Thursday 29 December 2011

Al-Insyiqaaq -liku kehidupan

Tafsir Surat Al-Insyiqaaq ayat 19

Latar kabunna Tobaqon ‘an Tobaq...Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)...


Kalimat ini merupakan jawab sumpah, yang dikuatkan dengan tiga penguat, yaitu: sumpah, huruf lam, dan nun taukid. Perkataan ini ditujukan kepada segenap manusia. Yakni kamu melewati keadaan demi keadaan, artinya keadaan terus berubah, meliputi keadaan zaman dan tempat, kondisi badan dan hati.

 
Pertama:
Keadaan zaman terus berubah. Ada masa kegembiraan, bahagia dan senang dan adapula masa sebaliknya. Sampai-sampai manusia terkadang merasakannya tanpa mengetahui sebab-sebabnya. Itulah yang dikatakan oleh seorang penyair :

Hari ini kita kalah, esok kita menang

Kita kalah pada peperangan Nusaa’

Dan kita menang pada peperangan Nasr

Hal ini tentu telah diketahui oleh setiap orang. Hari ini ia bergembira dan keesokan harinya ia bersedih, terkadang tanpa ia ketahui sebanya. Demikianlah manusia pasti melalui fase dalam kehidupan.
 
Kedua:
Seorang insan mendiami sebuah tempat pada hari ini, keesokan harinya ia berpindah ke tempat lain pula, esok lusa ia mendiami tempat yang lain lagi. Hingga berakhir pada tempatnya di akhirat.

Adapun tempatnya di alam kubur sebelum akhirat adalah tempat sementara. Alam kubur bukanlah tempat terakhir, namun ia hanyalah persinggahan. Seorang Arab Badui mendengar seorang lelaki mebaca ayat:
 
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur” QS. 102 : 1-2.

Arab Badui itu berkata: “Demi Allah, orang yang berkunjung tidak akan menetap lama.”

Orang Arab Badui itu dengan fitrahnya mengetahui bahwa setelah alam kubur ada alam lain yang akan dituju. Sebab sebagaimana dimaklumi, bahwa orang yang singgah hanya berhenti sebentar kemudian melanjutkan perjalanannya.

Dengan demikian, dapatlah kita ketahui bahwa kalimat yang sering kita baca di Koran : “Telah wafat Fulan bin Fulan dan telah pergi ke peristirahatan terakhir” adalah kalimat yang salah besar.

Kandungan artinya adalah ingkar terhadap Allah Subhana wa ta’ala dan hari akhirat. Sebab engkau telah menjadikan kubur sebagai tempat terakhir. Artinya, tidak ada lagi tempat terakhir dan tidak ada lagi tempat setelah itu hukumnya kafir, karena tempat terakhir adalah jannah atau naar.

Ketiga:
Tubuh manusia juga diciptakan tahapan demi tahapan...

Pada awalnya engkau adalah seorang anak kecil yang mungkin kedua kaki dan tanganmu bisa digenggam dengan satu tangan, engkau digendong dengan tangan tersebut dalam keadaan lemah.

Lambat laun engkau menjadi kuat sehingga tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan kuat. Kemudian apabila kekuatan itu telah sempurna engkau menjadi lemah kembali. Sebagian ulama menyamakan keadaan tubuh dengan keadaan bulan.


Pada awalnya yang tampak hanyalah bulan sabit yang kecil, lambat laun menjadi besar hingga sempurna cahayanya. Kemudian sedikit demi sedikit berkurang hingga menghilang. Kita memohon kepada Allah agar diberi khusnul khotimah.


Keempat :
Keadaan hati..


Tahukah kamu bagaimana keadaan hati? Hati kadangkala merasakan nikmat dan kadangkala merasakan adzab. Hati bani Adam terletak di antara dua jari dari jari jemari Ar-Rahman, Dia membolak baliknya sekehendak-Nya. Jika Allah mau maka Allah Subhana wa ta’ala akan menyesatkannya, dan jika mau Allah akan memberinya petunjuk.
HR. Muslim dalam kitab Al-Qadr, bab: Allah membolak-balik hati sekehendak –Nya, no. (2654) (17)

Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan hadits ini, beliau berdoa :

“Ya Allah yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”


Hati memiliki kondisi yang sangat aneh. Kadangkala hati terpikat kepada dunia, kadangkala terikat oleh sesuatu di dunia. Kadangkala hati terkait dengan harta sehingga mengumpulkan harta menjadi keinginan utamanya.

Kadangkala hati terpikat dengan wanita, sehingga mengejar wanita adalah keinginan utamanya. Kadangkala hati terpikat dengan istana dan rumah mewah, sehingga itulah yang menjadi keinginan utamanya.


Dan kadangkala hati tentram bersama Allah Subhana wa ta’ala , selalu bersama dengan-Nya dan terikat dengan-Nya. Sehingga ia melihat dunia ini hanyalah wasilah untuk beribadah kepada Allah Subhana wa ta’ala dan wasilah untuk menaati Allah Subhana wa ta’ala.
 
Ia gunakan dunia untuk itu, karena memang dunia diciptakan untuknya dan bukan malah ia diperbudak dunia. Merekalah orang yang mengikuti keinginan nafsu untuk mengejarnya.


Adapun ahli akhirat adalah orang yang memanfaatkan dunia untuk kepentingan akhirat , maka dunia pun melayaninya. Oleh sebab itu, mereka tidak mengambil bagian dunia ini kecuali dengan cara yang diridhai Allah Subhana wa ta’ala.

No comments:

Post a Comment