Showing posts with label An-Naazi'aat. Show all posts
Showing posts with label An-Naazi'aat. Show all posts

Friday, 4 April 2014

Penyediaan air selusuh




1. Al-Fatihah


(1) Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
(2) Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
(3) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
(4) Yang menguasai hari pembalasan
(5) Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
(6) Tunjukkanlah kami jalan yang lurus
(7) (iaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

2. Selawat Syifa


Ya Allah, berilah rahmat ke atas penghulu kami, Nabi Muhammad SAW yang dengan berkat baginda, engkau menyembuhkan hati-hati, menjadi penawar dan menyihatkan tubuh badan juga memberikan kesembuhan penyakit serta mengurniakan cahaya penglihatan dan kurniakanlah juga rahmat keberkatan dan kesejahteraan ke atas keluarga dan sahabat baginda.

3. Al-Hashr; ayat 21-24.





(21) Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berfikir.
(22) Dialah Allah, tiada ada Tuhan selain Dia. Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
(23) Dialah Allah, tiada ada Tuhan selain Dia, Maha Raja yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang menjaga keamanan, pemelihara keselamatan, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa. Yang Memiliki segala keagungan. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(24) Dialah Allah yang Menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yangdi langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.


4. Ayat selusuh


Ya Allah, dengan hak Maryam, juga hak hamba yang diturunkan kepadanya surah Maryam, ringankanlah daripadanya (NAMA ISTERI) penderitaan bersalin bagi isteriku, dengan rahmatmu wahai Tuhan yang amat mengasihani dari segala-galanya.

5. Al-Insyiqaq; ayat 4-5


(4) dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong
(5) dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh.


6. An-Nazi'at; ayat 46.



Pada hari ketika mereka melihat hari kiamat itu (kerana suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu petang atau pagi hari.


7. Ayat selusuh

Ya Allah, dengan hak Maryam, juga hak hamba yang diturunkan kepadanya surah Maryam, ringankanlah daripadanya (NAMA ISTERI) penderitaan bersalin bagi isteriku, dengan rahmatmu wahai Tuhan yang amat mengasihani dari segala-galanya.


8. Ayat permudah

Ya Allah, permudahkanlah dan jangan kau sukarkan isteriku kerana engkaulah yang maha memudahkan, segala yang susah adalah mudah bagimu, ya Allah, sempurnakanlah dengan kebaikan, dengan rahmatmu, ya arhamarrahimin.



sumber dari: http://aisyahkz.blogspot.com/

Wednesday, 2 April 2014

NAMA-NAMA NERAKA DAN SYURGA




NERAKA

1. NERAKA HAWIYAH: diperuntukkan atas orang-orang yang ringan timbangan amalnya, yaitu mereka yang selama hidup di dunia mengerjakan kebaikan bercampur keburukan. Orang muslim laki-laki maupun perempuan yang perbuatan sehari- harinya tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka Hawiyah sebagai tempat tinggalnya. Mereka ini yaitu orang yang tidak mau menerima syariat Islam, tidak mau memakai jilbab (bagi wanita), memakai sutra dan emas (bagi lak- laki), mencari rejeki dengan cara tidak halal, memakan riba dan lain sebagainya. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al-Qori’ah ayat 8-11)

2. NERAKA JAHIM adalah neraka sebagai tempat penyiksaan atas orang-orang musyrik atau orang-orang yang menyekutukan ALLAH, maka sesembahan mereka akan datang untuk menyiksa mereka. Orang yang di dunia menyembah sapi (bangsa Hindu) maka sapi yang akan menyiksa orang itu. Orang yang menyembah patung berbentuk hewan, maka patung itu yang akan menyiksanya. Dan demikian selanjutnya. Syirik disebut sebagai dosa yang paling besar menurut ALLAH, karena syrik berarti mensekutukan ALLAH atau menganggap ada mahluk yang lebih hebat dan berkuasa sehebat ALLAH. Syirik dapat pula berarti menganggap ada Tuhan lain selain ALLAH. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (As-Syu’araa, ayat 91), (Asy-Syu’ara’) dan (Surah As-Saffat)

3. NERAKA SAQAR adalah tempat untuk orang-orang munafik, yaitu orang-orang yang mendustakan (tidak mentaati) perintah ALLAH dan Rasulullah. Mereka mengetahui bahwa ALLAH sudah menentukan hukum Islam melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi mereka meremehkan syariat (hukum) Islam. Maka dibakar dalam api adalah hukuman untuk mereka. Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surah (Al-Muddatsir ayat 26-27,42)
 
4. NERAKA LAZZA: neraka yang bergejolak apinya dan mengelupaskan kulit kepalanya. (QS:70. Al Ma´aarij] 15-18)

5. NERAKA HUTHAMAH: itu disediakan untuk orang yang suka mengumpulkan harta, serakah dan menghina orang-orang miskin. Mereka berpaling dari agama, tidak mau bersedekah dan tidak mau pula membayar zakat. Mereka juga memasang wajah masam apabila ada orang miskin yang meminta bantuan. Maka ALLAH membalas dengan menyiksa mereka dengan cara menguliti dan mengelupaskan kulit muka mereka. Serta membakar mereka semau yang ALLAH mau. NERAKA HUTHAMAH disediakan untuk gemar mengumpulkan harta berupa emas, perak atau platina, mereka serakah tidak mengeluarkan zakat hartanya dan mencela menghina orang-orang miskin. Maka di Huthamah harta mereka dibawa dan dibakar untuk diminumkan sebagai siksa kepada manusia pengumpat pengumpul harta. Dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al-Humazah)

6. NERAKA SAIR diisi oleh orang-orang kafir. Dan orang yang memakan harta anak yatim. Kafir berasal dari kata kufur yang berarti ingkar atau menolak. Sehingga kafir dapat diartikan menolak adanya ALLAH atau dengan membantah perintah ALLAH dan Rasul-NYA. Jadi manusia kafir itu terdiri dari: Orang yang tidak beragama Islam atau orang yang tidak mau membaca syahadat. Orang Islam yang tidak mau shalat. Orang Islam yang tidak mau puasa. Orang Islam yang tidak mau berzakat. Didalam Al-Qur’an terdapat pada (An-Nisa’ ayat 10), (Al-Mulk ayat 5,10,11)

