Showing posts with label Al-Imran. Show all posts
Showing posts with label Al-Imran. Show all posts

Friday, 6 June 2014

Memandang Harta





persahabatanindahnyawordpresscom


Harta merupakan salah satu benda dunia yang dihamparkan Allah untuk manusia (QS Ali Imron: 14).

Ada tiga golongan manusia dalam memandang harta. Golongan pertama beranggapan bahwa harta adalah tujuan hidup mereka. Mereka mencintai, menggandrungi, mengejar, lalu bergantung pada harta seperti seorang bayi yang bergantung kepada ASI.

Mereka adalah orang-orang materialis yang tidak memiliki suatu idealisme. Islam hal itu sebagai perbuatan sia-sia dan batal. “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan“ (QS Hud: 15-16).

Kaum materialis yang hanya mengejar kepentingan dunia ini disebut sebagai orang-orang kafir yang seperti binatang. “Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahanam adalah tempat tinggal mereka“ (QS Muhammad: 12).

Golongan kedua adalah kebalikan dari golongan pertama, yaitu mereka yang hidup zuhud, mengelak dari kemewahan harta benda dunia. Mereka tidak kawin, tidak berpakaian. Mereka adalah para pendeta Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani dan orang-orang sufi Muslim. Jumlah mereka amat sedikit.
Terhadap golongan kedua ini, Al Quran mengatakan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas“ (QS Al-Maidah: 87).

Cara-cara kependetaan tidak dibenarkan dalam Islam. “Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya“ (QS Al-Hadid: 27).

Golongan ketiga inilah yang dibenarkan Islam. Mereka bekerja mencari rezeki, memakmurkan dunia tetapi mereka tidak tenggelam atau larut dalam gebyar dunia. Mereka berpendapat bahwa harta benda dunia adalah modal ibadah kepada Allah. Mereka mengikuti perintah Allah, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.“ (QS Al-Qashas: 77).

Al Quran pun mengajarkan keseimbangan dunia dan akhirat seperti. “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bagian dari yang mereka usahakan. Dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.“ (QS Al-Baqarah: 202).

Wallahu a’lam.



sumber dari: persahabatanindahnya.wordpress.com/

Thursday, 15 May 2014

AYAT LIMA Pendinding Diri




Ayat lima ialah ayat-ayat yang diambil dari lima surah dalam Al-Quran.
Tiap-tiap satu dari lima ayat itu terdapat sepuluh buah huruf "Qaf" (kaf besar), sebab itu ayat lima ini boleh juga disebut dengan ayat 50 Qaf. Ayat ini boleh digunakan sebagai penolong dan pendinding diri. 
+ Al-Baqarah ayat 246
+ Ali-Imran ayat 181
+ An-Nisaa ayat 77
+ Al-Maaidah ayat 27
+ Ar-Ra'd ayat 16
 Rahsia/Khasiat yang besar sekali ertinya, diantaranya ialah:

ü  Ibnu Mas'ud meriwayatkan, bahawa Rasulullah saw selalu membaca ayat lima ini, baik sedang berada dalam negeri atau sedang dalam perjalanan dan dalam peperangan. Dalam peperangan beliau selalu selalu dapat mengalahkan orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan selalu mendapat pertolongan Allah.

ü   Sayyidah Aisyah meriwayatkan bahawa Rasulullah saw menerangkan bahawa bila ayat lima dituliskan di dalam bekas, kemudiaan diisi dengan air dan airnya diminum pada hari Jumaat, maka Allah akan menyembuhkan penyakitnya kemudian diisi hatinya dengan nur hadiah keyakinan dan kasih sayang. 

ü  Jika seorang pemimpin selalu membaca ayat lima ini, maka akan ditetapkan hatinya oleh Allah, diberi pengaruh serta kekuataan dan patuh kepadanya oleh semua orang-orang pimpinannya.

ü  Jika ditulis dan digantungkan pada hujung senjata untuk menghadapi musuh dalam pertempuran, maka Allah akan memecahbelahkan kekuatan musuh.

ü  Dipelihara dari kekejamannya dan tipu daya. Ayat lima adalah dinding dari kejahatan manusia, jin dan syaitan. 

ü  Salman al-Farisi r.a berkata: "Rasulullah saw mengajarkan kepadaku ayat lima," kemudian baginda berkata, "Siapa yang membaca dan mengamalkannya Allah akan melanjutkan usianya, mengampuni dosanya dan mudah tercapai apa yang dikehendakinya."

Keterangan ini diambil dari Tafsir Al-Arais. Saya petik dari buku risalah amalan harian tulisan Amiruddin Faatih dan mungkin boleh rujuk [di sini]. Berikut adalah surah-surah AYAT LIMA, semoga dapat memudahkan kalian untuk merujuk dan diamalkan dalam kehidupan hariaan.
Boleh juga dengar AYAT LIMA [di sini].


Maksudnya: Tidakkah engkau ketahui (wahai muhammad), tentang (kisah) ketua-ketua dari Bani lsrail sesudah (wafatnya) Nabi Musa, ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Lantiklah seorang raja untuk kamu, supaya boleh kami berperang (bersama-sama dengannya) pada jalan Allah" Nabi mereka menjawab: "Tidakkah harus, jika kamu kelak diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang?," Mereka berkata: "Mengapa pula kami tidak akan berperang pada jalan Allah, sedang kami telah diusir dari kampung halaman kami, dan (dari) anak-anak kami?" Maka apabila perang itu diwajibkan atas mereka, mereka membelakangkan kewajipan itu, kecuali sebahagian kecil dari mereka. Dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 246)

Maksunya: Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan: Bahawasanya Allah miskin dan kami ialah orang-orang kaya. Kami (Allah) akan menuliskan perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh Nabi-nabi dengan tidak ada alasan yang membenarkannya, dan Kami akan katakan kepada mereka: "Rasalah kamu azab seksa yang sentiasa membakar mu. (Ali-Imran: 181)



Maksudnya: Tidakkah engkau (hairan) melihat (wahai Muhammad), akan orang-orang yang (pernah) dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tangan kamu (daripada bertindak melancarkan perang yang belum diizinkan), dan dirikanlah sembahyang serta berikanlah zakat". (Mereka meminta juga hendak berperang), kemudian apabila mereka diperintahkan berperang, tiba-tiba sepuak di antara mereka merasa gerun kepada manusia sama seperti mereka merasa gerun kepada (azab) Allah atau lebih gerun lagi. Lalu mereka (merayu kepada Allah dengan) berkata: "Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan kami berperang (pada saat ini)? Mengapa Engkau tidak biarkan kami hingga ke tempoh yang singkat (iaitu akhir hayat kami)?" Katakanlah (wahai Muhammad): "Harba benda yang menjadi kesenangan di dunia ini adalah sedikit sahaja, (dan akhirnya akan lenyap), dan (balasan) hari akhirat itu lebih baik lagi bagi orang-orang yang bertaqwa (kerana ia lebih mewah dan kekal selama-lamanya), dan kamu pula tidak akan dianiaya sedikit pun". (An-Nisaa: 77)


