Monday 21 November 2011

hari 10 dalam Al-Fajr



Allah telah bersumpah dengan hari-hari 10 pertama Zulhijjah. Firman Allah:

“1. Demi fajar, 2. Dan malam yang sepuluh, 3. Dan yang genap dan yang ganjil”. (Al-Fajr: 1-3)

Menurut setengah ahli tafsir: “fajr” ialah fajr hari Nahar (Eidul Adha), iaitu hari haji akbar (terbesar). “Dan malam yang sepuluh” ialah dari awal Zulhijjah dan berakhir pada hari Nahar. “Dan yang genap dan yang ganjil” ialah hari-hari Tasyrik.

Firman Allah:

“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan”. (Al-Hajj: 28)

“Hari-hari yang ditentukan” ialah hari-hari yang sepuluh.

Firman Allah:

“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang”. (Al-Baqarah: 203)

“Hari yang berbilang” ialah hari Tasyrik, iaitu 11, 12 dan 13 Zulhijjah.

Hari-hari yang sepuluh; ialah yang melengkapkan 40 hari nabi Musa. Firman Allah:

“Dan telah kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam”. (Al-A’raf: 146)

30 hari ialah sepanjang bulan Zulkaedah dan 10 hari pula hari 10 yang pertama Zulhijjah Miqat nabi Musa sempurna sehingga hari nahar dan padanya juga Allah menyempurnakan agama kepada Muhammad saw.

Di dalam hadith:

“Hari sepuluh ialah hari raya Adha, yang ganjil ialah hari Arafah dan yang genap ialah hari Nahar. (Musnad Imam Ahmad: 327/3), (Shakir / Hamzah: 14448 Sahih)

tafsir surah Al-Fajr 27 - 30




(Setelah menerangkan akibat orang-orang yang tidak menghiraukan akhirat, Tuhan menyatakan bahawa orang-orang yang beriman dan beramal salih akan disambut dengan kata-kata):


"Wahai orang yang mempunyai jiwa yang sentiasa tenang tetap dengan kepercayaan dan bawaan baiknya! –

"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan engkau berpuas hati (dengan segala nikmat yang diberikan), lagi diredhai (di sisi Tuhanmu)! –


"Serta masuklah engkau dalam kumpulan hamba-hambaKu yang berbahagia –


"Dan masuklah ke dalam SyurgaKu!"



"Wahai hati yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diredai. Masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam syurga-Ku."

tafsir surah Al-Fajr 15 - 20

Kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya.



Adapun manusia apabila Rabb-nya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata : “Rabb-ku telah memuliakanku”. (15) Adapun bila Rabb-nya mengujinya lalu membatasi Rizkinya, maka dia berkata : “Rabb-ku menghinakanku.” (16) Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, (17) dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, (18) dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang bathil), (19) dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (20) [QS_al-Fajr 15-20]
Allah Ta’ala berfirman mengingkari orang yang berkeyakinan, jika Allah meluaskan rizki kepadanya maka hal itu untuk mengujinya. Dia meyakini bahwa hal itu dari Allah sebagai penghormatan baginya. Padahal tidak demikian, tetapi itu adalah sebagai cobaan baginya.
 
Sebagaimana yang di firmankan Allah ta’ala : “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS_Al-mu’minun 55-56).
Demikian juga pada sisi lain, jika Dia menguji, memberi cobaan, dan mempersempit rizki, maka dia berkeyakinan bahwa hal tersebut sebagai penghinaan baginya dari Allah. Allah Ta’ala berfirman : “Sekali-kali tidak.” Artinya, masalahnya tidak seperti yang disangka, tidak dalam hal ini maupun hal lainya. Sebab, Allah Ta’ala memberikan harta kepada orang yang Dia cintai maupun orang yang tidak Dia cintai. Dan Dia akan mempersempit rizki orang yang Dia cintai maupun orang yang tidak dia cintai. Sesungguhnya yang menjadi poros dalam hal tersebut ada pada ketaatan kepada Allah pada masing-masing keadaan, di mana jika dia seorang yang kaya, maka dia akan bersyukur kepada Allah atas hal tersebut dan jika dia seorang yang miskin, maka dia akan senantiasa bersabar.
 