7. NERAKA WAIL disediakan untuk para pengusaha dan pedagang yang culas, mengurangi timbangan, mencalo barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat. Maka dagangan mereka dibakar dan dimasukkan ke dalam perut mereka sebagai azab atas dosa-dosa mereka. Surah (Al-Tatfif) dan (Surah At-Tur). Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surah (Al-Muthaffifin, ayat 1-3)

8. NERAKA JAHANAM: Neraka tempat penyiksaan itu kemudian banyak disebut orang dengan nama jahanam. Neraka yang paling dalam dan berat siksaannya. Al-Qur’an surah (Al Hijr, 43-44). “Bahwasanya orang-orang kafir dan orang aniaya itu tidak akan diampuni Allah, dan tidak pula ditunjuki jalan, melainkan jalan ke Neraka Jahannam. Mereka kekal dalam neraka itu selama-lamanya. Yang demikian itu mudah sekali bagi Allah”(An-Nisa: 169)

SURGA
 
1. SURGA FIRDAUS: surga yang diperuntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya, menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia, aktif menunaikan zakat, menjaga kemaluannya, memelihara amanah, menepati janji, dan memelihara sholatnya. dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Al Kahfi, ayat 107) dan surah(Al Mu’minuun, ayat 9-11).

2. SURGA ‘ADN: surga yang diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada Allah (An Nahl:30-31), benar-benar beriman dan beramal shaleh (Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir: 32-33), sabar, menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23)

3. SURGA NAIM: surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah dan beramal shaleh. dalam Al-Qur’an terdapat pada surah (Luqman, ayat 8) dan (Al Hajj, ayat 56)

4. SURGA MA’WA: surga yang diperuntukan bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah (An Najm: 15), beramal shaleh (As Sajdah: 19), serta takut kepada kebesaran Allah dan menahan hawa nafsu (An Naziat : 40-41)

5. SURGA DARUSSALAM: surga yang diperuntukkan bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya, memperhatikan ayat-ayat Allah serta beramal shaleh. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal sholeh yang selalu mereka kerjakan.” (QS. 6:127)

6. SURGA DARUL MUQAMAH: surga yang diperuntukkan bagi orang yang bersyukur kepada Allah. Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana yg disebutkan di dalam surat (Faathir ayat 35).

7. SURGA AL-MAQAMUL AMIN: surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman (Ad Dukhan, ayat 51)

8. SURGA KHULDI: surga yang diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (orang-orang yang bertakwa). Katakanlah: “Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang Telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?” dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka?” (Al Furqaan, ayat 15)
 




sumber dari: http://suararakyatfm.blogspot.com/

Wednesday, 19 March 2014

Selisihi Nafsumu







Imam Ibnu Qoyim al-Jauziyah pernah mengatakan,

“Sesungguhnya setan tidak memiliki pintu masuk ke dalam dada manusia selain dari pintu nafsu. Setan senantiasa mengintai manusia, kiranya dari arah mana ia bisa masuk, lalu merusak hati serta amalan hamba tersebut. Namun setan tidak mendapati pintu masuk dan tidak pula ia dapati jalan menuju ke sana selain dari nafsunya. Lalu setan pun ikut dalam arus nafsu tersebut sebagaimana ikut larutnya racun dalam aliran darah di setiap urat-urat”.[1]


Kewajiban setiap hamba ialah memerangi setan dengan cara meninggalkan seruan nafsunya. Sesungguhnya setan tak akan berpisah dari nafsu seseorang. Seorang hamba juga harus memerangi setan dengan mengekang nafsunya, dengan senantiasa menghakiminya dalam setiap urusan secara mutlak. Berhenti sejenak setiap hendak melakukan setiap urusan agar jangan sampai ada tersisa sedikit pun bagian bagi nafsu saat ia harus berbuat atau meninggalkan sesuatu.

Ibnu Qoyim al-Jauziyah juga mengatakan,

”Sesungguhnya setan itu tatkala mendapati pada diri seorang hamba kelemahan semangat, rendahnya kemauan, serta kecenderungannya terhadap nafsu, ia akan sangat mengharapkan hamba tersebut sehingga ia pun merasukinya dan membelenggunya dengan belenggu nafsu. Dan setan itu akan menghalaunya ke arah mana yang ia kehendaki. Sedangkan tatkala setan mulai merasakan munculnya semangat yang kuat, kemuliaan jiwa, serta ketinggian kemauan, ia tidak lagi berharap pada hamba tersebut selain hanya sekedar serobotan dan mencuri-curi (kesempatannya).”[2]

Ini bukan berarti bahwa manusia tidak boleh bernafsu sama sekali. Tetapi hendaknya ia memalingkan nafsunya menuju sesuatu yang bermanfaat baginya dan untuk menunaikan sesuatu yang dikehendaki oleh Robbul‘alamin Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga ia pun terhindar dari memperturutkan nafsunya dalam bermaksiat kepada Alloh Azza wa Jalla.

Memang, seharusnya segala sesuatu yang ada pada diri seseorang itu tidak dipergunakan selain Lillahi Ta’ala, untuk menaati Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga Dia Subhanahu wa Ta’ala pun memeliharanya dari kejelekan penggunaan nafsu bagi dirinya dan setan.  Dan sesuatu yang tidak dipergunakan Lillahi Ta’ala maka berarti ia telah menuruti nafsunya.

Ilmu pun bila tidak Lillahi Ta’ala berarti hanya untuk nafsu dan demi nafsu semata. Sebagaimana amalan bila bukan Lillahi Ta’ala maka demi pamrih, riya’, dan kemunafikan semata. Begitu juga harta bila tidak diinfakkan di jalan ketaatan kepada Alloh Azza wa Jalla, maka ia hanya diinfakkan untuk menaati nafsu dan setan semata. Kebesaran seseorang di hadapan manusia bila tidak dia gunakan untuk memenuhi perintah Alloh maka ia hanyalah memenuhi perintah nafsu dan mengenyangkannya semata. Kekuatan dan tenaga bila tidak dicurahkan untuk menunaikan ketaatan kepada Alloh maka ia hanya akan dicurahkan untuk bermaksiat kepada-Nya Subhanahu wa Ta’ala.

