quality of this involvement of the heart.




sumber dari: afifichestclinic.ning.com

Sunday, 14 July 2013

Situations That May Require Self-Sacrifice




Allah created this life to test human beings with good and evil. For this reason, people may encounter sudden unexpected and disorientating events in which only belief can enable them to maintain a good moral character and adhere to the Qur'an's moral teachings. Their fear and respect of Allah, as well as their deep belief, allow them to react in the most appropriate way when confronted with unexpected and entirely new events.

Basically, people can demonstrate self-sacrificial behavior under certain circumstances even without such belief. For example, if they think that they can gain respect in the eyes of others or that some advantage will accrue from it, they will engage in self-sacrificial behavior. But they cannot display such a moral character if some adversity happens to them suddenly and without warning. .

In such unexpected situations, believers are happy and more than willing to sacrifice themselves without a second thought. In the days of our Prophet (saas), he and his Companions were shining examples of the self-sacrificial moral character that comes from sincere belief.

Without regard for their lives or their possessions, they were determined to die in order to win Allah's approval when some people, mostly deniers, showed great enmity toward believers.

When required, they were prepared to leave behind their homes, families, work, possessions, respect, and all the other worldly blessings to ensure the believers' comfort, contentment, security, and overall well-being. Putting our Prophet's (saas) security above their own lives, they became examples to all people, regardless of time or location, of superior moral character. In the Qur'an Allah tells us of the believers' faithfulness toward our Prophet (saas) and their self-sacrificial moral character:

The Prophet is closer to the believers than their own selves. . 
(Surat Al-Ahzab, 6)

Islamic scholars have passed down many such examples of the early Muslims' determination, courage, patience, and self-sacrificial actions done solely to win Allah's approval and mercy and attain Paradise. Living in a non-Islamic society, the Companions risked everything and believed in Muhammad (saas) as His Prophet, despite the unbelievers' oppression and threats. At that time, the powerful and respected members of the Meccan community applied great pressure to make the believers recant and return to their ancestral idolatry. Many sincere believers were determined to resist in order to win Allah's approval. Some of them were maimed by torture, had their hands and feet cut off, or even died. But none of them recanted. On the contrary, this oppression caused them to become more resolute, more self-sacrificial, and more eager to spread the Qur'an's morality. They may have been wounded in battles, but even this did not daunt them; rather, they accepted it as a blessing and a great honor. Their excellent moral character is described in the Qur’an: :

Many a prophet has been fought when there were many thousands with him. They did not give up in the face of what assailed them in the way of Allah, nor did they weaken or yield. Allah loves the steadfast. All they said was: "Our Lord, forgive us our wrong actions and any excesses that we went to in what we did. Make our feet firm and help us against these unbelieving people." So Allah gave them the reward of this world and the best reward of the Hereafter. Allah loves good-doers. (Surah Al 'Imran: 146-48)

Allah tells us in another verse that the Companions knew that all of these things drew them close to Allah and were important opportunities to attain Paradise: 

"Nor will they give away any amount, whether large or small, nor will they cross any valley without it being written down for them so that Allah can recompense them for the best of what they did" (Surat at-Tawba: 121).

Since it was an act of worship performed to win Allah's approval, believers knew the joy of returning wounded from a battle and the excitement of joining another. At a time when the hypocrites, those who have diseased hearts, hold back in fear of being wounded, sincere believers are prepared to sacrifice everything for His cause:

Say: "What do you expect to befall us, except for one of the two best things? But what we expect to happen to you is for Allah to punish you either directly from Himself or through our hands. So wait. We are waiting with you." (Surat at-Tawba: 52)

They realize that every difficulty they encounter is a mercy from Allah, and so do not pursue this world but try to win His approval and success in the Hereafter. In the Qur’an Allah describes the tears of those who are eager to sacrifice themselves but cannot find a horse to ride into battle with our Prophet (saas) or help other Muslims:

… nor is anything held against those who, when they asked you to provide them with mounts and you said: "I cannot find anything on which to mount you," turned away with their eyes overflowing with tears, overcome by grief at having nothing to give. (Surat at-Tawba: 92)

All believers have experienced such things, for Allah says that He will test each person with regard to his/her possessions, life, friends and relatives, business, status, and respect. Satan stirs up in each person's heart a strong love of this world, a passionate ambition for possessions and position, worries about the future, and an addiction to a comfortable life; he urges them to follow their lower self's desires, robs them of their willpower, and urges them to be lazy and uninterested; and he leads them into fear and despair. But sincere believers always counter these incitements with the Qur'an's morality so that they can win His approval by refusing to placate their lower self.

Allah gives in the Qur’an examples of situations in which believers could be called upon to make such personal sacrifices.


sumber dari: harunyahya.com

Saturday, 22 June 2013

Allah’s Decree





Bencana, Bencana Alam, Tsunami, Tsunami Jepun, Kesan Bencana Alam, Kiamat, Tanda-tanda Kiamat, Kiamat Kecil, Kiamat Besar


Whatever has happened to us was meant to happen to us, and whatever does not happen was not meant to happen. If this belief were truly and firmly ingrained in our hearts, we would save ourselves much stress, anxiety and grief. We need not feel remorse over things beyond our control, and need not fall into Shaitan’s traps of ‘what ifs’ and ‘if onlys’.

“Nothing shall ever happen to us except what Allah has ordained for us.”
(Surah At-Tawbah:51.)


sumber dari: thejourneytoislam.wordpress.com

Tuesday, 18 June 2013

segera mendapatkan pertolongan




at taubah 128 129


Masyallah saya tidak tahu. Betul-betul saya tidak tahu. Umur saya telah hampir separuh abad namun baru sekarang baru saya tahu tentang kelebihan ayat-ayat 128-129 di dalam Surah At-Taubah.