Maksudnya: Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka kisah (mengenai) dua orang anak Adam (Habil dan Qabil) yang berlaku dengan sebenarnya, iaitu ketika mereka berdua mempersembahkan satu persembahan korban (untuk mendampingkan diri kepada Allah). Lalu diterima korban salah seorang di antaranya (Habil), dan tidak diterima (korban) dari yang lain (Qabil). Berkata (Qabil):" Sesungguhnya aku akan membunuhmu!". (Habil) menjawab: "Hanyasanya Allah menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa; (Al-Maaidah: 27)


Maksudnya: Bertanyalah (wahai Muhammad): "Siapakah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan langit dan bumi?" Jawablah: "Allah". Bertanyalah lagi: "Kalau demikian, patutkah kamu menjadikan benda-benda yang lain dari Allah sebagai Pelindung dan Penolong, yang tidak dapat mendatangkan sebarang manfaat bagi dirinya sendiri, dan tidak dapat menolak sesuatu bahaya?" Bertanyalah lagi: "Adakah sama, orang yang buta dengan orang yang celik? Atau adakah sama, gelap-gelita dengan terang? Atau adakah makhluk-makhluk yang mereka jadikan sekutu bagi Allah itu telah mencipta sesuatu seperti ciptaanNya, sehingga ciptaan-ciptaan itu menjadi kesamaran kepada mereka?" Katakanlah: "Allah jualah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu, dan Dia lah Yang Maha Esa, lagi Maha Kuasa". (Ar-Ra'd: 16)
 ..............................................................................................................................................
Allah yang berkuasa untuk melaksanakan apa yang dikehendaki.
Allah yang Maha Kuat tidak memerlukan orang untk menolong-Nya.
Allah Maha Perkasa kepada orang yang melampaui batas dan orang yang berdosa.
Semoga Maha Suci menunjukkan kepada orang yang dikendaki.
Allah Maha terus-menerus mengurus makhluknya dengan memberi rezeki kepada orang yang dikehendaki, rezeki kekuatan.



sumber dari: elilhusna.blogspot.com/

Tuesday, 22 April 2014

Anugerah Anak







Setiap orang yang telah berkeluarga, bisa dipastikan amat mendambakan keturunan. Segala cara akan mereka tempuh, walau harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya, guna memperoleh sang pelanjut generasi. Kondisi ini bukanlah sesuatu yang aneh, apalagi ganjil. Sebab Allah Swt. telah menjabarkan di dalam Alqur’an Surat Ali Imran ayat 14 dengan menyatakan bahwa pasangan hidup dan anak-cucu merupakan perhiasan (ziinah) kemanusiaan. Namun tidak banyak yang sadar di antara manusia tentang “sesuatu” yang mereka dambakan tersebut. Sebab bagi kebanyakan orang tua, anak hanya merupakan investasi masa depan, baik di dunia maupun akhirat, tanpa ada pandangan yang lebih jauh lagi tentang resiko dari investasi tersebut.

Berkaitan dengan masalah anak, Alqur’an telah menjelaskan ada 4 model anak manusia. Yang semuanya merupakan fase-fase yang senantiasa mengiringi eksistensi kita, meskipun kita sendiri mungkin saja sudah beranak cucu pula. Ialah tipe yang menjadi ujian bagi kedua orangtua, tipe yang mencelakakan orangtua, tipe yang menjadi seteru orang tua, dan tipe anak yang bisa membanggakan kedua orangtuanya.

Untuk tipe anak pertama, terdapat di dalam Alqur’an surat at-Taghabun ayat 15 dan al-Anfal ayat 28.

Di dalam surat at-Taghabun ayat 15 dinyatakan bahwa, “Harta benda dan anak-anakmu hanyalah menjadi ujian. Dan di sisi Allah ada pahala yang besar.” Sedangkan di dalam surat al-Anfal ayat 28 disebutkan sebagai berikut, “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu menjadi ujian dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”

Dari dua ayat di atas bisa dipastikan bahwa pada dasarnya anak adalah ujian dari Allah Swt. yang bermakna ganda, sebagaimana sifat dasar dari sebuah ujian. Ia bisa membawa kebaikan, dan tidak menutup kemungkinan mengajak kejahatan. Meskipun sifat dasar dari anak manusia adalah cenderung pada kebajikan (‘ala al-fitrah).

Tipe kedua adalah anak yang menjadi model di dalam surat al-Munafiqun ayat 9 sebagai berikut, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingati Allah. Dan siapa yang berbuat begitu, itulah orang-orang yang menderita kerugian.” Contoh dari model anak kedua adalah seorang anak yang bisa memposisikan orang tuanya berada dalam situasi yang begitu bernafsu melanggar ketentuan-ketentuan Allah, terutama dengan berbekal senjata kasih sayang.

Di dalam surat at-Taghabun ayat 14 disebutkan model anak yang ketiga sebagai berikut, “Hai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara isteri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagi kamu. Sebab itu, berhati-hatilah terhadap mereka. Tetapi kalau kamu suka memaafkan, berhati lapang, dan memberikan ampun, sesungguhnya Allah itu maha pengampun lagi Maha Penyayang.” Anak yang paling tepat menjadi contoh dari tipe anak yang ketiga ini adalah Kana’an, putra Nabi Nuh As.

Keempat, anak yang bisa membanggakan dan menyenangkan hati kedua orang tuanya sebagaimana yang terdapat di dalam surat al-Furqan ayat 74 sebagai berikut ini, “Wahai Tuhan Kami, kurniakanlah kepada kami isteri dan keturunan yang menjadi cahaya mata (yang terdiri dari orang-orang yang beriman, berilmu, berbudi, dan taat beragama), dan jadikanlah Kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” Dan Nabi Ismail AS. adalah figur anak yang paling pas dalam memerankan model yang keempat ini. Bagaimana tidak, kala dimintai penyerahan jiwanya oleh sang ayah, Nabi Ibrahim AS, demi memenuhi amar Tuhan, dengan mudahnya Nabi Ismail memasrahkan dirinya. Itulah gambaran anak yang bisa membahagiakan dan membanggakan kedua orang tuanya. Semoga di bulan Ramadhan yang suci ini, kita bisa bisa menjadi Ismail-Ismail baru dan mempunyai “anak-anak Ismail” pula. Amin Ya Allah, Ya Mujibas Sa’ilin. Semoga.