Maka, barang siapa yang telah membiasakan nafsunya untuk beramal Lillahi Ta’ala niscaya tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi nafsu tersebut selain beramal kepada selain-Nya Azza wa Jalla.

Sebaliknya siapa saja yang terbiasa menuruti kemauan nafsunya, maka tidak ada seuatu yang lebih berat bagi nafsu tersebut selain beramal ikhlas Lillahi Ta’ala. Itulah kenyataan para penyembah nafsu.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS al-Furqon: 43)
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (٢٣)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS al-Jatsiyah: 23)
Menyelishi nafsu hanya bisa dilakukan atas dasar cinta yang besar kepada Alloh, berharap balasan pahala di sisi-Nya, dan takut dari ditutupnya tabir serta azab dari-Nya.
Alloh Azza wa Jalla berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى   .فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Dan ada pun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (QS an-Nazi’at: 40-41)
Imam Ibnu Qoyim al-Jauziyah mengatakan,

”Maka nafsu itu mengajak menuju penyelewengan dan mementingkan kehidupan dunia, sedangkan Robb Subhanahu wa Ta’ala menyeru hamba-Nya menuju rasa takut kepada-Nya dan melarang setiap diri dari menuruti nafsu. Sementara hati itu berada di antara dua seruan tersebut, sesekali cenderung ke seruan yang ini, dan sesekali cenderung ke seruan yang itu. Ini adalah benar-benar ujian. Dan Alloh Azza wa Jalla telah menyifati jiwa di dalam al-Qur’an dengan tiga sifat; muthmainnah, ammaroh bissuu’, dan lawwamah. Artinya: tenang, menyuruh perlakuan keji, dan berkeluh kesah.” [3]

Seseorang yang takut akan keagungan dan kebesaran Robbnya tentu tidak akan berbuat maksiat. Seandainya Alloh menakdirkan ia melakukannya sebab sifat lemah yang dimiliki oleh sifat kemanusiaannya, rasa takutnya akan segera membelokkannya menuju penyesalan yang sangat, istighfar, dan taubat kepada-Nya, sehingga tetap saja ia berada di dalam ketaatan.

Menahan nafsu merupakan titik pusat yang menguasai area ketaatan. Sementara nafsu ialah pendorong utama menuju setiap penyelewengan, melampaui batas, serta kemaksiatan. Ia juga merupakan sumber petaka dan kejahatan, yang sangat langka seseorang menuai keduanya selain dari sebab nafsunya. Maka, tidak seperti kebodohan yang mudah diatasi. Nafsu yang diperturutkan, setelah seseorang berilmu, merupakan petaka bagi dirinya. Butuh terapi yang sungguh-sungguh dan kurun waktu yang tidak singkat dalam mengobatinya.

Sedangkan takut dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala merupakan benteng yang kokoh dalam menghadapi nafsu yang menggebu-gebu. Dan betapa sedikitnya sesuatu yang bisa tetap kokoh menghadapi nafsu selain rasa takut ini. Oleh sebab itulah Alloh Azza wa Jalla mneyebutkan keduanya dalam satu ayat tersebut di atas. Perhatikanlah, bahwa Dzat yang berfirman di sini ialah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, Sang Pencipta nafsu, Yang Mahatahu penyakit-penyakit dan bahayanya, Yang Mahatahu penjinak dan obatnya. Dia Subhanahu wa Ta’ala saja Yang Mahatahu di mana nafsu-nafsu itu akan bisa tenang dengan obat-obat penawarnya.

Alloh Azza wa Jalla telah memebebankan setiap manusia agar menahan diri dari nafsunya, menahan dengan kegigihannya. Dan agar ia memohon pertolongan dengan rasa takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yaitu rasa takut dari kebesaran dan keagungan Robbnya Yang Mahaagung. Dan Dia Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan Surga sebagai tempat kembali dan pahala bagi siapa saja yang berjihad melawan nafsunya. Yang demikian itu sebab Alloh Azza wa Jalla Mahatahu kebesaran jihad ini, Mahatahu betapa tinggi nilainya dalam mentarbiyah jiwa manusia dan melempangkannya serta mengangkatnya menuju derajat kemanusiaan yang diridhoi oleh-Nya Subhanahu wa Ta’ala.  

Wallohulmuwaffiq.



sumber dari: http://alghoyami.wordpress.com/

Sunday, 16 March 2014

Puncak Gunung Yang Rata




Jika diperhatikan sebuah gunung yang tinggi, adakah terfikir gunung yang beribu-ribu tahun yang lampau ia mempunyai fungsi tersendiri? Siapa terfikir bahawa struktur bawah gunung tersebut sama dalamnya sebagaimana tinggi gunung tersebut?

Allah berfirman (maksud):
“Dan gunung-ganang pula dikukuhkan letaknya (di bumi, sebagai pancang pasak yang menetapnya)”
(Surah An-Naazi’aat, 79: Ayat 32)


Allah berfirman (maksud):
“Dan gunung-ganang sebagai pancang pasaknya”(Surah An-Naba’, 78: Ayat 7)

Dan Allah berfiman juga berfirman (maksud):
“Dia mengadakan di bumi gunung-ganang yang menetapnya supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu…”
(Al-Quran, Surah An-Nahl, 16: Ayat 15)


Gunung menakjubkan ini seluas 31 kilometer persegi. Puncaknya yang rata ini menjanjikan pemandangan yang menakjubkan. Seolah-olah kita berada di sebuah kayangan kerana di kelilingi awan memutih. Gunung Roraima juga dikenali nama Tepi. Tepi bermaksud rumah tuhan.
Ia dinamakan oleh orang asli kaum Pemon yang menemuinya. Gunung ini terletak di tanah tinggi Guiana, benua Amerika Selatan. Ia i terletak di sempadan antara tiga negara iaitu Venezuela, Brazil dan Guyana.

Di bawah ini adalah gambar puncak tertinggi Gunung Roraima, ianya dipanggil Maverick Rock terletak di dalam sempadan Vaneuzela dengan ketinggian 2810 meter dari paras laut. Jom lihat lagi gambar menakjubkan ini.










sumber dari: http://www.nizarazu.com/puncak-gunung-yang-rata/

Pasak Bumi




Assalamualaikum dan salam blogger,
pernahkah anda membaca terjemahan ayat -ayat suci ini.