Inilah rezeki yang Allah SWT beri kepada saya di saat-saat saya sunyi sendiri menghadapi kesukaran dan pancaroba hidup ini. Inilah buktiNya Dia masih bersama saya kerana di masa begini tiba-tiba saya terjumpa dan terbaca dengan tidak sengaja tentang kelebihannya.

Jadi saya mengambil kesempatan ini untuk berkongsi maklumat ini dengan seberapa ramai yang boleh.
Dikatakan bahawa barangsiapa yang membaca ayat ini sebanyak 7 kali setiap kali selesai solat fardhu, dengan izin Allah

- jika dia seorang yang lemah, maka akan menjadi kuat.
- jika dia seorang yang hina, maka akan menjadi seorang yang mulia.
- jika dia seorang yang kalah, maka akan segera mendapatkan pertolongan.
- jika dia seorang yang berkesempitan, maka akan mendapat kelapangan.
- jika dia seorang yang berhutang, maka akan segera dapat membayar.
- jika dia seorang yang berada dalam kesusahan, maka akan hilang kesusahannya.
- jika dia seorang yang sulit dalam penghidupan, maka akan segera mendapat kelapangan kehidupan.

Untuk dipermudahkan hafazan:

Ayat 128
“Laqad jaakum rasoolun min anfusikum AAazeezun AAalayhi ma AAanittum hareesun AAlaykum bilmu’ mi neena raoofu raheem”

Ayat 129
“Fa-in tawallaw faqul hasbiya Allahu la ilaha illa huw AAalayhi tawakkaltu wahuwa rabbu alAAarshi alAAzeem”

Maksud ayat 128
Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (iaitu Nabi Muhammad s.a.w.), yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat lobakan (inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman.

Maksud ayat 129
Kemudian jika mereka berpaling ingkar, maka katakanlah (Wahai Muhammad): “Cukuplah bagiku Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia kepadaNya aku berserah diri, dan Dialah yang mempunyai ‘Arasy yang besar.


sumber dari: mystormreaders.wordpress.com

Surah At Taubah Tidak Diawali Dengan Basmalah






Surat At-Taubah, atau sering disebut juga dengan nama surat Baro’ah. 
Disebut dengan Baro’ah yang bermakna pemutusan hubungan, 
karena isinya merupakan bentuk pemutusan hubungan (perjanjian damai) 
dengan musuh-musuh Islam saat itu. 
Surat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam 
kembali dari peperangan Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. 
Pengumuman ini disampaikan oleh Saidina Ali radiyallahu ‘anhu 
pada musim haji tahun itu juga.

Pada penulisan surat At-Taubah dalam mushaf Al-Qur’an, lafadz basmalah tidak dicantumkan dipermulaan surat tersebut. Hal tersebut berbeda dengan surat-surat yang lainnya yang mencantumkan basmalah di permulaan ayat. Ada beberapa penjelasan dari para ulama mengapa basmalah tersebut tidak dicantumkan di permulaan surat At-Taubah.

1. Pendapat Pertama
Al-Mubarrid berpendapat bahwa merupakan kebiasaan orang Arab apabila mengadakan suatu perjanjian dengan suatu kaum kemudian bermaksud membatalkan perjanjian tersebut, maka mereka menulis surat dengan tidak mencantumkan basmalah di dalamnya. Maka ketika turun surat baro’ah (At-taubah) yang memutuskan perjanjian antara Nabi SAW dengan orang-orang musyrik, beliau mengutus Ali bin Abi Thalib ra. kemudian membacakan surat tersebut tanpa mengucapkan Basmalah di permulaannya. Hal ini sebagaimana kebiasan yang berlaku di bangsa Arab.

2. Pendapat Kedua

Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas ra. bahwa ia pernah bertanya kepada Ali bin Abi Thalib tentang sebab basmalah tidak ditulis di permulaan surat Baro’ah. Ali bin Abi Thalib ra. menjawab, “Basmalah adalah aman (mengandung rasa aman) sedangkan Baro’ah turun dengan pedang (berkaitan dengan peperangan).”

3. Pendapat Ketiga

Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i dari Ibnu Abbas ra, bahwa beliau ra. pernah bertanya kepada Utsman bin al-Affan ra, “Apa yang menjadi alasan Anda mencantumkan surat At-Taubah setelah surat Al-Anfal, tanpa mencantumkan basmalah di antara keduanya?” Beliau menjawab bahwa Rasulullah SAW apabila turun suatu ayat, maka beliau akan memanggil para penulis wahyu dan berkata, “Cantumkan ayat-ayat ini di surat yang disebutkan di dalamnya anu dan anu. Surat Al-Anfal merupakan surat-surat yang pertama diturunkan di Madinah, sedangkan Baro’ah merupakan surat yang terakhir turun. Dan ternyata kisah yang terkandung di dalam kedua surat tersebut saling menyerupai, sehingga aku mengira bahwa surat Bara’ah termasuk surat Al-Anfal.

Kemudian Rasulullah SAW wafat sebelum sempat menjelaskan hal tersebut. Oleh karena itu aku menggandengkan kedua surat tersebut dan tidak mencantumkan basmalah di antara keduanya dan menempatkannya dalam As-Sab’u Ath-Thiwal. (Tafsir Fathul-Qadir karya Imam Ali As-Syaukani II/415-416).

Pendapat lain mengatakan:

Ketika Al quran sudah hampir selesai dibukukan (dimushafkan) terjadi perselisihan antara semua para Shahabat apakah Al Anfal (sebelum At taubah) dan At taubah itu tergabung dalam satu surah atau terpisah. Kalau benar satu surah, maka bacaan basmalah yang sebagai Fashil (pemisah) antara surah-surah Al Qur’an cuma dibaca di awal surah Al Anfal. Kalau benar dua surah yang terpisah, maka pada awal surah Al Anfal dibaca ada Basmalah dan juga pada awal surah At Taubah juga dibaca Basmalah.

