Saturday 7 January 2012

Al-Muzammil -membangun kesedaran peribadi

Aku baru saja bangun dari tidurku karena mendengar adzan yang berkumandang dari surau-surau di sekitar asrama. Lampu kamar sengaja masih belum aku hidupkan agar mataku bisa beradaptasi dengan kehidupan baru setelah tidurku. Sementara diriku mulai mengumpulkan nyawa sedikit demi sedikit dengan mulai mendudukkan badan di kasur asrama yang empuk ini. Mulai aku lipat selimut lusuhku yang berwarna kecoklatan ini. Aku beranjak menuju kamar mandi sembari memikirkan apakah di asrama sudah ada yang adzan atau belum. Biarkan saja..
“Rud, hayooo banguun….”
“Iya mas”
Ternyata dia sudah bangun sebelum aku sepertinya, kadang aku menjadi malu sendiri ketika tugasku sebagai pendamping di usroh ini tidak bisa aku kerjakan maksimal. Bahkan bangun subuh pun aku sering terlambat sehingga mereka bangun lebih dulu dari aku. Seperti yang terjadi tadi pagi, Rudi sudah sholat sunnah sementara aku terlambat membangunkannya.
 
 
“Eh.. tadi disini ada yang adzan gak?”
“G ada kayaknya mas”
“wah”
Biasanya memang aku mengandalkan pengasuh asrama yang setiap harinya tilawah sebelum adzan subuh. Beliau biasanya membaca Surat Al Muzammil sebagai surat favoritnya. Mungkin saja ini beliau niatkan agar anak-anak asuhnya belajar bangun malam kemudian sholat malam walaupun hanya sedikit. Tapi ternyata aku sendiri saja malah terlena dengan kebiasaan malasku mengandalkan pengasuhku ini. Ketika beliau tidak bisa tilawah sebelum subuh, tidak ada yang menggantikan beliau. Bahkan sholat subuhpun akhirnya harus mundur dari jam biasanya.
Kesadaran untuk melakukan sesuatu memang harus dibiasakan dan dipaksakan oleh diri sendiri. Ketika kita sudah mengandalkan orang lain, maka kita akan kaget ketika orang lain tersebut tidak bisa mengerjakan seperti biasanya. Kita seharusnya sadar diri bahwa apa yang kita lakukan tidak hanya untuk diri kita sendiri. Bahwa orang yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain.
ha ha ha :D

No comments:

Post a Comment