Allah berfirman (maksud): "Dan gunung-ganang pula dikukuhkan letaknya (di bumi, sebagai pancang pasak yang menetapnya)"
(Surah An-Naazi’aat, 79: Ayat 32)

 
Allah berfirman (maksud): "Dan gunung-ganang sebagai pancang pasaknya" 
(Surah An-Naba’, 78: Ayat 7)
 
Dan Allah berfiman juga berfirman (maksud):
"Dan Ia mengadakan di bumi gunung-ganang yang menetapnya supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu..."(Al-Quran, Surah An-Nahl, 16: Ayat 15)
 
dalam sesetengah tafsir disebut
”Dan Dia menancapkan gunung-gunung di Bumi supaya Bumi itu tidak berguncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”

sebagai orang islam kita yakin setiap huruf dan perkataan yang terkandung dalam Qur'an pasti betul.

Sekarang tengok gambar ni pula
Setelah beribu tahun lamanya, saintis barat baru-baru ini menemui sebuah gua  yang terletak di Naica Mexico, 
gua ini dipenuhi dengan batu-batu kristal yang berbentuk seperi pasak atau pancang seperti yang biasanya dipasang pada bangunan bangunan besar
ada yang  sampai dengan 12 meter panjang 
Seperti dikatakan saintis, pasak-pasak ini hanyalah mukadimah sahaja kerana dikatakan lebih dalam mereka masuk lebih besar pasak-pasak yang dijumpai 
 
 

Naica Giant Crystal Cave


Naica Giant Crystal Cave









Naica Giant Crystal Cave




sumber dari: http://ijoks2009.blogspot.com/

Monday, 23 September 2013

siapakah yang lebih berkuasa



Firaun adalah seorang diktator kuku besi zaman purba yang bermaharajalela berkuasa atas manusia pada zamannya. Ia membina tamadun dengan bangunan, arca, kuil bahkan piramid yang mengagumkan sehinggalah pada hari ini. Jajahannya amat luas. Ia adalah panglima negara yang gagah perkasa mengalahkan musuh-musuhnya.

Walaubagaimanapun, tampak hebatnya, agungnya tamadun tersebut didirikan atas fondasi darah dan air mata manusia yang diperas dan diperhamba. Ia terlalu berkuasa, sampai tahap mengaku diri sebagai Tuhan. Disebutkan:

“(Berkata firaun): Akulah Tuhanmu yang paling tinggi!” (Surah an-Nazi’at, 79:24)



Marahaja Legion merupakan maharaja keempat Empayar Sibernatik Cyborg. Ia adalah maharaja kepada 8 buah galaksi yang merangkumi jutaan sistem hidupan manusia. Kuasanya tidak terbatas. Galaksi Muhsinin yang aman damai ingin dikuasainya sekali. Pengakuan Legion selari dengan pengakuan firaun, bahawa siapakah yang lebih berkuasa daripadanya?

“Dan firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: ‘Hai kaumku, bukankah kerjaan Mesir ini kepunyaanku dan bukankah sungai-sungai ini mengalir di bawahku, maka apakah kamu tidak melihatnya?’” (Surah az-Zukhruf, 43: 51)




“Firaun berkata, ‘Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.’” (Surah as-Shu’ara, 26:29)



Maharaja Legion dihantui oleh sumpah nenek moyangnya yang pertama, untuk memburu ‘gerombolan teroris’ yang dikepalai oleh pemimpin yang bergelar ‘khalifah’. Jika firaun membunuh bayi lelaki untuk mengekang pertumbuhan kaum Bani Israel yang boleh menjatuhkannya dan membiarkan kaum wanita. Maka mengambil idea ini, saya mengubahsuai Maharaja Legion sebagai firaun saifai.



sumber dari: saifaiislami.blogspot.com

Friday, 2 August 2013

Earth Will Be Shaken by Quakes




When Earth is convulsed with its quaking, and Earth then disgorges its charges, and man asks: "What is wrong with it?" on that Day it will impart all of its news, because your Lord has inspired it. 
(Surat az-Zilzal, 1-5)

On the Day of Judgment, an ear-shattering sound will follow the sounding of the trumpet, and an unequalled tremor will rock Earth. Massive mountains, trees, skyscrapers, buildings—in fact every place on Earth—will begin to rock at the same time. People will panic and be gripped by great fear. The most fear-inspiring aspect is that no one can escape it or find any sort of refuge, for this tremor is not like the ones with which we are familiar; rather, this tremor will continue until Earth has been flattened. (Allah knows best.) Allah describes these tremors, as follows:

On the Day the first blast shudders, and the second blast follows it, hearts that Day will be pounding and eyes will be cast down. (Surat an-Nazi‘at, 6-9)


Try to imagine how much the tremors known to us affect those who experience them. These tremors lasted only for seconds, but the results were nevertheless devastating. Hundred of thousands died in or under collapsed buildings, and survivors were left destitute. Homes, property, earnings, and savings were destroyed in no time. These calamities were seen by everyone and, in those seconds, no person or force could resist them. The tremors of the Day of Judgment will have no equals in terms of severity, consequence, and the size of area affected. When they are over, there will be no ruins or life left on this planet.

No matter how severe the tremor, people who are prepared for such an event often find a way to survive. However, upon hearing the trumpet sound, even they will realize that this is no ordinary tremor and that there is no possibility of escape.

The Qur'an warns of this event and of the tremors, as follows:

Mankind, heed your Lord! The quaking of the Hour is a terrible thing. (Surat al-Hajj, 1)

At that moment, nothing on Earth will have any meaning. Everything that led people astray (e.g., luxurious houses, gigantic skyscrapers, 5-star hotels, ambitiously accumulated life savings, houses, decorations, palaces, bridges, all of the most famous buildings, the Pyramids that have survived all natural disasters so far, historic castles, and whole cities) all will crumble like sand castles on the beach. Everything that makes people proud to possess it, as well as their fame, honor, prestige, and power, will be destroyed instantly and become meaningless instantaneously, for:

No indeed! When Earth is crushed and ground to dust, and your Lord arrives with the angels rank upon rank, and that Day Hell is produced, that Day man will remember. But how will the remembrance help him? (Surat al-Fajr, 21-23)

When the entire planet gives way, those who found all kinds of excuses to deny Allah and who did not engage in any acts of worship, despite knowing what was required, finally will realize that there is refuge only in Allah. However, it now is too late for them to make amends, and their remorse is of no use either.