Wallah A’lam bi ash-Shawwab



sumber dari: pahrurrojimbukhori.wordpress.com/

Infaqlah Harta Anda Pasti Allah Gandakannya







Infaq Apa yang Kamu Cinta & Sayang

(Surah Ali Imran: 92)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”


Mendekatkan Diri kepada Allah

(Surah At-Taubah: 99)

“Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Pinjaman kepada Allah (Infaq), Diampunkan Dosa

(Surah Al-Maidah: 12)

“Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik* sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

*Maksudnya ialah: menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban dengan hati yang ikhlas.


(Surah At-Taghabun: 17)

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun”


Rezeki – Allah Ganti Derma Kamu

(Surah Saba: 39)

“Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.”


Bisnes yang Tidak Rugi

(Surah Fatir: 29)

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,”


Infaq Sebelum Mati

(Surah Al-Munafiqun: 10)

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"”



Tidakkah seruan-seruan ini mampu mengetuk pintu hati anda? Hakikatnya orang yang berinfaq adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (membelanjakan) harta akan memperoleh barakah dan keuntungan. Tidak menghairankan jika orang yang berinfaq diibaratkan orang yang melabur dan menabung disisi Allah dengan jalan meminjamkan pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperolehnya berlipatganda. Sesungguhnya, orang-orang beriman merasakan janji Allah s.w.t sebagai pendorong kepada dia untuk bekerja kuat, beramal soleh dan berjihad pada jalan-Nya. Janji-janji Allah itu benar dan Dia tidak sekali-kali akan memungkiri janji-janji-Nya. Jadi ayuh, sambutlah Ramadhan dengan semangat berderma dan bersedekah sebanyak-banyaknya di jalan Allah.
 
 
 
sumber dari:  misrihjbohari.blogspot.com/

Friday, 18 April 2014

membukakan mata yang buta, telinga yang tuli







Al-Qur'an adalah firman Allah, muncul dari dzat-Nya dalam bentuk ucapan yang tak dapat dilukis keindahannya. Diturunkan kepada Rasul-Nya dalam bentuk wahyu, orang-orang mukmin mengimaninya dengan keimanan yang sempurna. Mereka beriman tanpa keraguan, bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah yang nyata. Bukan ciptaanNya, seperti layaknya perkataan makhluk, barang siapa mendengarnya dan menganggap sebagai perkataan manusia, maka ia telah kafir.

Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan sifat kepadanya, sebagaimana disebutkan dalam firmanNya:
Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
{Fushshilat 41:41-42}
Di dalam ayat yang lain Allah juga mensifatinya dengan firman-Nya:
(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
{Huud 11:1}
Sungguh ayat-ayat Al-Qur'an ini sangat cermat dan teliti, jelas dan terperinci, yang telah ditetapkan oleh yang Maha Bijaksana, dan yang telah diuraikan oleh yang Maha Tahu. Kitab ini akan terus menjadi mukjizat dari segi keindahan bahasa, syariat, ilmu pengetahuan, sejarah dan lain sebagainya. Sampai Allah mengambil kembali bumi dan yang ada di dalamnya, tidak akan terdapat sedikitpun penyelewengan dan perubahan terhadapnya.
sebagai bukti akan kebenaran firman Allah:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
{Al-Hijr 22:9}
Dunia secara keseluruhan belum pernah memperoleh sebuah kitab seperti Al-Qur'an yang mulia ini, yang mencakup segala kebaikan, dan memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus, serta mencakup semua hal yang akan membahagiakan manusia.
Allah berfirman:
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
{Al-Isra 17:9}
Al-Qur'an ini diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan, menuju cahaya.
Allah berfirman:
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
{Ibrahim 14:1}
Dengan Al-Qur'an, Allah telah membukakan mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang lalai. Bila dibaca dengan benar, dipahami setiap surat dan ayat-ayatnya, dipahami secara mendalam setiap kalimat dan kata-katanya, tidak keluar dari batas-batasnya, melaksanakan perintah-perintah yang ada di dalamnya, menjauhi larangan-larangan, berakhlak dengan apa yang disyariatkan, dan menerapkan prinsip-prinsip dan nilai terhadap dirinya, keluarga dan masyarakatnya, maka akan menjadikan umat Islam merasa aman, tenteram dan bahagia di dunia dan akhirat.
Allah berfirman:
Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.
{Al-Baqarah 2:121}
Ibnu Abbas berkata: "Mereka mengikutinya dengan sebenarnya, menghalalkan yang telah dihalalkan dan mengharamkan yang telah diharamkan serta tidak menyelewengkannya dari yang semestinya". Dan Qatadah berkata: "Mereka itu adalah sahabat-sahabat Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Beriman kepada kitab Allah, lalu membenarkannya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram serta melaksanakan apa yang ada di dalamnya".

Makhluk jin sangat terkesan sekali tatkala mendengarkan bacaan Al-Qur'an, hati mereka dipenuhi dengan kecintaan dan penghargaan terhadapnya, dan mereka bersegera mengajak kaumnya untuk mengikutinya.
sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:
lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami, dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak".
{Jinn 71:1-3}
Allah telah bercerita tentang mereka dalam Al-Qur'an:
Mereka berkata: Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan setelah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
{Al-Ahqaf 46:30-31}
Oleh karenanya, kitab yang mulia ini mengungguli kitab-kitab samawi sebelumnya. Dan kedudukannya pun di atas kitab-kitab itu.
Allah berfirman:
Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.
{Az-Zukhruf 43:4}
Dan firman Allah dalam ayat yang lain:
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.
{Al-Maidah 5:48}
Diantara keunggulan Al-Qur'an juga, bahwa Allah menjadikan gaya bahasanya mengandung mukjizat, sekalipun kitab-kitab lain juga mengandung mukjizat dari segi pemberitaan tentang yang gaib dan hukum-hukum, namun gaya bahasanya biasa-biasa saja, maka dari segi ini Al-Qur'an lebih unggul.
Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah:
Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.
{Az-Zukhruf 43:4}
Dan firman Allah:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.
{Al-Imran 3:110}
Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya, Fadhailul Qur'an (keutamaan-keutamaan Al-Qur'an) halaman:102-123, mengatakan: "Hal ini mereka raih berkat Al-Qur'an yang agung, yang mana Allah telah memuliakannya dari semua kitab yang pernah diturunkan-Nya, dan Dia jadikan sebagai batu ujian, penghapus dan penutup bagi kitab-kitab sebelumnya, karena semua kitab terdahulu diturunkan ke bumi dengan sekaligus, sedangkan Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa yang terjadi, demi untuk menjaganya dan menghargai orang yang diberi wahyu. Setiap kali ayat Al-Qur'an turun, seperti keadaan turunnya kitab-kitab sebelumnya".

