Thursday 29 December 2011

Al-Insyiqaaq -ALLAH dapat kita temui





Kepastian pertemuan kepada Allah sesungguhnya telah Allah janjikan kepada kita (manusia). Seperti yang terlihat dari keterangan dan firman-firman-Nya berikut ini :

“Jika kita mempunyai kesungguhan untuk menemui-Nya, maka janji Allah pasti akan datang”.

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. (QS.Al Insyiqaaq (84):6)

Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.Al Ankabuut (29):5)

Dan mengenai tata cara untuk menemui-Nya, diayat-Nya yang lain telah Allah beritahukan juga, bahwa ‘salah satu cara’ untuk mencapai pertemuan kepada Allah yaitu dengan cara melakukan sembahyang tahajud dan meyakini-Nya, maka insya Allah kita akan menemui-Nya.

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS.Al Israa’ (17):79)

(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS.Al Baqarah (2):46)

Selain itu, Allah juga telah memperingatkan kepada kita, bahwa janganlah kita lalai dan mau terbuai dengan kenikmatan-kenikmatan yang hanya sesaat, sehingga melupakan pertemuan kepada Allah, karena sesungguhnya kehidupan didunia ini penuh dengan tipu daya dan sendah gurau, seperti halnya yang sering kita dengar atau yang sering dinyanyikan oleh banyak para penyanyi, bahwa “dunia ini panggung sandiwara”, semuanya semu bagaikan fatamorgana.

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (QS.Qaaf (50):22)

Dan contoh tauladan untuk menemui Allah tersebut sudah juga dicontohkan oleh baginda junjungan kita Nabi besar Muhammand SAW dalam usaha serta langkahnya untuk bertemu kepada Allah.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS.Al Ahzab (33):21)

Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (QS.Al Qiyaamah (75):23)

Barangsiapa yang mengharap pertemuan kepada Allah, maka janji Allah pasti datang.

Apabila hamba-Ku sungguh-sungguh ingin menemui-Ku, maka pasti akan menemui-Ku.

Dari firman-fiman Allah tersebut sebenarnya sungguh sudah sangat demikian jelasnya. Dan sudah tentu juga yang dimaksud dengan pertemuan dari kutipan ayat-ayat tersebut adalah benar-benar menyaksikan (melihat Allah dengan Haqqul-Yakin/Isbatul-Yakin), bukan dengan penglihatan yang hanya dikira-kira (seolah-olah) saja. Karena, jika kita hanya mengenal Allah dari informasi atau dari keyakinan karena melihat ciptaan-Nya saja, dikhawatirkan penyembahan kita kepada Allah menjadi agak mengambang atau kurang tepat sasaran. Apalagi jika dalam penyembahan kita kepada Allah kita hanya melihat dan mengingat gambar-gambar yang ada pada tikar sajadah saja, atau mungkin kita hanya melihat tulisan nama-nama Allah yang ada di dinding-dinding saja, sungguh hal tersebut adalah perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah (haram).

Memang untuk menemui/menyaksikan Allah dengan segala keterbatasan kita sebagai manusia, tentu tidak bisa kita lakukan secara sempurna (mendetail), kerena untuk bisa menyaksikan Allah secara sempurna (mendetail), sama halnya (tak ubahnya) seperti kita melihat hamparan lautan yang sangat luas yang tiada bertepi. Dimana penglihatan kita tentu hanya akan terbatas/sebatas sisi-sisi dari lautnya saja.

Dan sebagai contoh (ilustrasi), bahwa penyaksian kita terhadap Allah SWT tersebut, mungkin tak ubahnya seperti kita melihat rumah yang ukurannya jauh lebih besar daripada ukuran tubuh kita, dimana penglihatan kita terhadap rumah tersebut tentu hanya akan sebatas pada apa yang ada disekeliling kita saja (tidak semuanya atau sebatas jangkauan penglihatan mata kita saja).

Sesungguhnya..!!!, keterbatasan penglihatan kita yang seperti itu, itulah pengetahuan terbesar yang Allah berikan kepada kita (manusia) sebagai hamba-Nya atau khalifah-Nya, dan kita harus mampu mencapai-Nya. Dan Ruh (Rohani) kita harus mampu menyaksikan dan melebur kepada Wujud Cahaya Allah (Nurrullah) tersebut. Karena, hanya dengan cara demikianlah Ruh (Rohani) kita akan bisa terbebas dari belenggu Jiwa/Nafsu.

Dan sebagai ilustrasi, bahwa penyatuan atau peleburan Ruh kepada Cahaya Allah (pertemuan kepada Allah) tersebut, tak ubahnya seperti kita menyatukan dua cahaya lampu yang berbeda, seperti menyatukan cahaya lampu dari lampu yang kecil kepada cahaya lampu dari lampu yang lebih besar.

Dan untuk menyatukan cahaya lampu yang lebih kecil kepada cahaya lampu yang lebih besar tersebut, haruslah kita membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada kaca-kaca lampu tersebut (khususnya pada lampu yang kecil), karena dengan cara demikianlah cahaya lampu yang lebih kecil tersebut akan bisa memancar keluar dan menyatu, melebur kepada cahaya dari lampu yang lebih besar.

Begitu juga hakikatnya pertemuan kita kepada Allah, yaitu dengan cara melepaskan Ruh dari belenggu jiwa/nafsu, maka Ruh (Rohani) kita menjadi tidak lagi buta dan tuli, sehingga Ruh (Rohani) kita bisa kembali menjadi suci, dan bisa kapan dan dimana saja menyatu, melebur kepada Cahaya Allah (Nurrullah), Cahaya berlapis Cahaya, Allah Azza Wajallah, Tuhan Semesta Alam.  

No comments:

Post a Comment