Dan firman Allah Ta’ala : “sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim.” Di dalamnya terkandung perintah untuk memuliakan anak yatim, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam pernah bersabda : “Aku dan pengasuh anak yatim seperti dua jari ini di surga.” (Sunan Abi Dawud, di dalam kitab al-Adab) Beliau mensejajarkan dan menggabungkan jadi tengah dan jari telunjuk.
“Dan kamu tidak mengajak memberi makan orang miskin,” yakni tidak memerintahkan untuk berbuat baik kepada kaum fakir miskin serta memerintahkan sebagian mereka atas sebagian lainya dalam hal tersebut. “Dan kamu memakan harta pusaka,” yakni harta warisan. “Dengan cara mencampurbaurkan,” yakni berasal dari manapun harta itu diperoleh, baik dari yang halal maupun yang haram. “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” Yakni secara berlebih-lebihan. Sebagian yang lain menambahkan secara keji.

Wallahu a'lam bishshawab.

terjemahan Al-Fajr


































1] Demi waktu fajar;
[2
] Dan malam yang sepuluh (yang mempunyai kelebihan di sisi Allah);
[3
] Dan bilangan yang genap serta yang ganjil;
[4
] Dan malam, apabila ia berlalu;
5] Bukankah yang demikian itu mengandungi sumpah (yang diakui kebenarannya) oleh orang yang berakal sempurna?
[6] (Kami tetap akan membinasakan orang-orang yang menentangmu wahai Muhammad), tidakkah engkau perhatikan, bagaimana Tuhanmu telah melakukan terhadap kaum Aad (yang kufur derhaka)
[7
] Iaitu penduduk “Iram” yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi tiangnya, (sesuai dengan penduduknya)
[8
] Yang belum pernah diciptakan sepertinya (tentang besar dan kukuhnya) di segala negeri (pada zamannya)?
[9
] Dan (terhadap) kaum Thamud yang memahat batu-batu besar di lembah (Wadil-Qura iaitu tempat tinggalnya)?
[10
] Dan (terhadap) Firaun yang menguasai bangunan-bangunan yang handal kukuh?
[11
] (Semuanya itu ialah) orang-orang yang telah bermaharajalela di negeri (masing-masing).
[12
] Lalu mereka melakukan dengan banyaknya kerosakan dan bencana di negeri-negeri itu.
[13
] Dengan yang demikian, Tuhanmu mencurahkan ke atas mereka berbagai paluan azab;
[14
] Sesungguhnya Tuhanmu tetap mengawas dan membalas, (terutama balasan akhirat)
[15
] (Dalam pada itu manusia tidak menghiraukan balasan akhirat), oleh yang demikian, maka kebanyakan manusia apabila diuji oleh Tuhannya dengan dimuliakan dan dimewahkan hidupnya, (ia tidak mahu bersyukur tetapi terus bersikap takbur) serta berkata dengan sombongnya: “Tuhanku telah memuliakan daku!”
[16
] Dan sebaliknya apabila ia diuji oleh Tuhannya, dengan disempitkan rezekinya, (ia tidak bersabar bahkan ia resah gelisah) serta merepek dengan katanya: “Tuhanku telah menghinakan daku!”
[17
] Jangan demikian, (sebenarnya kata-kata kamu itu salah). Bahkan (perbuatan kamu wahai orang-orang yang hidup mewah, lebih salah lagi kerana) kamu tidak memuliakan anak yatim, (malah kamu menahan apa yang Ia berhak menerimanya);
[18
] Dan kamu tidak menggalakkan untuk memberi makanan (yang berhak diterima oleh) orang miskin;
[19
] Dan kamu sentiasa makan harta pusaka secara rakus (dengan tidak membezakan halal haramnya),
[20
] Serta kamu pula sayangkan harta secara tamak haloba!
[21
] Jangan sekali-kali bersikap demikian! (Sebenarnya) apabila bumi (dihancurkan segala yang ada di atasnya dan) diratakan serata-ratanya,
[22
] Dan (perintah) Tuhanmu pun datang, sedang malaikat berbaris-baris (siap sedia menjalankan perintah),
[23
] Serta diperlihatkan neraka Jahannam pada hari itu, (maka) pada saat itu manusia akan ingat (hendak berlaku baik), dan bagaimana ingatan itu akan berguna lagi kepadanya?
[24
] Ia akan berkata: “Alangkah baiknya kalau aku dahulu sediakan amal-amal baik untuk hidupku (di sini)!”
[25
] Maka pada hari itu tiada sesiapapun yang dapat menyeksa seperti azab (yang ditimpakan oleh) Allah.
[26
] Dan tiada sesiapapun yang dapat mengikat serta membelenggu seperti ikatan dan belengguNya.
[27
] (Setelah menerangkan akibat orang-orang yang tidak menghiraukan akhirat, Tuhan menyatakan bahawa orang-orang yang beriman dan beramal soleh akan disambut dengan kata-kata): “Wahai orang yang mempunyai jiwa yang sentiasa tenang tetap dengan kepercayaan dan bawaan baiknya! -
[28
] “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan engkau berpuas hati (dengan segala nikmat yang diberikan) lagi diredhai (di sisi Tuhanmu) ! -
[29
] “Serta masuklah engkau dalam kumpulan hamba-hambaku yang berbahagia -
[30
] “Dan masuklah ke dalam SyurgaKu! “