Kitab yang mulia ini telah mengungkap banyak sekali kebenaran ilmiah kosmos, dalam ayat-ayat yang membuktikan wujud Allah, kekuasaan dan keesaan-Nya.
Allah berfirman:
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
{Al-Anbiya 21:30}
Al-Qur'an juga menganjurkan agar memanfaatkan apa yang dapat ditangkap oleh indra mata dalam kehidupan sehari-sehari dari ciptaan Allah.
sebagaimana difirmankan:
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi".
{Yunus 10:101}
Dan Allah berfirman:
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
{Al-Jathiya 45:13}
Kaum muslimin hendaknya mempelajari ilmu-ilmu alam, serta menikmati manfaat dari kekuatan-kekuatan yang tersimpan di langit dan bumi. Sesungguhnya pembicaraan tentang Al-Qur'an tidak akan ada habis-habisnya. Al-Qur'an yang menganjurkan kaum muslimin untuk bersikap adil dan bermusyawarah, dan menanamkan kepada mereka kebencian terhadap kezaliman dan tindakan semena-mena. Syiar para pemeluknya adalah kekuatan iman, tidak sombong, solidaritas dan bersikap kasih sayang antara sesama mereka.

Hendaknya kita hidup dengan Al-Qur'an, membaca, memahami, mengamalkan dan menghafal. Hidup dengan Al-Qur'an adalah perbuatan yang paling terpuji, yang patut dilakukan oleh orang mukmin.
Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mengerjakan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
{Fatir 35:29-30}
Dalam dua ayat tersebut di atas, Allah menganjurkan bagi orang-orang yang membaca Al-Qur'an agar disertai dengan perenungan, sehingga akan menimbulkan pengetahuan yang pada gilirannya akan menimbulkan pengaruh. Tidak diragukan lagi bahwa pengaruh membaca Al-Qur'an adalah melaksanakan dalam bentuk perbuatan.

Oleh karena itu Allah iringi amalan membaca Al-Qur'an dengan mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezki yang dikarunia Allah secara diam-diam dan terang-terangan, kemudian dengan demikian orang-orang yang membaca Al-Qur'an itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. Mereka mengetahui bahwa karunia Allah lebih baik dari apa yang mereka infakkan. Oleh karena mereka mengadakan perniagaan di mana Allah menambahkan karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih, mengampuni kelalaian, dan berterima kasih atas pelaksanaan tugas.

Oleh karena itu kita harus selalu membaca Al-Qur'an dengan perenungan dan kesadaran, sehingga dapat memahami Al-Quran secara mendalam. Bila seorang pembaca Al-Qur'an menemukan kalimat yang belum dipahami, hendaknya bertanya kepada orang yang mempunyai pengetahuan.
Allah berfirman:

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
{An-Nahl 16:43}
Mempelajari Al-Qur'an sangat diperlukan. Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasul Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: "Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah dihadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para malaikat), dan barang siapa amalnya kurang, tidak dapat ditambah oleh nasabnya. {Diriwayatkan oleh Muslim, 2699}. Sabda Rasul dalam hadis ini, "Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah", "Rumah" di sini bukanlah batas, terbukti dengan sebuah hadis riwayat Muslim yang lain yang mengatakan: "Tidaklah suatu kaum berzikir kepada Allah, melainkan akan diliputi oleh para malaikat" Jika berkumpul di tempat lain, selain rumah Allah (mesjid) maka bagi mereka keutamaan yang sama dengan mereka yang berkumpul di mesjid. Pembatasan "di rumah Allah" dalam hadis di atas, hanyalah karena seringnya tempat itu dijadikan tempat berkumpul, akan tetapi tidak ada keharusan berkumpul untuk membaca dan mempelajari ayat-ayat Al-Qur'an dan kandungan hukumnya, di mana pun tempatnya akan mendapatkan keutamaan yang sama. Adapun jika berkumpul untuk belajar di mesjid lebih utama, hal itu dikarenakan mesjid mempunyai keistimewaan dan kekhususan yang tidak dimiliki oleh tempat yang lain.

Diriwayatkan oleh ibnu Masud ra. ia berkata, Rasul Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur'an, maka ia akan memperoleh kebaikan. Kebaikan itu berlipat sepuluh kali. Aku tidak mengatakan, Alif Laam Miim satu huruf, akan tetapi, Alif adalah huruf, Lam huruf, dan Mim huruf. {H. R. Tirmizi. Nomor:3075}.Dari Usman bin Affan ra. dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam ia bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain".{Bukhari. Nomor:4739}. Hadis ini menunjukkan akan keutamaan membaca Al-Qur'an. Suatu ketika Sufyan Tsauri ditanya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Al-Qur'an? Ia berkata, membaca Al-Qur'an, karena Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain" Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap mengajarkan Al-Qur'an selama empat puluh tahun di mesjid agung Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini. Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini, selalu berkata: "Inilah yang mendudukkan aku di kursi ini".

Al hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Qur'an halaman 126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam. "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.
Allah berfirman:

Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan.
{An-Nahl 16:88}
Sebagaimana firman Allah:
Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur'an dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya.
{Al-An'am 6:158}
Penafsiran yang paling benar dalam ayat di atas, dari dua penafsiran ahli tafsir adalah bahwa, mereka melarang orang-orang untuk mengikuti Al-Qur'an, sementara mereka sendiri pun menjauhkan diri darinya. Mereka menggabungkan antara kebohongan dan berpaling.
Sebagaimana firman Allah:
Atau agar kamu (tidak) mengatakan: "Maka siapakah yang lebih lalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya?"
{Al-An'am 6:157}
Beginilah perihal orang-orang kafir yang jahat, sedangkan orang-orang mukmin yang baik dan pilihan selalu menyempurnakan dirinya dan berusaha menyempurnakan orang lain, sebagaimana tersebut dalam hadis di atas.
Allah berfirman:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?".
{Fushilat 41:33}
Ayat ini menggabungkan antara seruan kepada Allah, baik dengan azan atau yang lainnya, seperti mengajarkan Al-Qur'an, hadis, fikih dan lainnya yang mengacu kepada keridaan Allah. dan dengan perbuatan saleh, dan juga berkata dengan ucapan yang baik.

Rahmat Allah akan dilimpahkan kepada orang-orang yang membaca Al-Qur'an dan mereka yang menegakkan hukumnya, juga mencakup orang-orang yang mendengarkan bacaannya.
Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mengerjakan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.
{Al-Anfal 8:2-4}
Dari Abdullah Ibnu Masud ra. ia berkata, Rasul Shalallahu 'Alaihi Wassalam. berkata kepadaku: 430 - Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra. ia berkata: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam. bersabda kepadaku: Bacakan Al-Qur'an kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasulullah! Aku harus membacakan Al-Qur'an kepada Anda, sedangkan kepada Andalah Al-Qur'an itu diturunkan? Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam. bersabda: Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku. Aku lalu bacakan surat An-Nisa. Ketika sampai pada firman yang berbunyi:

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
Maka bagaimanakah "halnya orang kafir nanti", jika Kami mendatangkan seorang saksi "rasul" dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu "Muhammad" sebagai saksi atas mereka itu "umatmu".