After fear, the next most-felt emotion on that Day will be incapacity. Humanity, who took precautions against every possible calamity and deadly disaster (e.g., severe earthquakes, fierce hurricanes, and even nuclear war), will be unable to hide from or survive this event. Nothing and nobody, regardless of how they were perceived while alive, will be able to guide them to safety. 


sumber dari: dayofjudgment.com

Monday, 15 July 2013

Submission to Destiny




You should be aware that you are in a state of unconditional submission to your own destiny. No power other than Allah can alter this. Everything that you have experienced or will experience in future is set out in the Sight of Allah, and you have no control over your future. This book will leave your hands in a while, wrinkles will appear on your face in a few years’ time, and all the details of a film you will watch 15 years from now are all included in the knowledge of Allah. The people you will meet, how much money you will earn, which illnesses you will suffer, what you will rejoice over and how and where you will die—all this has already taken place in your own destiny.

The only reason why you do not know these things is that they are not yet in your memory.
Grieving over something that happens, therefore, wondering “Why did it happen like that?”, harboring sorrow and regret and starting with the words “If only . . . ,” and becoming angry, greedy or impatient—all these actions are needless and meaningless. That is because all events that give rise to sorrow or anger are under the control of Allah. It is Allah Who creates all of these within a person’s destiny, and there can be no question of any other possibility outside a person’s destiny.

If someone has a traffic accident after turning into the wrong street, it is meaningless to complain about his mistake. Even if he could have his time over again, he would still turn into the wrong street and still have that accident. Saying things like, “If only I had my life to live over” are pointless and stem from a failure to understand this fact. Similarly, it is no solution for someone whose wallet is stolen to say, “If only I hadn’t gone into that shop,” or “If only I had kept my money in my pocket.” That person had no alternative but to go into that shop, carry money in his wallet and have it stolen. That person’s destiny has been created to go into a particular place at a particular time and for the money to be stolen. Even if he were to go back in time a thousand times, the money would still be stolen a thousand times.

A happy event or a success achieved are also in the individual’s destiny. Those successes and moments of joy will inevitably be experienced, because they are appointed in destiny.
Some people are reluctant to accept this insight. Roger Penrose describes them:
I think the trouble that people have with this idea is that you think the future is under your control, to some degree. And so, this means that if the future’s laid out, then in a sense it’s not under your control.148
Since most people wish to be in control of their own lives, they reject the fact of destiny. Yet they fall into a serious error by doing so, because whether or not they wish to, whether they admit the fact or not, people live their own destinies. People’s very denial is also appointed in their destiny!

If Allah afflicts you with harm, no one can remove it except Him. If He desires good for you, no one can avert His favor. He bestows it on whichever of His slaves He wills. He is Ever-Forgiving, Most Merciful. (Surah Yunus, 107)

. . . Allah’s command is a pre-ordained decree. (Surat al-Ahzab, 38)


manzara

It will be useful to recall that living in submission to one’s destiny is a great blessing and brings great peace of mind. People experience great panic and distress if they think that events are actually under their own control. They then imagine that every event in the future will be their own responsibility, and they feel the weight of every event on their own shoulders. They feel that they must resolve all difficulties on their own. Unable to see the auspicious side of the functioning of events, they experience great distress in the face of events. They grow proud in the face of the triumphs they achieve, which feeling may result in serious harm in this world and in the Hereafter. The difficulties they experience, on the other hand, lead to increasing pessimism, emptiness and stress.

But knowing that every event takes place within a destiny determined by Allah and believing that all events are created for good is one of the greatest blessings a person can enjoy. Living in submission to the destiny appointed by Allah means accepting His will and voluntarily submitting to every event determined by Him. People will then be freed from the feeling that events are under their control, will feel rid of troubles, will know that they are living events that are already over and done with, and will enjoy the peace of mind that this imparts. Submission to destiny is a great blessing for anyone who knows that all things are created to be auspicious. Even events that may appear to be troubles or difficulties are in fact positive and eventually result in great good.

When considering the concept of destiny, some people take the fact that everything is predetermined to imagine that there is no need for them to do anything. Yet this is a major distortion of the concept of destiny. True, everything we experience is determined in our destinies—before we experience them, those events have already taken place in the Sight of Allah and all its details are written down in the Lawh al-Mahfuz (the Preserved Tablet) in His Sight.

However, Allah gives every human being the feeling that they are able to alter events and act in accordance with their own decisions and choices. When one is thirsty, for example, one does not sit down and wait, saying,“I will have a drink—if that is in my destiny.” One gets up, takes a glass and drinks. In fact, of course, one drinks the amount of water determined in one’s destiny. But one nevertheless feels that one is doing this in accord with one’s own wish. That feeling is experienced in everything we do throughout our lives. The difference is that someone who has submitted to the destiny created by Allah knows that despite the feeling he does things of his own accord, he actually performs them by the will of Allah. Others who have failed to grasp this fact mistakenly imagine that they do everything with their own intelligence and strength.

For example, a submitted person who learns that he has contracted a disease will be resigned, since he knows that this is his destiny. He will say, “Since Allah has created this in my destiny, there must be an auspicious element to it.” He will not sit back and do nothing saying “If I am destined to recover, I will.” On the contrary, he will take all the requisite precautions. He will go to the doctor, be careful what he eats and take medicine. However, he will not forget that the doctor he visits, the treatment administered, the drugs he takes, and how effective these will be—in short, every single detail—are all in his destiny. He knows that all these events were already in the memory of Allah, long before he ever came into the world.
Allah has revealed this in verses:

It is He Who created you from clay and then decreed a fixed term, and another fixed term is specified with Him. Yet you still have doubts! (Surat al-An‘am, 2)

. . . Allah’s command is a pre-ordained decree. (Surat al-Ahzab, 38)

Not just human beings have a destiny in the Sight of Allah, but the Sun, the Moon, mountains, trees and all things and entities. A centuries-old antique vase that is broken, for example, breaks at the moment appointed in its destiny. The people who would use this vase, where it would stand in which home, and what other objects would be standing alongside it were all determined at the moment it was manufactured.