Al-Fajr -pengenalan

Berkas:Al-Fajr.png



Surah Al-Fajr (Arab: سورة الفجر‎) ialah surah ke-89 dalam al-Quran. Surah ini tergolong surah Makkiyah yang terdiri atas 30 ayat. Dinamakan Al-Fajr yang bererti Fajar diambil dari perkataan Al-Fajr yang terdapat pada ayat pertama surah ini.


isi kandungan

  • Allah bersumpah bahawa azab terhadap orang-orang kafir tidak akan dapat dielakkan

  • Beberapa contoh dari umat-umat yang sudah dibinasakan

  • Kenikmatan hidup atau bencana yang dialami oleh seseorang bukanlah tanda penghormatan atau penghinaan Allah kepadanya, melainkan cubaan belaka

  • Celaan terhadap orang-orang yang tidak mau memelihara anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin

  • Kecaman terhadap orang yang memakan harta warisan dengan campur aduk dan orang yang amat mencintai harta

  • Malapetaka yang dihadapi orang-orang kafir di hari kiamat

  • Orang-orang yang berjiwa muthmainnah (tenang) mendapat kemuliaan di sisi Allah.
  • cabaran dalam Al-Balad





    Kehidupan di dunia ini diiringi kesukaran (cabaran) demi kesukaran (maksud surah al-Balad: 4) sehinggakan kesukaran (kesulitan) atau cabaran itu seolah-olah sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Itu realiti perjalanan dunia ini. Kesulitan, kesukaran, cabaran, dan dugaan menjadi risiko hidup. Tiada seorang pun yang terlepas daripada kenyataan itu. Bagaimanapun, apa yang seringkali terjadi adalah perasaan bimbang terhadap risiko yang bakal muncul lantaran kekerdilan jiwa untuk menghadapinya. Lalu timbullah seribu satu macam ketakutan. Rasa ketakutan ini cuma akan membuat seseorang itu menjadi pengecut. Dan akhirnya lari daripada kenyataan.