Kedua pendapat ini sama-sama kuat, maka setelah semua Shahabat bermusyawarah, maka diambil keputusan bahwa Al Anfal dan AtTaubah adalah 2 surah yang terpisah, tetapi pada awal surah At Taubah tidak dibaca Basmalah.

Para Ulama masih berselisih mengenai hal ihwal larangan tersebut. Syeikh Al-Ramli mengatakan makruh membaca Basmalah di awal surah al-Taubah dan sunat di pertengahannya. Imam Ibnu Hajar, Syeikh al-Khatib dan Imam al-Syatibi mengatakan haram membaca Basmalah di permulaan surah aT-Taubah dan makruh di pertengahan.

Itulah beberapa pendapat mengenai alasan tidak dicantumkannya basmalah di permulaan surat At-Taubah. Oleh karena itu jika kita membaca surat tersebut dari permulaannya, maka kita hanya disunahkan mengucapkan ta’awudz saja tanpa basmalah. Demikian halnya jika kita membaca dari pertengahannya. Kita juga cukup membaca ta’awudz saja.

Apabila kamu membaca al-Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
(QS An-Nahl: 98)

Untuk menggantikan bacaan basmalah pada awal surat ini, biasanya beberapa mushof menyertakan bacaan ta’awudz yang khusus untuk mengawali surat ini. Bacaan Ta’awudz tersebut adalah sebagai berikut :

A’uudzubillaahi minannaari wa minsyarril kuffaar wa min ghodlobil jabbaar. Al ‘izzatulillahi wa lirosuulihii wa lilmu’miniin

Wallahu a’lam bish-shawab,
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh


sumber dari: qiraati.wordpress.com

Sabar dan Sholat






Ketika kita mengeluh : Ah mana mungkin..
Allah menjawab : Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata Jadi, maka jadilah (QS. Yaasiin : 82)

Ketika kita mengeluh : Capek banget deh.
Allah menjawab : dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat. (QS.An-Naba : 9)

Ketika kita mengeluh : Berat banget yah, gak sanggup rasanya
Allah menjawab : AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan. 
(QS. Al-Baqarah : 286)

Ketika kita mengeluh : Stressss nih Panik
Allah menjawab : Hanya dengan mengingatKu hati akan menjadi tenang. (QS. Ar-Rod : 28)

Ketika kita mengeluh : Yaaaahh ini mah semua bakal sia-sia..
Allah menjawab :Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya. (QS. Al-Zalzalah : 7)

Ketika kita mengeluh : Gile yah hanya sendirian..gak ada seorangpun yang mau bantuin
Allah menjawab : Berdoalah (mintalah) kepadaKU, niscaya Aku kabulkan untukmu. 
(QS. Al-Muumiin : 60)

Ketika kita mengeluh : Duh..sedih banget deh ..
Allah menjawab : La Tahzan, Innallaha Maana. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita:. 
(QS. At-Taubah : 40)


Kuatkan kami ya Allah, Amin Ya Robbal Alamiin.


sumber dari: catatantitin.blogdetik.com

Tuesday, 11 June 2013

Stres dan Depresi






“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta…” 
(QS. Thaahaa[20]:124)

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” 
(QS. Al An’aam [6]:125)

Keengganan orang-orang yang jauh dari agama untuk taat kepada Allah menyebabkan mereka terus-menerus menderita perasaan tidak nyaman, khawatir dan stres. Akibatnya, mereka terkena berbagai ragam penyakit kejiwaan yang mewujud pada keadaan raga mereka. Tubuh mereka lebih cepat mengalami kerusakan, dan mereka mengalami penuaan yang cepat dan melemah.


Sebaliknya, karena orang-orang beriman sehat secara kejiwaan, mereka tidak terkena stres, atau berkecil hati, dan jasmani mereka senantiasa prima dan sehat. Pengaruh baik akibat ketundukan mereka kepada Allah, tawakal mereka kepada-Nya dan kepribadian kokoh mereka, kemampuan melihat kebaikan dalam segala hal, dan ridha dengan apa yang terjadi sembari berharap akan janji-Nya, tercermin dalam penampilan raga mereka. Hal ini tentu saja dialami oleh mereka yang menjalani hidupnya sesuai ajaran Al Qur’an, dan yang benar-benar memahami agama.


Tentu saja mereka pun dapat menderita sakit dan pada akhirnya mengalami penuaan, namun proses alamiah ini tidak disertai dengan kerusakan pada sisi kejiwaan sebagaimana yang dialami oleh selainnya.Stres, yang menimpa begitu banyak orang, adalah suatu keadaan batin yang diliputi kekhawatiran akibat perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang berlebihan, cemas dan berbagai tekanan lainnya, yang merusak keseimbangan tubuh. Ketika seseorang menderita stres, tubuhnya bereaksi dan membangkitkan tanda bahaya, sehingga memicu terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh: Kadar adrenalin dalam aliran darah meningkat; penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi; gula, kolesterol dan asam-asam lemak tersalurkan ke dalam aliran darah; tekanan darah meningkat dan denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik, dan semua ini memunculkan masalah bagi tubuh.

Terdapat kaitan penting antara stres dan tegang [penegangan], serta rasa sakit yang ditimbulkannya. Penegangan yang diakibatkan stres berdampak pada penyempitan pembuluh darah nadi, gangguan pada aliran darah ke daerah-daerah tertentu di kepala dan penurunan jumlah darah yang mengalir ke daerah tersebut. Jika suatu jaringan mengalami kekurangan darah hal ini akan langsung berakibat pada rasa sakit, sebab suatu jaringan yang di satu sisi mengalami penegangan mungkin sedang membutuhkan darah dalam jumlah banyak dan di sisi lain telah mendapatkan pasokan darah dalam jumlah yang kurang akan merangsang ujung-ujung saraf penerima rasa sakit. Di saat yang sama zat-zat seperti adrenalin dan norepinefrin, yang mempengaruhi sistem saraf selama stres berlangsung, juga dikeluarkan. Hal ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan dan mempercepat penegangan otot. Demikianlah, rasa sakit berakibat pada penegangan, penegangan pada kecemasan, dan kecemasan memperparah rasa sakit.