Every pattern on it and all its colors were determined beforehand in its destiny. The day, hour and minute when it would be broken, and by whom and how, already exist in the memory of Allah. In fact, the moment that the vase was first made, the moment it was placed in the shop window, the moment it was placed in its new home and the moment it was broken—in short, every moment in the life of that vase lasting several hundred years—all exist as a single moment in the Sight of Allah. Although the person who broke the vase was totally unaware of that event even a few seconds beforehand, that moment had already happened and was known in the Sight of Allah. That is why Allah tells us not to be saddened by what befalls us. That is because what happens is part of one’s destiny, and human beings have no power to change this. However, people must still learn from destined events and, by seeing the wisdom and goodness in them, turn to our Lord, Who creates their destinies and Who is infinitely Merciful, Affectionate and Just, and Who preserves and protects His servants.

The form people assume while still an embryo, their state when they first learn to read and write and the fitness they display on their 35th birthday and when they retire are already determined in the book in the Sight of Allah. Human beings can neither experience nor do anything that is not appointed in their destiny. People heedless of this major truth spend their lives in a state of anxiety and fear.

For example, they constantly worry about their children’s futures, which school they will attend, what jobs they will have, their state of health and the kind of lives they will lead. In fact, however, everything from a person’s existence as a single cell to the time when they first learn to read and write, from the answers they give in exams to what job they will do in which company, how many times they will sign their names, and how and where they will die—everything is predetermined in the Sight of Allah. All these events lie concealed in the memory of Allah. For example, people’s state at this precise moment, as a fetus, in primary school, at university, first day at the office, when they celebrate their 35th birthday, when they see the angels at the time of their death, when they are buried by their relatives and the moments when they account for themselves in the Hereafter—all exist as a single moment in His Sight.
hayat şeridi

Those who sincerely submit to Allah may hope to attain His approval, mercy and Paradise, and will live in peace and happiness in both this world and the Hereafter. For someone who has submitted to Allah and who knows that the destiny created by Him is the most auspicious for them, there is nothing to fear, or regret or sorrow over. Such people will make genuine efforts, but will know that these are all in their destiny, and that they have no power to change what is written in their destiny, no matter what they may do.

A believer will submit to the destiny created by Allah, will embrace, as much as he can, the events he encounters, will take precautionary measures and seek to turn all events in an auspicious direction, but will live in the awareness and ease imparted by knowing that they all take place within his destiny and that Allah has already determined them in the most auspicious form.

In the Qur’an, Allah refers to a precaution taken by the Prophet Yaqub (as) for the security of his children. In order that they should not attract the attention of evilly disposed persons, the Prophet Yaqub (as) recommended that his sons enter the city by separate gates, but also reminded them that this could never alter the destiny appointed by Allah:

He [Jaqub] said, “My sons! You must not enter through a single gate. Go in through different gates. But I cannot save you from Allah at all, for judgment comes from no one but Allah. In Him I put my trust, and let all those who put their trust, put it in Him alone.” (Surah Yusuf, 67)

Allah reveals in another verse that no matter what they may do, people cannot change their destinies:

Then He sent down to you, after the distress, security, restful sleep overtaking a group of you, whereas another group became prey to anxious thoughts, thinking other than the truth about Allah—thoughts belonging to the Time of Ignorance—saying, “Do we have any say in the affair at all?”’ Say, “The affair belongs entirely to Allah.” They are concealing things inside themselves which they do not disclose to you, saying, “If we had only had a say in the affair, none of us would have been killed here in this place.” Say, “Even if you had been inside your homes, those people for whom killing was decreed would have gone out to their place of death.” So that Allah might test what is in your breasts and purge what is in your hearts. Allah knows the contents of your hearts. (Surah Al ‘Imran, 154)

As can be seen from this verse, even if people avoid an auspicious, religious observance in order to save their lives, they will still die if that is what is written in their destiny. The methods to which such a person will resort in order to avoid death are also determined in that destiny, and everyone will experience what has been determined for them.

In this verse, Allah also states that the events created in people’s destinies are intended to test them and cleanse their hearts. In Surah Fatir, it is revealed that everyone’s life span is determined in the Sight of Allah:

Allah created you from dust and then from a drop of sperm and then made you into pairs. No female becomes pregnant or gives birth except with His knowledge. And no living thing lives long or has its life cut short without that being in a Book. That is easy for Allah. (Surah Fatir, 11)

manzara

The following verses from Surat al-Qamar reveal that everything a person does has been written line by line and relate the events experienced by the people of Paradise as events which have already occurred. As has already been stated, the true life in Paradise is the future for us. However, the discourse, experiences and banquets in Paradise are all present in the memory of Allah. The future of all people in this world and in the Hereafter have taken place in a moment in the Sight of Allah before we are even born and are preserved in His memory:

Everything they did is in the Books. Everything is recorded, big or small. The people who guard against evil are amid Gardens and Rivers, on seats of honor in the presence of an All-Powerful King. (Surat al-Qamar, 52-55)

In some verses of the Qur’an, Allah refers to some events which lie in the future for us, but which have already taken place in His Sight. For example, certain verses revealing that people will have to account for themselves to Allah in the Hereafter relate those events as already over and done with:

The Trumpet is blown, and those in the heavens and those in the Earth all lose consciousness, except those Allah wills. Then it is blown a second time and at once they are standing upright, looking on. And the Earth shines with the Pure Light of its Lord; the Book is put in place; the Prophets and witnesses are brought; it is decided between them with the truth . . . (Surat az-Zumar, 68-69)

Those who disbelieve are driven to Hell in companies . . . (Surat az-Zumar, 71)

And those who have fear of their Lord are driven to the Garden in companies . . . (Surat az-Zumar, 73)

Other verses on the same subject read:

[On that Day,] every self came together with a driver and a witness. (Surah Qaf, 21)

And Heaven is split apart, for that Day it is very frail. (Surat al-Haqqa, 16)