Beliau berkata: "Cukup", lalu aku menoleh kepada beliau, tiba-tiba aku lihat beliau mencucurkan air mata. {H.R. Bukhari nomor:4582, Muslim nomor:800 dan Abu Daud Nomor:3668}.
Imam Nawawi berkomentar: [Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Al-Qur'an, merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunat hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al-Qur'an agar dia mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al-Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri].

Setiap orang muslim hendaknya tahu akan hak-hak Al-Qur'an; menjaga kesuciannya, komitmen terhadap batas-batas yang telah ditetapkan oleh agama saat mendengarkan bacaannya, dan meneladani para salaf (pendahulu) saleh dalam membaca dan mendengarkannya. Sungguh mereka itu bagaikan matahari yang menerangi hati dan dapat diteladani dalam kekhusyukan yang sempurna dalam meresapi,dan mengimani.
Firman Allah:
Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.
{Asy-Syu'ara 26:192-195}
Memang benar adanya, bahwa Al-Qur'an, baik lafal maupun makna adalah firman Allah, yang merupakan sistem dari langit untuk seluruh makhluk, khususnya manusia. Selain itu ia merupakan rujukan utama perkara-perkara agama dan sandaran hukum. Hukum-hukum yang ada di dalamnya tidaklah diturunkan sekaligus, akan tetapi diturunkan secara berangsur selama masa kerasulan; ada yang turun untuk menguatkan dan memperkokoh pendirian Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, ada yang turun mendidik umat yang baru saja tumbuh dan ada pula yang diturunkan oleh karena peristiwa keseharian yang dialami oleh umat Islam di tempat dan waktu yang berbeda-beda. Setiap kali ada peristiwa, turunlah ayat Al-Qur'an yang sesuai dan menjelaskan hukum Allah atas peristiwa itu. Di antaranya adalah kasus-kasus dan peristiwa yang terjadi pada masyarakat Islam, pada masa pensyariatan hukum, di mana umat Islam ingin mengetahui hukumnya, maka turunlah ayat yang menjelaskan hukum Allah, seperti larangan minuman keras.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasul Shalallahu 'Alaihi Wassalam. datang ke Madinah dan mendapati orang-orang meminum minuman keras, dan makan dari hasil berjudi. Lalu mereka bertanya kepada Rasul Shalallahu 'Alaihi Wassalam tentang masalah itu.
Maka Allah menurunkan ayat:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.
{Al-Baqarah 2:219}
Lalu orang-orang berkata: "Tidak diharamkan, hanya saja pada keduanya dosa yang besar". Selanjutnya mereka masih juga banyak yang minum khamar (minuman keras), sampai pada suatu hari, seorang dari Kaum Muhajirin mengimami sahabat-sahabatnya pada shalat Magrib. Bacaannya campur aduk antara satu dengan yang lain, sehingga Allah menurunkan ayat Al-Qur'an yang lebih keras dari ayat sebelumnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.
{An-Nisa 4:43}
Akan tetapi, Orang-orang masih juga banyak yang meminum minuman keras, hingga salah seorang melakukan shalat dalam keadaan mabuk.
Lalu turunlah ayat Al-Qur'an yang lebih keras lagi:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
{Al-Maidah 5:90}
Mereka berkata: "Kami tidak akan melakukannya lagi wahai Tuhan!" Lalu orang-orang berkata: "Wahai Rasulullah banyak orang yang terbunuh di jalan Allah, atau mati di atas kasurnya, padahal mereka telah meminum khamar dan makan dari hasil perjudian, sedangkan Allah telah menjadikan keduanya, najis yang merupakan perbuatan setan".
Maka turunlah ayat:
Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebaikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
{Al-Maidah 5:93}
Nabi bersabda: "Jika diharamkan atas mereka sebelumnya, niscaya mereka akan meninggalkannya sebagaimana halnya kalian meninggalkan.{Musnad Ahmad 2/251 dan 252}. Dalam sahih Bukhari, hadis nomor:4620, disebutkan, dari Anas bin Malik ra. ia berkata: "Dulu aku pernah jadi penyuguh minuman (khamar) di rumah Abu Thalhah, dan turunlah ayat pengharaman minuman keras. Lalu diutuslah seseorang untuk menyerukan larangan ini. Abu Thalhah berkata, "Keluarlah dan lihat suara apakah itu". Lalu aku keluar, dan aku berkata: "Sungguh minuman keras telah diharamkan". Ia berkata kepadaku: "Pergi, dan tumpahkanlah". Anas berkata: "Aku pun keluar dan menuangkannya. Saat itu khamar mengalir di jalan-jalan Madinah." Anas berkata: "Jenis khamar pada saat itu adalah yang terbuat dari kurma." Sebagian orang berkata: "Telah banyak yang terbunuh, sedangkan minuman itu ada di dalam perut mereka". Ia berkata, lalu turunlah ayat: "Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu".

Dari yang disebutkan di atas, kita mengetahui bahwa larangan meminum khamar (minuman keras)terjadi dalam tiga tahap, yaitu ketika turun surat Al-Baqarah: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".

Ayat ini mengandung larangan meminum minuman keras dengan cara yang halus. Maka yang meninggalkannya ketika itu hanya sekelompok orang yang tingkat ketakwaan mereka sangat tinggi. Umar ra. berkata, "Ya Allah, berikanlah penjelasan yang terang tentang hukum meminum minuman keras". Lalu turunlah ayat yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan". Lalu umat Islam menghindari untuk meminumnya pada waktu-waktu mendekati shalat. Umar ra. berkata, "Ya Allah, berikanlah penjelasan yang terang tentang minuman keras". Maka turunlah surat Al-Ma'idah: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan, Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Saat itulah ketika diserukan dan dibacakan ayat ini, Umar ra. berkata, "Kami berhenti (dari melakukannya)". Demikianlah proses pensyariatan yang bertahap, di mana Allah menyucikan umat Islam dari adat istiadat yang bertentangan dengan sistem Islam, dan melengkapi mereka dengan sifat-sifat yang mulia, seperti: pemaaf, penyabar, kasih sayang, jujur, menghormati tetangga, berlaku adil dan perbuatan baik yang lain.

