Friday, 30 December 2011

At-Takwiir -tafsir 15 -29

فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ﴿١٥﴾الْجَوَارِ الْكُنَّسِ﴿١٦﴾وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ﴿١٧﴾وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ﴿١٨﴾إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ﴿١٩﴾ذِي قُوَّةٍ عِندَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ﴿٢٠﴾مُّطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ﴿٢١﴾وَمَا صَاحِبُكُم بِمَجْنُونٍ﴿٢٢﴾وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ﴿٢٣﴾وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ﴿٢٤﴾وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَّجِيمٍ﴿٢٥﴾فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ﴿٢٦﴾إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ﴿٢٧﴾لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ﴿٢٨﴾وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ﴿٢٩﴾

15. sungguh, aku bersumpah dengan bintang-bintang,
16. yang beredar dan terbenam,
17. demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya,
18. dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing,
19. Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),
20. yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy,
21. yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.
22. dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila.
23. dan Sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.
24. dan Dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib.
25. dan Al Qur’an itu bukanlah Perkataan syaitan yang terkutuk,
26. Maka ke manakah kamu akan pergi[1560]?
27. Al Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam,
28. (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.
29. dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.


Setelah bercerita tentang peristiwa kiamat dan hal-hal yang menjadikannya sesuatu yang maha dahsyat, Allah SWT mengajak kita untuk memperhatikan hakikat keimanan, kenabian dan peran para malaikat yang membawa wahyu untuk Rasulullah saw. Pada bagian kedua dari surah at-Takwir ini, kata Sayyed Qutb, kita melihat ungkapan yang memiliki diksi sangat tinggi tentang hal-hal di atas.
Pada bagian ini, saya mencoba menafsirkan at-Takwir dengan memadukan pendekatan Sayyed Qutb, Fakhrurrazi dan al-Qurtubi. Di sana-sini ada bagian yang sangat menarik untuk dicermati, selain bahwa – seperti kata Qutb – memiliki diksi yang tinggi, juga membawa kekaguman akan fenomena ilmu pengetahuan modern.


فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ﴿١٥
15. sungguh, aku bersumpah dengan bintang-bintang,
16. yang beredar dan terbenam,


Pada ayat kelima belas, Allah swt bersumpah dengan menyebutkan kata bintang (yang tersembunyi). Kata yang digunakan untuk merujuk bintang adalah “al-khunas”. Dalam bahasa Arab, bintang biasanya disebut dengan kata najm. Bentuk plural (jamak) nya adalah nujum. Ada teman yang bernama Najmuddin, artinya bintang agama. Karena itu pula, kita sering mendengar ungkapan, si fulan itu ahli nujum. Maksud sebenarnya, seseorang itu adalah ahli masalah perbintangan (astronomi).


Sayangnya, banyak orang memahaminya dengan keliru, ahli nujum dikira tukang ramal. Sehingga mereka meminta diramal nasib dan peruntungannya pada orang itu. Padahal, kata Rasulullah SAW, Allah melaknat tukang ramal. Sehingga, kata beliau SAW lagi “Barangsiapa yang mendatangi tukang rama dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari“.
Kembali pada ayat ini, Allah swt tidak menggunakan kata “najm”, melainkan “al-khunash”. Ahli tafsir mengatakan, khunash adalah bentuk plural dari khanish. Artinya, sesuatu yang menghilang. Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW diriwayatkan bersabda, “Syaitan senantiasa menggoda (membuat wiswas) seorang hamba. Apabila disebut nama Allah, syaitan sembunyi (khunish).” Jadi, khanish itu berarti lenyap dari pandangan mata. Namun demikian, pada ayat berikutnya, Allah swt berfirman, (artinya) “yang beredar dan terbenam”. Jadi, ada satu jenis bintang yang beredar (aljawar) sangat cepat sehingga kecepatannya melebihi kecepatan cahaya yang dipancarkannya.


Ketika menafsirkan ayat ini, para ahli tafsir klasik mencoba mereka-reka dengan menjelaskan soal bintang yang tak terlihat itu. Imam al Qurthubi menafsirkan: “Yaitu bintang-bintang yang bersembunyi di siang hari, dan tersapu atau tertutup pada petang harinya”. Imam Ar-razi mengatakan, “Allah SWT bersumpah demi bintang-bintang yang tersembunyi di siang hari, yaitu hilang cahayanya dari pandangan mata, tetapi ia tetap berada pada tempat peredarannya, dan tersapu atau tertutupi pada petang harinya”. Beberapa ahli tafsir modern menafsirkan: “yaitu bintang-bintang yang menghilang atau kembali pada porosnya, dan melintas ke peredarannya kemudian bersembunyi kembali”.

Penafsiran para ulama, baik klasik atau modern itu, memiliki satu benang merah. Yaitu, bahwa ada sejenis bintang yang wujudnya ada tapi tak dapat dilihat oleh pandangan mata. Hal ini mirip dengan salah satu fenomena alam di ruang angkasa yang baru pada abad kedua puluh ditemukan oleh para pakar astronomi. Penemuan itu dikenal dengan istilah Black-hole. Black-hole sesungguhnya adalah bintang yang meredup cahayanya dan berubah menjadi pekat.


Menurut Wikipedia, black hole adalah sebuah pemusatan yang cukup besar sehingga menghasilkan gaya yang sangat besar. Gaya yang sangat besar ini mencegah apa pun lolos darinya kecuali melalui perilaku terowongan kuantum. Medan gravitas begitu kuat sehingga kecepatan lepas di dekatnya mendekati kecepatan cahaya. Tak ada sesuatu, termasuk elektromagnetik yang dapat lolos darinya. Bahkan hanya dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh kata “hitam”. Istilah “lubang hitam” telah tersebar luas, meskipun ia tidak menunjuk ke sebuah istilah lubang dalam arti biasa, tetapi merupakan sebuah wilayah di angkasa di mana semua tidak dapat kembali. Secara teoritis, lubang hitam dapat memiliki ukuran apa pun, dari mikroskopik sampai ke ukuran alam raya yang dapat diamati


Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman bernama Karl Schwarzschild, pada tahun 1916, dengan berdasar pada teori relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking. Pada saat ini banyak astronom yang percaya bahwa hampir semua galaksi di alam semesta ini mengelilingi lubang hitam pada pusat galaksi.

Adalah John Archibald Wheeler pada tahun 1967 yang memberikan nama “Lubang Hitam” sehingga menjadi populer di dunia bahkan juga menjadi topik favorit para penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat lubang hitam akan tetapi kita bisa mendeteksi materi yang tertarik / tersedot ke arahnya. Dengan cara inilah, para astronom mempelajari dan mengidentifikasikan banyak lubang hitam di angkasa lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga diperkirakan di angkasa dihiasi oleh jutaan lubang hitam.


– Bersambung

No comments:

Post a Comment