And [He] rewarded them for their steadfastness with a Garden and with silk. Reclining in it on couches, they experienced there neither burning sun nor bitter cold. (Surat al-Insan, 12-13)

And the Blazing Fire is displayed for all who can see. (Surat an-Nazi‘at, 36)

So today those who believe laugh at the disbelievers. (Surat al-Mutaffifin, 34)

The evildoers saw the Fire and realized they had to fall into it and found no way of escaping from it. (Surat al-Kahf, 53)


sumber dari: harunyahya.com

Sunday, 1 January 2012

An-Naazi'aat -pilihan Malaikat



Hubungan Malaikat dengan ALLAH Azza wa Jalla adalah hubungan kehambaan yang bersih, hubungan taat dan patuh, tunduk yang sempurna kepada segala titah perintah ALLAH. Inilah hubungan-NYA dan tidak ada hubungan lain. Kerana itu Malaikat bukanlah Tuhan, bukan puteri Tuhan dan bukan anak cucu Tuhan sebagaimana kepercayaan orang orang musyrikin dahulu.


ALLAH Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

"Sebenarnya (Malaikat-Malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-NYA dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-NYA. ALLAH mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (Malaikat)dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai ALLAH, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-NYA." (QS. Al-Anbiyaa' [21]: 26, 27, 28)


Dan firman-NYA yang lain:

"Dan kepada ALLAH sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para Ma]aikat, sedang mereka (Malaikat)tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Rabb mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)." (QS. An-Nahl [16]: 49, 50)


Para Malaikat adalah salah satu dari makhluk-makhluk ALLAH, sentiasa taat kepada-NYA, tidak kuasa membuat sesuatu dengan kekuasaan dari mereka sendiri, tidak boleh memberi sesuatu kepada ALLAH dengan kekuatan yang diberi kepada mereka. Mereka benar benar taat kepada perintah-NYA dan beribadah -hanya- kepada-NYA.

ALLAH Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

"Tiada seorangpun di antara kami (Malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu, dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah ALLAH). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada ALLAH)." (QS. Ash Shaaffaat [37]: 164, 165, 166)

 
Manakala ini adalah hakikat kejadian para Malaikat, sudah tentu termasuk dalam mensyirikkan ALLAH kalaulah mereka di ibadahi, diminta pertolongan atau di i'tiqad bahwa mereka mempunyai sesuatu hak kekuasaan.

ALLAH Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan Malaikat dan para Nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?" (QS. Ali 'Imran [3]: 80)


Ibadah para Malaikat sebagaimana yang diterangkan oleh ALLAH tidaklah terbatas pada mentasbih dengan memuji dan memuja ALLAH saja, malah ibadah mereka mencakupi pelaksanaan tugas yang mengikuti kehendak ALLAH, yaitu tugas mentadbir, menjaga dan mengurus urusan alam atau makhluk ciptaan ALLAH yang termasuk setiap gerakan dan perjalanan, setiap yang bernyawa dan tidak bernyawa, setiap hukuman dan peraturan, serta meluluskan setiap penentuan ALLAH mengikut qada'-taqdir-NYA pada makhluk secara keseluruhan.


Dan mereka melaksanakan kehendak ALLAH dalam muraqabah (memperhatikan), mencatat setiap perkara yang berlaku di alam ini, sama ada yang berlaku itu menurut iradah (kehendak) makhluk sendiri atau diluar dari iradah makhluk.

(Oleh kehendak dan kuasa ALLAH Subhaanahu wa Ta'ala secara mutlak dan menyeluruh) mereka diwakilkan untuk menjaga langit dan bumi, tiap-tiap pergerakan dalam alam ini termasuk kedalam kewajiban yang ditugaskan kepada mereka mengikut kehendak ALLAH.


ALLAH Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan (Malaikat-Malaikat) yang mengatur urusan (dunia)." (QS. An Naazi´aat [79]: 5)

"Dan (Malaikat-Malaikat) yang membagi-bagi urusan." (QS. Adz Dzaariyaat [51]: 4)

Dan diantara tugas mereka yang lain terhadap manusia (atas izin ALLAH) adalah ikut mendoakan kepada kebaikan.
 
 



Inilah Orang-orang (Pilihan) yang di Doakan oleh para Malaikat :

1. Orang yang Tidur dalam Keadaan Bersuci.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka Malaikat akan bersamanya didalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga Malaikat berdoa, 'Ya ALLAH,ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'.”

(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhu, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

 
2. Orang yang sedang Duduk Menunggu Waktu Shalat.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para Malaikat akan mendoakannya,‘Ya ALLAH,ampunilah ia. Ya ALLAH, sayangilah ia’.”

(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Shahih Muslim no. 469)


3. Orang-orang yang Berada di Shaf Barisan Depan di dalam Shalat Berjama'ah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya ALLAH dan para Malaikat-NYA bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan.”

(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib radhiallahu 'anhu, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)


 
4. Orang-orang yang Menyambung Shaf pada Shalat Berjama'ah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya ALLAH dan para Malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf.”

(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

 
5. Para Malaikat Mengucapkan "Aamiin" ketika Seorang Imam selesai Membaca Al-Faatihah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalliin', maka ucapkanlah oleh kalianaamiin’. Karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan Malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu.”

(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Shahih Bukhari no. 782)


6. Orang yang Duduk di Tempat Shalatnya setelah Melakukan Shalat.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Para Malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para Malaikat) berkata, 'Ya ALLAH, ampunilah dan sayangilah ia'.”

(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

 
7. Orang-orang yang Melakukan Shalat Shubuh dan Ashar secara Berjama’ah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Para Malaikat berkumpul pada saat shalat Shubuh lalu para Malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Shubuh) naik (ke langit), dan Malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat Ashar dan Malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat Ashar) naik (ke langit) sedangkan Malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal.

Lalu ALLAH bertanya kepada mereka (padahal ALLAH lebih mengetahui), ‘Bagaimana kalian meninggalkan hamba-KU?’

Mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari Kiamat’.”

(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

 
8. Orang yang Mendoakan Saudaranya tanpa Sepengetahuan Orang yang Didoakan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Doa seorang Muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang Malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata, ‘Aamiin, dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’.”