Hanya Allah semata yang menetapkan syariat untuk para hambanya.
Allah berfirman:
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik.
{Al-An'am 6:57}
Syariat itu ditetapkan tiada lain kecuali hanya untuk kebaikan dan kebahagiaan manusia, baik hikmah yang terkandung di dalamnya tampak atau pun tidak. Al-Qur'an adalah sumber pertama syariat. Adapun sumber kedua adalah sunah, dan tidak ada perselisihan antara para ulama bahwa sunah merupakan hujah dalam syariat di samping Al-Qur'an.
Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
{An-Nisa 4:59}
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.
{An-Nahl 16:44}
Dan firman Allah:
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.
{Al-Hasyr 59:7}
Imam Ibnu Qayimil Jauziah dalam bukunya "A,lamul Muwaqqi,in ,An Rabil Alamin", halaman, 263, menjelaskan tentang peran sunah terhadap Al-Qur'an, ia berkata: "Peran sunah terhadap Al-Qur'an ada tiga: Pertama, Mempunyai maksud sama dengan Al-Quran dilihat dari semua segi. Sehingga masing-masing ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi yang sama-sama menunjukkan kepada hukum yang sama termasuk dalam kategori suatu yang hukum mempunyai lebih dari satu dalil. Kedua, Menjelaskan maksud dari Al-Qur'an dan penafsirannya. Ketiga, Menetapkan suatu hukum, wajib atau haram, yang tidak ada terdapat dalam Al-Qur'an. Peran itu tidak keluar dari tiga hal ini dan tidak ada pertentangan sama sekali antara Al-Qur'an dan sunah.

Oleh karenanya, sunah menegaskan suatu hukum dari Al-Qur'an, kadang kala ia menafsirkan teks Al-Qur'an atau menguraikan hukum yang dijelaskan secara ringkas dalam Al-Qur'an, bahkan juga menetapkan suatu hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an. Namun demikian sunah tidak menetapkan sebuah hukum, kecuali bila di dalam Al-Qur'an tidak diketemukan hukum yang dimaksud. Sunahlah yang menjelaskan kepada kita -umat Islam- bahwa shalat yang diwajibkan adalah lima kali sehari semalam, darinya juga diketahui jumlah rakaat dalam shalat dan rukun-rukunnya, menjelaskan hakikat zakat, dan ke mana disalurkan serta berapa nisabnya. Dan sunah juga yang menjelaskan kepada kita cara-cara haji dan umrah, dan bahwa ibadah haji hanya wajib sekali dalam seumur hidup, dan ia pula yang menerangkan tentang miqat-miqat haji, zamani dan makani (waktu dan tempat) dan jumlah putaran tawaf.

Maka bagi mereka yang hanya berpegang terhadap Al-Qur'an dengan meninggalkan sunah, hendaknya segera memperbaharui keimanannya dan segera kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Allah berfirman:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
{Taha 20:82}
Al-Qur'an dan Sunah, kedua-duanya merupakan wahyu Allah kepada Rasul-Nya, dan dua sumber syariat Islam yang mengembalikan manusia pada fitrahnya, dan menjadikan manusia mengetahui jalan hidupnya. Allah berfirman:
Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.
{Al-A'raf 7:43}