Akan tetapi, salah satu dampak paling merusak dari stres adalah serangan jantung. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang agresif, khawatir, cemas, tidak sabar, dengki, suka memusuhi dan mudah tersinggung memiliki peluang terkena serangan jantung jauh lebih besar daripada orang yang tidak memiliki kecenderungan sifat-sifat tersebut.


Alasannya adalah bahwa rangsangan berlebihan pada sistem saraf simpatetik [yakni sistem saraf yang mengatur percepatan denyut jantung, perluasan bronkia, penghambatan otot-otot halus sistem pencernaan makanan, dsb.], yang dimulai oleh hipotalamus, juga mengakibatkan pengeluaran insulin yang berlebihan, sehingga menyebabkan penimbunan kadar insulin dalam darah. Ini adalah permasalahan yang teramat penting. Sebab, tak satu pun keadaan yang berujung pada penyakit jantung koroner memainkan peran yang sedemikian paling penting dan sedemikian berbahaya sebagaimana kelebihan insulin dalam darah.
Para ilmuwan telah mengetahui bahwa semakin parah tingkat stres, maka akan semakin lemahlah peran positif sel-sel darah merah di dalam darah.


Menurut sebuah penelitian yang dikembangkan oleh Linda Naylor, pimpinan perusahaan alih teknologi Universitas Oxford, pengaruh negatif berbagai tingkatan stres pada sistem kekebalan tubuh kini dapat diukur.
Terdapat kaitan erat antara stres dan sistem kekebalan tubuh. Stres kejiwaan memiliki dampak penting pada sistem kekebalan dan berujung pada kerusakannya. Saat dilanda stres, otak meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh, yang melemahkan sistem kekebalan. Atau dengan kata lain, terdapat hubungan langsung antara otak, sistem kekebalan tubuh dan hormon. Para pakar di bidang ini menyatakan:


Pengkajian terhadap stres kejiwaan atau stres raga telah mengungkap bahwa selama stres berat berlangsung terjadi penurunan pada daya kekebalan yang berkaitan dengan keseimbangan hormonal. Diketahui bahwa kemunculan dan kemampuan bertahan dari banyak penyakit termasuk kanker terkait dengan stres. Singkatnya, stres merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia. Mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus-menerus akan merusak kesehatan tubuh, dan berdampak pada beragam gangguan fungsi tubuh. Para ahli menggolongkan dampak buruk dari stres terhadap tubuh manusia dalam sejumlah kelompok utama sebagaimana berikut:


- Cemas dan Panik: Suatu perasaan yang menyebabkan peristiwa tidak terkendali.
- Mengeluarkan keringat yang semakin lama semakin banyak
- Perubahan suara: Berbicara secara gagap dan gugup
- Aktif yang berlebihan: Pengeluaran energi yang tiba-tiba, pengendalian diabetik yang lemah
- Kesulitan tidur: Mimpi buruk
- Penyakit kulit: Bercak, bintik-bintik, jerawat, demam, eksim dan psoriasis.
- Gangguan saluran pencernaan: Salah cerna, mual, luka pada permukaan dalam dinding saluran pencernaan
- Penegangan otot: gigi yang bergesekan atau terkunci, rasa sakit sedikit tapi terus-menerus pada rahang, punggung, leher dan pundak
- Infeksi berintensitas rendah: pilek, dsb.
- Migrain
- Denyut jantung dengan kecepatan yang tidak wajar, rasa sakit pada dada, tekanan darah tinggi
- Ketidakseimbangan ginjal, menahan air
- Gangguan pernapasan, pendek napas
- Alergi
- Sakit pada persendian
- Mulut dan tenggorokan kering
- Serangan jantung
- Melemahnya sistem kekebalan
- Pengecilan di bagian otak
- Perasaan bersalah dan hilangnya percaya diri
- Bingung, ketidakmampuan menganalisa secara benar, kemampuan berpikir yang rendah, daya ingat yang lemah
- Rasa putus asa yang besar, meyakini bahwa segalanya berlangsung buruk
- Kesulitan melakukan gerak atau diam, memukul-mukul dengan irama tetap
- Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau kesulitan melakukannya
- Mudah tersinggung dan sangat peka
- Bersikap yang tidak sesuai dengan akal sehat
- Perasaan tidak berdaya atau tidak berpengharapan
- Kehilangan atau peningkatan nafsu


Kenyataan bahwa mereka yang tidak mengikuti nilai-nilai ajaran agama mengalami “stres” dinyatakan oleh Allah dalam Al Qur’an:

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta…” 
(QS. Thaahaa, 20:124)


Dalam sebuah ayat lain, Allah telah menyatakan bahwa 

“… hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja…” 
(QS. At Taubah,[ 9]:118)

Kehidupan yang “gelap dan sempit” ini, atau stres, nama yang diberikan di masa kini, adalah akibat ketidakmampuan orang-orang tak beriman untuk menaati nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama. Kini, para dokter menyatakan bahwa jiwa yang tenang, damai dan penuh percaya diri sangatlah penting dalam melindungi pengaruh stres. Kepribadian yang tenang dan damai hanya dimungkinkan dengan menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur’an. Sungguh, telah dinyatakan dalam banyak Al Qur’an bahwa Allah akan memberikan “ketenangan” dalam diri orang-orang beriman. (Al Qur’an, 2:248, 9:26, 40, 48:4, 18)


Janji Tuhan kita terhadap orang-orang beriman telah dinyatakan sebagaimana berikut:


Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. 
(QS, An Nahl, 16: 97)


wallahu a’alam 


sumber dari: berbagicahaya.wordpress.com

Refleksi Kehidupan Para Sahabiyah





Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaannyalah apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberikan syafaat di sisi Allah dengan izin-Nya. Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Seorang muslimah dalam pandangan Islam memiliki posisi yang mulia dan terhormat. Islam sering membahas pandangannya tentang seorang muslimah dari sisi kemuslimahannya (misal dalam soal haid, mengandung, melahirkan, menyusui, dsb); dan sering pula membahas pandangan muslimah sebagai manusia yang tidak berbeda dari seorang muslim (misal dalam hal kewajiban shalat, zakat, haji, berakhlak mulia, amar ma’ruf nahi munkar, dakwah kepada Islam, dsb). Kedua pandangan ini sama-sama bertujuan mengarahkan muslimah secara individual sebagai manusia mulia dan secara kolektif bersama muslim lainnya menjadi bagian dari tatanan keluarga dan masyarakat yang harmonis. Keduanya, baik muslim maupun muslimah memiliki tanggungjawab yang sama dalam menentukan maju mundurnya sebuah masyarakat.


“Orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakukan amar ma’ruf nahi munkar.”
(TQS. At-Taubah [9] : 71)

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
(TQS.Al- Imran [3]: 110)

Banyak teladan yang dapat dijadikan sebagai rujukan kita saat ini tentang karakter muslimah yang sukses dan prestatif. Sebut saja, Sumayyah, istri Yasir, syahidah pertama yang meninggal dunia setelah disiksa oleh orang-orang kafir quraisy karena mempertahankan akidahnya. Prestasi gemilang dan sungguh luar biasa.

Demikian pula prestasi para istri Rasulullah SAW yang dengan sepenuh hati senantiasa mendukung perjuangan Rasulullah SAW untuk menegakkan kalimat Allah hingga kita dapat merasakan nikmat Islam sampai saat ini. Selain itu, ada pula Asma’ binti Yazid. Dia adalah seorang orator, singa podium. Prestasi dan pengabdiannya pada Islam sangatlah besar. Ia juga tergolong muslimah pejuang yang tabah, yang sangat disegani, dan terhormat, juga ahli pikir dan ahli agama. Bahkan beliau dipercaya untuk menjadi delegasi para muslimah dalam menyampaikan permasalahan yang berhubungan dengan kaumnya kepada Rasulullah dalam majelis syura.

Tidak sedikit para muslimah pada masa Rasulullah maupun para sahabat yang menorehkan prestasi gemilangnya hingga mereka menempati posisi mulia disisi Allah. Mereka terdidik dengan pemahaman yang benar tentang Islam. Kehidupan mereka dapat memberikan gambaran yang jelas bagaimana seharusnya seorang muslimah berpikir dan bersikap, sehingga mampu menyandang gelar prestatif sebagai umat terbaik (khairu ummah). Mereka mampu mensinergiskan keseluruhan peran dan fungsi yang telah Allah bebankan atas mereka, baik sebagai seorang hamba Allah, sebagai istri dan ibu, maupun sebagai anggota masyarakat.

Keimanannya kapada Allah-lah menjadikan mereka siap menerima ketentuan apapun yang telah Allah berikan, tanpa memperhitungkan lagi nilai-nilai manfaat dan kebenaran relatif yang muncul dari akal dan hawa nafsu mereka. Mereka melakukan amar ma’ruf nahi munkar tanpa ada keraguan sedikitpun. Mereka yakin bahwa kemulian, kesuksesan, dan prestasi tertinggi adalah dihadapan Allah. Mereka secara terbuka dapat membuktikan bahwa Umat Islam (laki-laki dan perempuan) adalah umat terbaik (khairu ummah) yang dilahirkan untuk manusia. Karena peran mereka pula lah Islam mampu mengukir sejarah kegemilangannya hampir lebih dari 10 abad.

Lantas, bagaimana dengan kita?

Apa yang telah kita lakukan dan apa yang ingin kita berikan bagi masa depan?


sumber dari: cicinyulianti.wordpress.com

Saturday, 8 June 2013

Orang-orang yang tidak menunaikan zakat harta




zakat, merupakan, satu, kewajipan.

Di antara hak-hak Allah yang utama adalah zakat yang merupakan hak harta.Orang-orang yang tidak menunaikan zakat harta mereka disiksa dengan harta itu dengan siksaan yang berat.Nas-nas telah mengabarkan bahawa penyiksaan mereka dengan harta itu bermacam-macam.

Pertama,bagi pemiliknya harta itu wujud seekor ular botak yang memiliki bintik.Ular itu bergantung di leher pemiliknya dan mengcengkeram tulang rahang orang itu seraya berkata kepadanya: “Aku adalah hartamu,aku adalah simpananmu.”

Dalam Sahih al-Bukhari diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahawa Rasulullah s.a.w bersabda , “Barangsiapa yang Allah beri harta lalu tidak menunaikan zakatnya,pada hari kiamat hartanya akan diserupakan menjadi ular botak berbintik dua,yang dikalungkan padanya di hari kiamat,kemudian ular itu berkata, ‘Aku adalah hartamu,aku adalah simpananmu.” Rasulullah s.a.w. kemudian membaca (ayat):

“Janganlah orang-orang yang bakhil dengan kurnia yang Allah berikan kepada mereka mengira bahawa sikap itu baik bagi mereka,tetapi kebakhilan itu buruk bagi mereka.Akan dikalungkan pada mereka di hari kiamat apa yang mereka bakhilkan.” (Ali Imran,ayat 180)

zakat, terdapat, banyak, jenis.