    pengajaran Al-Balad

    Allah mengurniakan harta benda kepada manusia sebagai amanah untuk diuruskan dengan sebaiknya menurut syarak kerana ia akan disoal dari mana diperolehi dan bagaimana dibelanjakan.
    • Hargailah anggota tubuh badan yang dikurniakan Allah dengan mentaatiNya, bukan mengingkariNya.
    • Allah yang bersifat Maha Adil telah menyediakan dua jalan untuk kita lalui atas mukabumi ini, dan jalan yang kita pilih itu akan menentukan sama ada kita dibalas syurga atau neraka.

    tafsir Al-Balad




    Surah ini dimulakan dengan sumpah. Banyak surah yang dimulakan dengan sumpah. Ia menandakan selepas daripada sumpah itu, Allah ingin menyampaikan perkara yang sangat penting.

    Allah bersumpah dengan ‘al Balad’yang merujuk kepada Mekah. Ini menunjukkan bahawa tanah Mekah merupakan tanah yang mulia dan diberkati Allah. Ia juga dikenali dengan tanah haram yang memberi erti bahawa banyak perkara tidak boleh dilakukan ketika berada dalam tanah haram. Antaranya mencabut tumbuhannya, membawa balik sesuatu yang menjadi milik tanah haram seperti tanah dan batunya.

    Ayat 2 merujuk kepada Nabi Muhammad s.a.w. bertujuan untuk memuliakan rasulullah s.a.w. yang dilahirkan di tanah yang mulia, dan dilantik sebagai nabi terakhir di tanah yang mulia.

    Allah ingin menekankan dalam ayat 4 bahawa manusia sentiasa dalam keadaan kesusahan, sama ada jasmani dan rohani. Antara kesusahan yang dialami manusia ialah susah menyara kehidupan, susah melahirkan anak, susah mencari harta benda, susah beramal kebajikan dan lain-lainnya. Kesusahan fizikal yang berlaku biasanya membawa kepada kesusahan kepada rohani juga.

    Sebab itu dalam ayat ke 5, Allah membuat pertanyaan “adakah manusia mengira tiada seorang yang dapat berkuasa terhadapnya?” bertujuan mengingatkan manusia yang lupa asal usul, bahawa segala harta yang diperolehi dan ke mana dibelanjakan akan ditanya oleh Allah. Lihatlah ayat 7 menekankan bahawa Allah maha mengetahui segala isi hati manusia walaupun makhluk lain tidak mampu membongkarnya.

    Seterusnya Allah mengingatkan manusia dalam ayat 8 dan 9 bahawa segala nikmat yang besar-besar seperti kurniaan dua mata, lidah dan bibir merupakan kurniaan Allah sebagai bukti kekuasaan dan kekayaanNya.

    Rasulullah s.a.w. bersabda dalam hadis qudsi yang maksudnya,

    “ Allah berfirman: Hai anak Adam, Aku telah memberimu nikmat yang amat banyak, engkau tidak akan dapat menghitungnya dan mensyukurinya. Dua mata untuk engkau melihat dengannya dan aku beri tutup maka gunakan untuk melihat benda yang Aku halalkan dan apabila engkau melihat benda yang Aku haramkan maka tutuplah matamu. Juga Aku beri lidah kepadamu, juga Aku beri alat penutupnya, maka gunakannya untuk mengucapkan apa yang Aku perintahkan dan halalkan bagimu, jika ada sesuatu yang aku haramkan maka tutuplah rapat-rapat lidahmu, juga aku berikan kepadamu kemaluan dan Aku beri tutup, maka pergunakanlah kemaluanmu itu untuk apa yang Aku halalkan dan jika ada sesuatu yang Aku haramkan maka tutuplah. Hai anak Adam, engkau tidak sanggup menanggung murkaKu dan tidak kuat menerima seksa pembalasanKu.”