sumber dari: ichsanafriadi.com/

Thursday, 10 April 2014

All Types of Cures from Quran







  1. Ayat #165 on sweet and feed displeased person shaytan will keep away. Will not forget Allah Ta’ala shade on Qiyama if recited with Suratu Aale Imran.
  2. Life, property and family protected if recite first 4 ayaat+ayatul kursi+last 3 ayaat. Shade on Qiyama if recited with Aale Imran . 
  3. Suratu Aale Imran Fertility treatment for women. 
  4. Ayaat #8 & #9 for migraines cure.
  5. Aya #145 for backache If recited on Friday, rahma of Allah Ta’ala and angels ask forgiveness for reciter Increase in sustenance if worn .
  6. Surah Nisa 7 times for love between two people – Safety from squeezing in the grave. 
  7. Surah Maida Ayat #54 on sweet for love Forgiveness.
  8. Surah Anaam If written (saffron) and drunk, free from all ailments.
  9. Surah A’raaf If worn, then safety from enemies and wild animals Once a month recitation – no fear on Qiyama Veil between shaytan and reciter.
  10. Surah Anfaal Ayat 8 for stomach ailments Intercession on Qiyama fulfillment of hajat.
  11. Surah Tawba (Baraa’a) – Protection from hypocrisy Safety from thieves and fire and plan by enemy if worn.
  12. Surah Yunus – Closeness to Allah Ta’ala identifying thieves. 
  13. Surah Hud Aya 44 for nosebleeds Forgiveness and easy accounting of deeds Courage and boldness if kept. 
  14. Surah Yusuf – Protection from fear on Qiyama.
  15. Raised on Qiyama with husn of Yusuf alaihis salam removal of jealousy.
  16. Surah Ra’d – Easy accounting. 
  17. Intercession on behalf of friends Destroys tyranny of ruler if written and hung outside tyrants door. 
  18. Surah Ibrahim Keeps child safe from ailments if worn. Assists digestion in children – If recited in two raka salaah with Surah Hijr in one rakaa, will keep away poverty, insanity and sudden calamity.
  19. Surah Hijr Increase in breast milk if worn by new mother – Profitability in business if worn. 
  20. Safety of valuables if kept with them. 
  21. Surah Nahl Safety from 70 types of diseases if read once a month No questioning about ne’ma.
  22. Reciter amongst Ahlul Jannah. 
  23. Surah Bani Israil (Israa) Written with saffron and water given to child having speech problems – Reciter will not die without meeting Imam alaihis salam. 
  24. Last 2 ayaat protection against theft.  
  25. Surah Kahf – Noor created with angels praying for forgiveness if read before sleep Protection from fitna for 8 days. 
  26. Last ayat as alarm clock .
  27. Surah Maryam for Safe pregnancy and Protection from thieves.
  28. Surah Taha for Forgiveness.
  29. Surah Luqman Water – cure for illnesses and pain Protection from Shaytan.
  30. Surah Sajda Cure for aches and pains Equivalent to all night ibada on Laylatul Qadr if recited with Suratul Mulk.
  31. Surah Ahzaab – Safety from fear in grave If kept on person, honour from people.
  32. Surah Saba – Recited with Suratul Fatir – protection of Allah Ta’ala all night Water- Removal of fear in heart
  33. Safety from enemies
  34. Surah Fatir Aya 41 – cure for headaches.
  35. Ayat 42 for migraines Doors of Jannah opened for reciter .
  36. Surah Yaseen (Qalbe Qur’an) Cure for 1000 illnesses.
  37. Drink mixture of rose water and saffron for excellent memory.
  38. Increase in breast milk of mother. Equivalent to 12 complete Qur’ans.
  39. Thawab of 20 Hajj Forgiveness for one on deathbed – angels accompany janaza and easy sakarat. Fulfillment of hajat.
  40. Safety from squeezing of grave.
  41. Surah Saffaat – Protection from Shaytan Safety from all calamities, Increase in wealth and children.
  42. Surah Saad – Inspires reciter to keep away from sins.
  43. Reciter able to take family, loved ones and even employees to Jannah downfall of tyrant ruler.
  44. Surah Zumar – Fire of Jahannam haram on reciter Respect and Honour from people.
  45. Surah Mu’min Cure for wounds and scars.
  46. Remedy for heart problems, dizziness and nausea Forgiveness if recited once in 3 days Prosperity in business.
  47. Surah Haamim Sijda (Fussilat) Water – alleviates eye problems Nur on Qiyama.
  48. Surah Shura – Forgiveness and salaams from angels Safety on journey.
  49. Surah Zukhruf Water – Relief from pain Safety from squeezing in the grave.
  50. Surah Dukhan No nightmares if kept under pillow. Water – Cure for stomach ailments Forgiveness and houses in Janna easy accounting. Protection from Shaytan Prosperity in business. Protection from authorities.
  51. Surah Jaathiya (Sharia’) Protection of newborn from all calamities Reciter will not see Jahannam Safety from those who slander and backbite
  52. Surah Ahqaaf Cure for diseases Safety from punishment If written with saffron and dissolved in Zam Zam water – honour from people, memory retention, and safety from Jinn
  53. Surah Muhammad Safety from insanity Thirst quenched by river in Jannah. 1000 graves send salaams to grave of reciter
  54. Will see Prophet Sallal Laahu Ta’ala Alayhi Wa Sallam when raised from grave Protection from problems.
  55. Surahl Fath Cure for heart problems – Protection in times of war & during travel.
  56. Surah Hujurat Safety of mother and child in pregnancy. Increase in breast milk Protection from Shaytan Protection in times of war and unrest.
  57. Surah Qaaf Ayat #23 – shifa for eyes. Ayat #37 for heart ailments – Increase in sustenance no suffering at the time of death
  58. Surah Dhariyaat Water – Remedy for backache. 
  59. Taweedh – Pregnancy and delivery easy – Easy death.
  60. Surah Taweedh – Good health in children Safety from anger of Allah Ta’ala Release from bondage.
  61. Surah Najm – - Courage and respect. Upper hand in discussions.
  62. Surah Qamar – - Ease of difficulties. Respect of people if kept with one during Jumua’ salaah.
  63. Surah Rahmaan (Bride of Qur’an) Cures eye problems Removal of hypocrisy from the heart. May ask forgiveness for whoever one wants. Safety angel appointed If written on wall, keeps away household pests.
  64. Surah Waaqia – Loved by Allah Ta’ala and people Safety from poverty. Forgiveness of sins if recited on deathbed. Sustenance increased if read no of times as lunar date.
  65. Surah Hadid – No punishment if read with Suratul Mujadila in wajib salaah Release from imprisonment. Safety in war Makes one courageous. 
  66. Surah Mujadila Tawidh – Shafa of illness – Protects whatever is buried in the ground. Ease to resltlessness. Safety from Jinn & men. If recited on sand and thrown towards enemy – overcome. 
  67. Surah Hashr Water – good for memory retention and concentration. Ayaat 21-24 3x with hand on joint pain. Ayaat 21-24 for earache Salaams from all creations. Forgiveness. If recited with Suratur Rahmaan, angel appointed to protect at all times 4 raka salaa – Suratul Hashr after Suratul Hamd – important work successful. If recited 40 days – even hardest task becomes easy. 
  68. Surah Mumtahana Increases vision. Protection from insanity. Water –cure for ailments If recited in wajib salaah – heart filled with eiman -fits. 
  69. Surah Saff – Forgiveness Safety on journey.
  70. Surah Jumua’ – Safety from Shaytan.
  71. Forgiveness Safety from all danger.
  72. Surah Munafiqun Cure for any aches and pains Freedom from shirk and hypocrisy.
  73. Surah Taghabun – Intercession to Janna if recited in wajib salaa Safety at time of death. Protection from tyranny.
  74. Surah Talaq – If recited with Surat Tahreem, protection on Qiyama.
  75. Surah Tahreem Water – cure for diseases. Cures insomnia. Calms agitation – Clears debts . Surah Mulk (Munjiya) – Thawab of doing ibada on Laylatul Qadr will remove reciter from Jahannam. Protection of Allah. Recitation on Eid gives thawab of allnight ibada Safety from fear in grave. Relief for marhum/a who has just died. Intercession for memoriser in Qiyama.
  76. Surah Qalam Tawidh on painful part – Alleviates pain – No financial difficulties.
  77. Surah Haaqqaa Safety in pregnancy. Improves child’s intellect and memory Sign of eiman. Easy accounting on Qiyama. Reciter will never loose religion.
  78. Surah Ma’aarij – Covering of sins. Safety from Shaytan Release from imprisonment.
  79. Surah Nuh – Will not die until sees place in Janna Hajat answered straight after recitation.
  80. Surah Jinn – - Protection from Jinn. Protection from unjust people. Safety from poverty. Upperhand in confrontations
    Debts paid . Safety of possessions.
  81. Surah Muzzammil Protection from insanity Purity of heart. Forgiveness – recite 100x Fulfilment of hajat. Prevents slavery by people.
  82. Surah Muddathir – - Protection from misfortunes. Hajat fulfilled if dua after recitation. Will not die until memorised Qur’an if dua for memorisation done with recitation of surah.
  83. Surah Qiyama Water – safety from heart ailments Raised with radiance on Qiyama Increase of sustenance. Protects life and possessions. Liked by people.
  84. Surah Dahr (Insaan) Water – heart ailments Janna Victory in war.
  85. Surah Mursalat Water+onion juice – cure for aches and pains. Tawidh – helps to combat oversleeping – Always victorious over enemies.
  86. Surah Naba Water – stomach problems. Reciter not overcome by sleep if wishes to stay awake. Eye problems – recite after ‘Asr Daily recitation guarantees visit to Ka’ba Safety and ease in journey.
  87. Surah Naazhiaat – - Safety in a dangerous place. Suratul ‘Abasa – Recite with Suratut Takweer to be under shade of Prophet Sallal Laahu Ta’ala Alayhi Wa Sallam in Jannah Success in all endeavours Safe journey.
  88. Surah Takweer On rose water and applied to eyes for ailments of eyes Rahma on Qiyama.
  89. Surah Infitar Recite and blow gently into eyes for cure Forgiveness of sins even if much as raindrops Protection from humiliation. Release from imprisonment. 7 times for hajat.
  90. Surah Mutaffifeen Recite on child who cries a lot Safety from Jahannam. No accounting Safekeeping.
  91. Surah Inshiqaq Easy delivery of child 7 times. Cure for poisonous bite.
  92. Surah Buruj Tawidh – To wean child of breast milk. Piles Protection of Allah Ta’ala Safety from danger. Safety from one who speaks evil.
  93. Surah Tariq Recite over medicine before taking. Water – if poured over wound – shifa Honour with Allah Ta’ala if recited in wajib salaa Recite over food for safety from harm.
  94. Surah ‘A’laa Memory retention. Relief of ear pain Entry through any door of Janna Safety on journey.
  95. Surah Ghashiya Calms frightened and crying child. Pain relief. Toothache Easy accounting in Qiyama Removes bad effects of food.
  96. Surah Fajr – Nur on Qiyama. Suratul Balad Tawidh – safety for child from illnesses. Cure for nose ailments Safety from anger of Allah Ta’ala.
  97. Surah Shams Water – Fever.
  98. Surah Layl – Inspiration of good deeds. ¼ of the Qur’an if read in Eisha Salaa 15x – One will dream about what pleases one most.
  99. Surah Dhuha – Allah’s pleasure Find missing person or something lost.
  100. Surah Inshira Water – Kidney and heart ailments. 3 times on boils, relieves chest pains Yaqeen in deen.
  101. Surah Teen – Palace in Janna Evil effects on food removed. Hajat. For lost thing to be found 7 times.
  102. Surah ‘Alaq – Thawab of shaheed Safety from accidents. Safeguarding treasure.
  103. Surah Qadr Ailments of eyes 10 times – 1000 sins forgiven. 1 time for sawab for fasting for the entire month. In wajib salaah for all sins forgiven, Increase in sustenance. Safety from enemies. Debt payment. Pious children – 7 times on spouse.  11 times for safety at night. 7 times on grave – marhum/as sins forgiven.
  104. Surah Bayyina Water for cure for all ailments. Safety from miscarriage Protection of eiman. Forgiveness. Acceptance of a’maal 21 times removal of ill effects of food.
  105. Surah Zilzal – Sees nur of Janna at death Safety from tyrants. Safety from natural disasters. Easy death.
  106. Surah Aadiyaat – Equivalent to reciting entire Qur’an Clear debts. Safety from fear. Find sustenance.