Kedua,harta itu sendiri,yang zakatnya tidak ditunaikan,didatangkan kepadanya.Jika harta itu berupa emas dan perak,maka dijadikan lempengan emas,kemudian pemiliknya diseksa dengan itu.Jika harta itu berupa haiwan,unta,sapi atau kambing,haiwan itu ditimpakan kepada pemiliknya lalu ia disiksa dengan haiwan itu.Allah S.W.T berfirman:

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak dinafkahkannya di jalan Allah,berilah mereka khabar tentang azab yang pedih,pada hari emas dan perak itu dipanaskan di neraka Jahanam,lalu dahi,lambung dan punggung mereka diseterika dengan emas dan perak itu.Itulah harta yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,maka rasakanlah apa yang telah kamu simpan itu.”
(At-Taubah,ayat 34-35)

Dalam Sahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah,yang mengatakan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda, “Setiap pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan hak hartanya itu,pada hari kiamat,emas dan perak itu dijadikan lempengan yang dipanaskan di neraka jahanam,lalu lambung,dahi dan punggung orang itu diseterika dengan itu.Setiap kali lempengan itu dingin,dipanaskan kembali.Terus begitu dalam satu hari yang lamanya sama dengan 50 ribu tahun,sampai Allah memberi keputusan di antara hamba-hambanya,sehingga orang itu melihat jalannya ke syurga atau ke neraka.”

Subhanallah,begitu dashyat sekali azab yang menanti orang yang tak mahu menunaikan zakat.. Jom berzakat..


sumber dari: iznawzi.blogspot.com

Wednesday, 5 June 2013

Golongan Manusia yang Sia-Sia Shalatnya





https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgA_7IzWga7BSaUf7pj_ocn9aRXMMiLRN8dcYq4dgOeSROQl7fNa7Bv9he7E-cUq12CNWzXe2roeih2Btm4VFY0gtUjEuCooqDCyFqfEcnBFGTkDQs88jlh5hlvhaEGBaVM7D158U6mtI/s1600/sujud.png


Berikut ini adalah deretan manusia yang shalat mereka sia-sia alias tidak diterima oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Sia-sianya shalat mereka bukanlah faktor intrinsik seperti salahnya atau mereka meninggalkan syarat dan rukun shalat. Tetapi faktor ekstrinsik yakni perbuatan mereka di luar shalat, yaitu perbuatan  yang melanggar aturan Allah dan RasulNya.
Di sini kita tidak membicarakan amal  seorang muslim yang menjadi kafir, murtad, dan musyrik, karena untuk mereka semua amalnya sia-sia, bukan hanya shalat. Begitu  pula orang yang tidak ikhlas dalam beramal, tentu yang sia-sia adalah  amal yang dia lakukan secara tidak ikhlas itu,  tidak terbatas pada shalat. Ada pun di sini, kita hanya membatasi siapa saja dan sebab apa saja yang membuat shalat  seorang muslim menjadi sia-sia. Tentunya dalam hal ini kita hanya menggunakan dasar dan rujukan yang bisa dipercaya.

1. Orang yang mendatangi dukun dan mempercayainya

Mereka adalah orang yang mendatangi peramal, paranormal, “orang pintar”, cenayang, atau apa pun istilahnya. Mereka mendatangi dalam  berbagai kepentingan; seperti meramal nasib, meminta perlindungan, pengobatan, pesugihan, jodoh, supaya bisnis dan karir lancar, pelet (teluh), sihir, dan sebagainya. Di antara dukun-dukun ini ada yang  mengelabui pasiennya dengan menambahkan dan membungkus amal sihir mereka dengan berbagai ayat dan dzikir agar terkesan apa yang dilakukannya adalah benar. Padahal itu hanya  bagian dari jenis  talbisul iblis (perangkap syetan) kepada manusia. Justru ini lebih bahaya dibanding dukun yang tidak memakai ayat-ayat dan dzikir, sebab dengannya banyak orang awam tertipu olehnya. Sayangnya mereka merasa berjalan di atas kebenaran!

Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأَخْسَرِينَ أَعْمَالا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS. Al Kahfi: 103-104)

Dari Shafiyah Radhiallahu ‘Anha, dari sebagian istri nabi, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Barang siapa yang mendatangi peramal, lalu dia menanyainya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam. (HR. Muslim No. 2230, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 16287, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, 12/182)

Menurut Imam An Nawawi maksud shalatnya tidak diterima adalah shalatnya tidak mengandung pahala. Begitulah yang dikatakan mayoritas Syafi’iyah. Para ulama sepakat bahwa orang tersebut tidak wajib mengulangi shalatnya yang empat puluh malam tersebut, tetapi wajib baginya taubat. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 14/227)

2. Para peminum khamr

Golongan selanjutnya adalah para peminum khamr (minuman keras). Baik dia meminumnya hingga mabuk atau tidak,  baik meminumnya sedikit atau banyak. Semua keadaan ini, baik yang mabuk atau tidak, diterangkan secara tegas bahwa keadaan mereka sama saja.

Ada beberapa riwayat yang menerangkan hal itu dari beberapa sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Di antaranya sebagai berikut:

Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاةُ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ، فَإِنْ تَابَ ، تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ ، فَإِنْ عَادَ ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاةُ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ، فَإِنْ تَابَ ، تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ ، فَإِنْ عَادَ ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاةُ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ، فَإِنْ تَابَ ، تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ ، فَإِنْ عَادَ الرَّابِعَةَ ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ، فَإِنْ تَابَ ، لَمْ يَتُبِ اللَّهُ عَلَيْهِ ، وَكَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ ، قَالُوا : يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ ؟ قَالَ : صَدِيدُ أَهْلِ النَّارِ
Barang siapa yang meminum khamr maka shalatnya tidak diterima empat puluh malam, lalu jika dia bertaubat maka Allah terima taubatnya, lalu jika dia kembali minum maka shalatnya tidak diterima empat puluh malam, lalu jika dia taubat maka Allah terima taubatnya, lalu jika dia kembali minum maka shalatnya tidak diterima empat puluh malam, lalu jika dia taubat maka Allah terima taubatnya, jika keempat kalinya dia minum lagi, maka tidak akan diterima shalatnya empat puluh malam, dan jika dia bertaubat tidak akan diterima taubatnya oleh Allah. Dan, Allah akan meminumkan dia dengan Thinatul Khabaal. Mereka bertanya: “Wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Umar), apakah Thinatul Khabaal?” Beliau menjawab: “Nanah yang bercampur darah dari penduduk neraka.” 