    Lalu Allah menyebutkan dalam ayat ke 10 bahawa manusia diberi pilihan sama ada mengikuti jalan baik atau jalan jahat[1].

    Tapi manusia tidak mahu menempuh kesusahan(ayat 11) dengan melakukan kebajikan seperti memerdekakan hamba(ayat 13), memberi makanan kepada orang yang kebuluran(ayat 14) atau kepada anak yatim dan kaum kerabat(ayat 15), atau kepada orang miskin yang melarat(ayat 16).

    Umumnya manusia terbahagi kepada dua golongan iaitu kanan dan kiri. Golongan kanan(ayat 18) ialah ahli syurga yang berpesan-pesan dengan kesabaran dan kasih sayang di dunia(ayat 17). Manakala golongan kiri merupakan orang-orang kafir(ayat 19) yang sengsara hidupnya di akhirat akibat dihumban ke dalam neraka yang bersifat menutup mereka(ayat 20).

    terjemahan Al-Balad





    [1]Aku bersumpah dengan negeri (Makkah) ini;
    [2]Sedang engkau (wahai Muhammad) tinggal di negeri ini (sentiasa ditindas),
    [3]Demi manusia yang melahirkan zuriat, dan zuriat yang dilahirkannya;
    [4]Sesungguhnya Kami telah jadikan manusia sentiasa dalam keadaan menghadapi kesulitan dan kesukaran (jasmani dan rohaninya);
    [5]Patutkah manusia yang demikian keadaannya (terpedaya dengan kekuasaan yang ada padanya dan) menyangka bahawa tidak ada sesiapapun yang dapat mengatasi kekuasaannya (dan menyeksakannya)?
    [6]Manusia yang demikian keadaannya (tidaklah patut ia bermegah-megah dengan kekayaannya dan) berkata: “Aku telah habiskan harta benda yang banyak (dalam usaha menegakkan nama dan bangsa).
    [7]Adakah ia menyangka bahawa tidak ada sesiapapun yang melihatnya (dan mengetahui tujuannya menghabiskan harta bendanya itu?
    [8](Mengapa manusia terpedaya dan bermegah-megah?) Tidakkah Kami telah menjadikan baginya: dua mata (untuk ia memerhatikan kekuasaan dan kekayaan Kami?) -
    [9]Dan lidah serta dua bibir (untuk ia menyempurnakan sebahagian besar dari hajat-hajatnya)?
    [10]Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, (jalan kebaikan untuk dijalaninya, dan jalan kejahatan untuk dijauhi)?
    [11]Dalam pada itu manusia tidak (memilih jalan kebaikan) merempuh masuk mengerjakan amal-amal yang tinggi darjatnya di sisi Tuhan;
    [12]Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui: apa dia amal-amal yang tinggi darjatnya di sisi Tuhan itu?
    [13](Di antara amal-amal itu – bagi orang yang mampu) ialah: memerdekakan hamba abdi;
    [14]Atau memberi makan pada hari kelaparan -
    [15]Kepada anak yatim dari kaum kerabat,
    [16]Atau kepada orang miskin yang terlantar di atas tanah.
    [17]Selain dari (tidak mengerjakan amal-amal) itu, ia (tidak pula) menjadi dari orang-orang yang beriman dan berpesan-pesan dengan sabar serta berpesan-pesan dengan kasih sayang.
    [18](Ketahuilah! Bahawa orang-orang yang beriman serta berusaha mengerjakan amal-amal yang tinggi darjatnya di sisi Tuhan), merekalah golongan pihak kanan (yang akan beroleh Syurga).
    [19]Dan (sebaliknya) orang-orang yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Kami, merekalah golongan pihak kiri. -
    [20]Mereka ditimpakan (azab seksa) neraka yang ditutup rapat (supaya kuat bakarannya).