sumber dari: http://yaallah.in/category/

Tuesday, 8 April 2014

Shura: Teaching Children the Art of Consultation







“So which pair of shoes do you think will go better with your outfit tonight; the red, ankle-high sandals, or the golden flip-flops?”

The recipient of this question of mine is not some fashion-conscious diva. It is my seven-year-old daughter, who is getting ready for an extended family banquet.

She takes a minute to think, looking steadily at both pairs of shoes that I hold out in my hands. Then she tentatively points at the golden pair of shoes, and looks at me quizzically.
“Yes, they match your dress better. But if you plan on running around on the grass outside, your feet will get dirty in them,” I inform her rather matter-of-factly. I make it clear that the final decision is hers to make.
She nods, then looks at both pairs again. “How about if I don’t run around? I want to wear the golden ones…”

The matter is decided. I smiled and told her to do as she wishes. She now knows that if she does end up soiling her feet, she will be responsible for that, as the decision and choice was finally given to her.
This sense of responsibility that was created in my 7-year-old child would not be present had I forced her to wear what I unilaterally chose for her, being in a position of authority over her as her mother, and if I’d dictated my decision to her - of which I possess the Islamic, legal right - without taking her opinion first.
The resultant accountability and responsibility, as well as the accompanying motivation and self-worth that any person feels when their opinion is sought and valued, even if they are a small child/a minor, is precisely the intended outcome and motive behind shura (consultation).

Consultation: A Part of Islam

God commands Prophet Muhammad (peace be upon him) in the Quran, to undertake consultation with his companions:

{It was by the mercy of Allah that you were lenient with them (O Muhammad), for if you had been stern and fierce of heart, they would have dispersed from around you. So pardon them, and ask forgiveness for them, and consult with them upon the conduct of affairs. And when you have resolved, then put your trust in Allah. Lo! Allah loves those who put their trust (in Him).} (Al-Imran 3: 159)
Prophet Muhammad used to undertake consultation before important decisions, with his companions, as well as his wives

Consultation is actually a pivotal part of Islamic ethics and social etiquette. It involves consulting other people before making a decision, and taking their opinions about it first. Whether this is done on a personal or communal level, it has many benefits attached to it. Prophet Muhammad used to undertake consultation before important decisions, with his companions, as well as his wives.

Even in the modern-day world, “consultancy” is a valued realm in almost every professional field. A consultant is usually an expert who has significant knowledge and experience in his particular professional career, who is available for people to seek advice from, usually in return for a fee. Boards of advisors in corporations and organizations also play a somewhat similar role.
God mentions consulting others in one’s affairs as a positive trait of righteous believers in another place in the Quran:

{And those who answer the call of their Lord and establish worship, and whose affairs are a matter of counsel, and who spend of what We have bestowed on them.}
(Ash-Shura 42: 38)



sumber dari: http://www.onislam.net/english/

Shura in Islam: Concept and Importance







We cannot in any way touch upon the Islamic political system without talking about one of the main advantages of this system. Islam has brought about a great and a magnificent human principle, namely the principle of shura or mutual consultation.
Surah “Ash-Shura”, a chapter in the Noble Qur'an, was named after that principle. This indicates the importance of this principle in all matters of Muslims.
Although scholars differ over the mechanism for the implementation of this principle in terms of being optional, preferable or obligatory, they are unanimous on the need to realize it among Muslims (1) as per Allah’s saying: (And consult them in affairs (of moment)) (Aal `Imran 3:159).

The Concept of Shura
Shura is to seek the opinion of knowledgeable people. In other words, it is to poll the opinion of the nation or its representatives over its issues (2). Therefore, Muslims took shura as one of the principles and bases of governance. Mature Muslims elect those who they deem worthy of power and governance.
What stresses this fact is that the Prophet (peace and blessings be upon him) did not leave a written text, nor did he name his successor. Rather, he left it up to consultation among Muslims. Abu Wa'il said: It was said to `Ali ibn Abi Talib (may Allah be pleased with him): "Won’t you name your successor? He said: “The Messenger of Allah (peace and blessings be upon him) did not name his successor, so I will not. However, if Allah wants good for people, He will make them choose the best from among themselves, as He made them choose the best after their Prophet died.” (3)

Importance of Shura
Shura is one of the basic fundamentals of the Islamic political system. It extends further to include all the affairs of Muslims. Thus, the Islamic state might have preceded the modern democratic systems with regard to the necessity of unanimity over choosing the one who runs its affairs and cares for its interests, something which stresses the value and effectiveness of unanimity among Muslims.



sumber dari: http://www.onislam.net/