(HR. At Tirmidzi No. 1785, katanya: hasan, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, 11/357-358. Katanya: hasan)

Ada pun dari Abdullah bin Amru Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ وَسَكِرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا وَإِنْ مَاتَ دَخَلَ النَّارَ فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَإِنْ عَادَ فَشَرِبَ فَسَكِرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ مَاتَ دَخَلَ النَّارَ فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَإِنْ عَادَ فَشَرِبَ فَسَكِرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ مَاتَ دَخَلَ النَّارَ فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَإِنْ عَادَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ رَدَغَةِ الْخَبَالِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا رَدَغَةُ الْخَبَالِ قَالَ عُصَارَةُ أَهْلِ النَّارِ
Barang siapa yang meminum khamr dan dia mabuk, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh pagi, jika dia mati maka akan masuk neraka, jika dia bertaubat akan Allah terima taubatnya. Jika dia kembali mengulanginya, dia minum dan mabuk lagi, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh pagi, jika dia mati maka akan masuk neraka, jika dia bertaubat akan Allah terima taubatnya. Jika dia kembali mengulanginya, dia minum dan mabuk lagi, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh pagi, jika dia mati maka akan masuk neraka, jika dia bertaubat akan Allah terima taubatnya. Jika dia kembali mengulanginya,  maka Allah akan menuanginya dengan Radaghatul Khabaal pada hari kiamat nanti. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah apa itu Radaghatul Khabaal? Beliau bersabda: air keringat penduduk neraka. 

(HR. Ibnu Majah No. 3377, Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 13206, 13227. Al Bazzar No. 2429, dengan lafaz: “empat puluh malam,” dan ‘Ainul Khabaal atau Nahrul Khabaal. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam beberapa kitabnya seperti Ash Shahihah No. 709, Ta’liq ‘Ala Ibni Khuzaimah No.  939, dll)

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كُلُّ مُخَمِّرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ وَمَنْ شَرِبَ مُسْكِرًا بُخِسَتْ صَلَاتُهُ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَادَ الرَّابِعَةَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ قِيلَ وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ صَدِيدُ أَهْلِ النَّارِ وَمَنْ سَقَاهُ صَغِيرًا لَا يَعْرِفُ حَلَالَهُ مِنْ حَرَامِهِ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ
Semua   khamr dan semua yang memabukkan adalah haram, dan barang siapa yang minum dan dia mabuk, maka shalatnya akan lepas selama empat puluh pagi, dan jika dia taubat maka Allah akan terima taubatnya, lalu jika dia mengulangi keempat kalinya maka Allah akan menuanginya dengan Thinatul Khabaal. Ada yang bertanya: “Apa itu Thinatul Khabaal? Beliau bersabda: “Nanah yang bercampur darah dari penduduk neraka.” Barang siapa yang meminumkannya kepada anak kecil, dan anak itu tidak tahu kehalalan dari yang haram itu, maka Allah akan menuanginya dengan Thinatul Khabaal

(HR. Abu Daud No. 3680, Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah No. 2039)


3. Budak yang lari dari majikannya sampai dia kembali lagi

Dari Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: 

 ثَلَاثَةٌ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ آذَانَهُمْ الْعَبْدُ الْآبِقُ حَتَّى يَرْجِعَ  
.
“Tiga golongan manusia   yang shalatnya tidak sampai telinga mereka, yakni: budak yang kabur sampai dia kembali
Apa maksud “shalatnya tidak sampai telinga mereka” ? Berkata Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri Rahimahullah:
وهو كناية عن عدم القبول
Itu adalah kiasan dari tidak diterimanya shalat. (Mir’ah Al Mafatih, 4/55)



4. Istri yang tidur sementara suami marah kepadanya

Lanjutan hadits di atas:
وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ  
Isteri yang tidur sementara suaminya marah kepadanya
Bahkan ini merupakan dosa besar. Syaikh Waliyuddin At Tibrizi, mengutip dari   Imam Asy Syaukani Rahimahullah, katanya:
إن اغضاب المرأة لزوجها حتى يبيت ساخطاً عليها من الكبائر. وهذا إذا كان غضبها عليها بحق.
Sesungguhnya wanita yang membuat marah suaminya sampai dia tertidur masih marah kepadanya, ini adalah termasuk dosa besar. Ini jika marahnya disebabkan alasan yang haq  (benar). (Misykah Al Mashabih, 4/109)

Marah kenapa? Yaitu marah disebabkan alasan yang syar’i, marah karena buruknya perangai istri, tidak mentaati Allah,  tidak mentaati suaminya dalam kebaikan,  dan semisalnya. Sedangkan  marahnya suami dengan sebab yang tidak benar, misalnya istri menolak  ajakan keburukan suami lalu suami marah kepadanya, maka ini bukan termasuk yang dimaksud hadits di atas. Justru wajib menolak ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Allah Ta’ala.
Imam Ali Al Qari Rahimahullah mengatakan:

هذا إذا كان السخط لسوء خلقها أو سوء أدبها أو قلة طاعتها. أما إن كان سخط زوجها من غير جرم فلا إثم عليها
Marahnya ini jika disebabkan buruknya akhlak istri, atau jeleknya adab, atau sedikit ketaatannya. Ada pun jika kemarahan suaminya itu bukan karena kejelekan ini maka tidak ada dosa bagi si istri. (Misykah Al Mashabih, 4/109)

5. Pemimpin yang dibenci kaumnya

Lanjutan hadits di atas:
وَإِمَامُ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ 
dan pemimpin sebuah kaum yang kaum itu membencinya
(HR.  At Tirmidzi No. 360, dan At Tirmidzi berkata: hasan gharib. Syaikh Al Albani menghasankan dalam beberapa kitabnya, Misykah Al Mashabih No. 1122. Shahih At Targhib wat Tarhib, 1/117/487, Shahihul Jami’  No. 3057