(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ radhiallahu 'anha, Shahih Muslim no. 2733)

 
9. Orang-orang yang Berinfak.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 Malaikat turun kepadanya. Salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya ALLAH,berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya ALLAH,hancurkanlah harta orang yang pelit (kikir)’.”

(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

 
10. Orang yang sedang Makan Sahur.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya ALLAH dan para Malaikat-NYA bershalawat kepada orang-orang yang sedang makan sahur.”

(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhu, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

 
11. Orang yang sedang Menjenguk Orang Sakit.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Tidaklah seorang Mukmin menjenguk saudaranya kecuali ALLAH akan mengutus 70.000 Malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga Shubuh.”

(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu, Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)

 
12. Seseorang yang sedang Mengajarkan Kebaikan kepada Orang lain.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi,bahkan semut yang didalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.”

(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily radhiallahu 'anhu, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

 

Tidakkah kita terpikir, betapa besarnya nikmat ALLAH melalui penciptaan para Malaikat, dan melalui beriman kepada mereka?! Dimana keimanan ini melahirkan kesan dan pengaruh yang kuat dalam jiwa, amalan, dan kelurusan hidup seorang manusia.

Beriman kepada Malaikat berarti membenarkan Kitab ALLAH (Al-Qur'an) dan membenarkan Rasul-NYA, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Wallahu a'lam bish shawab!

Semoga bermanfaat, insya ALLAH.......
 
 

An-Naazi'aat -dunia hanya sementara




Manusia tinggal di dunia hanya untuk waktu yang singkat. Di sini, ia akan diuji, dilatih, kemudian meninggalkan dunia menuju kehidupan akhirat di mana ia akan tinggal selamanya. Harta benda serta kesenangan di dunia, walaupun diciptakan serupa dengan yang ada di akhirat, sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan karena harta benda dan kesenangan tersebut ditujukan hanya agar manusia mengingat hari akhirat.


Akan tetapi, orang yang ingkar tidak akan mampu memahami kenyataan ini sehingga mereka berperilaku seakan-akan segala sesuatu di dunia ini miliknya. Hal ini memperdaya mereka karena semua kesenangan di dunia ini bersifat sementara dan tidak sempurna, tidak mampu memuaskan manusia yang diciptakan untuk keindahan kesempurnaan abadi, yaitu Allah. Allah menjelaskan betapa dunia merupakan tempat sementara yang penuh dengan kekurangan,

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.?
(al-Hadiid: 20)
Seperti yang tertulis dalam Al-Qur`an, orang-orang musyrik hidup hanya untuk beberapa tujuan, seperti kekayaan, anak-anak, dan berbangga-bangga di antara mereka. Dalam ayat lain, dijelaskan tentang hal-hal yang melenakan di dunia,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?' Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.�? (Ali Imran: 14-15)
 
Sebenarnya, kehidupan di dunia tidak sempurna dan tidak berharga dibandingkan kehidupan abadi di akhirat. Untuk menggambarkan hal ini, dalam bahasa Arab, dunia mempunyai konotasi “tempat yang sempit, gaduh dan kotor?. Manusia menganggap usia 60-70 tahun di dunia sangat panjang dan memuaskan. Akan tetapi, tiba-tiba kematian datang dan semua terkubur di liang lahad. Sebenarnya, ketika kematian mendekat, baru disadari betapa singkatnya waktu di dunia. Pada hari dibangkitkan, Allah akan bertanya kepada manusia.
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?? ( al-Mu'minuun: 112-115)
Mengabaikan Allah dan tidak mengacuhkan kehidupan akhirat, sepanjang hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an sebagai “orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat? . Bagi mereka, Allah memutuskan, “Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.? (al-Baqarah: 86)
“Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.? (Yunus: 7-8)
Bagi mereka yang lupa bahwa dunia merupakan tempat sementara dan mereka yang tidak memperhatikan ayat-ayat Allah, tetapi merasa puas dengan permainan dunia dan kesenangan hidup, menganggap memiliki diri mereka sendiri, serta menuhankan diri sendiri, Allah akan memberikan hukuman yang berat. Al-Qur`an menggambarkan keadaan orang yang demikian,
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).? (an-Naazi'aat: 37-39)
Semoga bisa menambah wawasan .. dan menyegarkan ingatan kita kembali .. tentang pentingnya mempersiapkan bekal untuk perjalanan hidup yang selanjutnya...
 


An-Naazi'aat -kepantasan Malaikat

Para malaikat, misalnya malaikat Jibril a.s mempunyai kekuatan yang luar biasa. Petikan dari tafsir untuk ayat ke-6 : “Allah SWT menerangkan lagi dalam ayat ini, bahwa Jibril itu mempunyai kecerdasan dan kekuatan yang luar biasa. Seperti dalam riwayat bahwa ia telah pernah membalikkan perkampungan Nabi Lut kemudian mereka diangkat ke langit lalu dijatuhkan ke bumi. Juga ia telah pernah menghembus kaum Samud hingga berterbanganlah mereka. Dan apabila ia turun ke bumi hanya dibutuhkan waktu sekejap mata. Lagi pula ia dapat berubah bentuk dengan berbagai rupa.”

Terdapat malaikat yang ditugaskan membawa amalan kita naik ke langit setiap hari iaitu ketika sebelum terbit matahari dan semasa terbenam matahari. Setiap hari pagi dan petang, dan jaraknya bukanlah dekat bagi kita. Langit pertama sahaja adalah lebih jauh daripada bintang2 yang ada.

Firman Allah SWT yang bermaksud:


إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
 “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang,” Ash-Shaaffat : 6







Firman Allah SWT yang bermaksud:


وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا
“dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,”
An-Naazi’aat : 3


فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا
“dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,”
An-Naazi’aat : 4


فَالْعَاصِفَاتِ عَصْفًا
“dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya,”
Al Mursalaat : 2







Kepantasan malaikat bagi kita tak dapat digambarkan kerana meskipun pada jarak bintang2 yang berjarak berbilion tahun cahaya dari bumi sekalipun, malaikat dengan izin Allah SWT mampu bergerak hanya beberapa detik.


Wallahualam.