Yaitu kebencian yang disebabkan bukan urusan dunia antara pemimpin dengan kaumnya itu, tetapi urusan agama. Baik karena pemimpin itu fasik, suka  bermaksiat, koruptor, ahli bid’ah, dan sebagainya.
Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri Rahimahullah berkata:

لأمر مذموم في الشرع وإن كرهوا لخلاف ذلك فلا كراهة قال بن الملك كارهون لبدعته أو فسقه أو جهله أما إذا كان بينه وبينهم كراهة عداوة بسبب أمر دنيوي فلا يكون له هذا الحكم
Yaitu  disebabkan urusan tercela dalam pandangan syariat. Jika kaumnya membencinya pada masalah yang diperselisihkan maka tidak dibenci (kepemimpinannya itu). Ibnu Al Malik berkata: mereka membencinya karena kebid’ahannya, atau kefasikannya, atau kebodohannya. Ada pun jika antara dirinya dan kaumnya ada kebencian yang disebabkan urusan duniawi, maka dia tidak terkena hukum ini. (Tuhfah Al Ahwadzi, 2/288)

Misal seseorang berkata: “Saya tidak menyukai dia menjadi imam bagi saya karena dia sudah dua bulan belum bayar kontrakan rumah kepada saya ..,” maka ini alasan kebencian yang tidak syar’i. Tetapi jika seseorang berkata: “Saya tidak menyukai dia menjadi imam bagi saya karena dia laki-laki pemabuk dan penjudi ..”, maka ini kebencian yang syar’i.

Hadits ini menunjukkan, menurut para ulama, dimakruhkannya seorang  menjadi imam dalam keadaan dia dibenci oleh kaumnya. Tetapi jika pemimpin tersebut bukan orang zhalim, maka kaumnyalah yang berdosa. Sementara Ahmad dan Ishaq mengatakan seandainya yang membenci pemimpin tersebut hanya satu, dua, atau tiga orang maka tidak mengapa pemimpin tersebut  shalat bersama mereka, kecuali jika yang membenci lebih banyak. (Sunan At Tirmidzi  No. 360) 

6.       Orang yang memutuskan silaturrahim
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا تَرْتَفِعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ

“Ada tiga manusia yang Shalat mereka tidaklah naik melebihi kepala mereka walau sejengkal: yakni seorang yang mengimami sebuah kaum tetapi kaum itu membencinya, seorang isteri yang tidur sementara suaminya sedang marah padanya, dan dua orang bersaudara yang saling memutuskan silaturahim.”  

(HR. Ibnu Majah No. 971, Imam Muhammad bin Abdil Hadi As Sindi mengatakan sanadnya shahih dan semua rijalnya tsiqat (kredibel). Lihat Hasyiyah As Sindi ‘ala Ibni Majah, 2/338. Syaikh Al Albani mengatakan hasan. Lihat Misykah Al Mashabih, 1/249/1128. Imam Al ‘Iraqi juga mengatakan hasan. Lihat Tuhfah Al Ahwadzi, 2/289.  Syaikh Ala’uddin bin Qalij bin Abdillah Al Hanafi mengatakan sanad hadits ini laa ba’sa bihi (tidak apa-apa). Abu Hatim berkata: Aku belum melihat ada orang yang mengingkarinya. Dalam sanadnya terdapat ‘Ubaidah, berkata Ibnu Namir: dia tidak apa-apa. Ad Daruquthni berkata: baik-baik saja mengambil ‘ibrah darinya. Abu Hatim mengatakan: menurutku haditsnya tidak apa-apa. Sanadnya juga terdapat Al Qasim. Menurut Al ‘Ijili dan lainnya dia tsiqah (kredibel), Lihat dalam Syarh Sunan Ibni Majah No. 172, karya Syaikh Ala’uddin Al Hanafi. Al Maktabah Al Misykat)
Imam Al Munawi Rahimahullah memberikan penjelasan:

( وأخوان ) من نسب أو دين ( متصارمان ) أي متهاجران متقاطعان في غير ذات الله تعالى
(Akhwaani - dua orang bersaudara) baik dari saudara karena nasab atau agama (mutashaarimaani) yaitu saling memboikot (hajr) dan memutuskan hubungan bukan karena Allah Ta’ala. (At Taisir bisy Syarhil Jaami’ Ash Shaghiir, 1/969)
Hal ini adalah jika terjadi karena urusan dunia, seperti merebutkan warisan, persaingan bisnis, dan semisalnya, yang membuat mereka memutuskan silaturrahim.

Namun, jika memutuskan hubungan karena faktor kepentingan agama, seperti memutuskan hubungan terhadap ahli bid’ah dan ahli maksiat, dalam rangka memberikan pelajaran kepada mereka, maka ini tidak apa-apa. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat pernah memboikot tiga sahabat nabi yang tidak ikut perang tabuk, yaitu Ka‘ab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi‘ dan Hilal bin Umaiyah.  Para sahabat mendiamkannya, tidak menegurnya, tidak mengajaknya bercakap-cakap, bahkan tidak menjawab salamnya. Ini berlangsung sampai lima puluh hari lamanya.  Hingga akhirnya mereka bertaubat dan Allah Ta’ala menerima taubat mereka dengan turunnya ayat:

“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka nyaris berpaling (tergelincir), namun kemudian Allah menerima taubat mereka. Sesunguhnya Allah Mahaya Penyayang terhadap mereka. Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubatnya) sehingga bumi yang luas ini mereka rasakan amat sempit, dan jiwa mereka pun dirasa sempit oleh mereka, kemudian mereka menyadari bahwa tidak ada temapt lari dari (siksaan) Allah selain kepada-Nya, kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap bertaubat. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hari orang-orang yang beriman, tetapi bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang selalu benar“.(QS At-Taubah(9):117-119).

Demikian. Was Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shabihi ajmain …


sumber dari: andykestikas.blogspot.com