    Al-Balad -pengenalan

    Berkas:Al-Balad.png



    Surah Al-Balad (Arab: سورة البلد‎) ialah surah ke-90 dalam al-Quran. Surah ini tergolong surah Makkiyah yang terdiri atas 20 ayat. Dinamakan "Al-Balad" yang bererti Negeri diambil dari perkataan "Al-Balad" yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Yang dimaksud dengan kota dalam ayat ini ialah kota Makkah.


    isi kandungan

  • Manusia diciptakan Allah untuk berjuang menghadapi kesulitan

  • Peringatan kepada manusia supaya tidak terpedaya oleh kekuasaan dan harta benda

  • Beberapa peringatan kepada manusia atas beberapa nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya dan bahawa Allah telah menunjukkan jalan-jalan yang akan menyampaikannya kepada kebahagiaan dan yang akan membawanya kepada kecelakaan.
  • Sunday 20 November 2011

    Asy-Syams -menentukan jalan hidup


    Saudaraku, menentukan jalan hidup adalah perkara besar yang membuat banyak orang kelimpungan (bingung) dan tak tahu harus ke mana dia melangkah. Padahal, ilham kepada jiwa tak lepas dari dua pilihan fujur (dosa) atau TAKWA. Sebagaimana yang ALLAH تعاﱃ nyatakan dalam ayat (artinya),
      Maka ALLAH mengilhamkan kepadanya jalan kefajiran dan ketakwaannya.(asy-Syams [91] : 8)
    Ibnu Abbas رضي الله عنه menerangkan bahwa makna ayat ini; ALLAH menjelaskan kepada jiwa kebaikan dan keburukan. Tafsiran serupa juga disebutkan oleh Mujahid, Qatadah, adh-Dhahak dan ats-Tsauri. Sedangkan Sa’id bin Jubair mengatakan, “Artinya ALLAH mengilhamkan kepadanya kebaikan dan keburukan.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim, 8/321).

    Orang yang beruntung bukanlah yang melepaskan kendali dirinya dan menuruti bisikan hawa nafsu. Akan tetapi sosok yang akan menjadi pemenang adalah yang berjuang membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran dosa. ALLAH تعاﱃ berfirman,
      Sungguh beruntung orang yang menyucikannya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.(asy-Syams [91] : 9-10)
    Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa maksud ayat di atas adalah keberuntungan itu akan didapatkan oleh orang yang membersihkan dirinya dari dosa-dosa dan menyucikannya dari berbagai perbuatan tercela serta melembutkannya dengan taat kepada ALLAH, mengangkatnya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 926)
    Maka untuk memiliki jiwa yang tangguh dan bertahan di atas jalur TAKWA seorang manusia harus meminta keteguhan dan taufik serta pertolongan Rabbnya. Sebagaimana yang diajarkan oleh صلیﷲ علیﻪ و سلم dalam sebuah untaian doa yang indah,


      Ya ALLAH, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, sifat pengecut dan pelit, pikun dan siksa kubur. Ya ALLAH, karuniakanlah kepada jiwaku ketakwaannya, dan sucikanlah ia sebab Engkaulah satu-satunya yang bisa menyucikannya. Engkaulah penolong dan tuhannya. Ya ALLAH, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim dalam kitab adz-Dzikr wa Du’a wal Istiqghfar wa Taubah, hadits no. 2722)

    Asy-Syams -kemurnian jiwa

    KEHIDUPAN senantiasa diwarnai dengan cobaan. Orang yang memandang dengan mata HATI yang jernih dan bimbingan cahaya al-Qur’an akan bisa menyaksikan betapa hebat ujian dan cobaan yang datang dan pergi silih berganti. Fitnah datang bertubi-tubi. Sehingga hal itu membuat sebagian orang terhempas oleh ombak fitnah yang dia alami. Namun, di sisi lain ada pula orang yang tetap tegar menghadapi terpaan gelombang fitnah ini dengan taufik dari ALLAH سبحانا وتعاﱃ kepada dirinya. Inilah sunnatullah di jagad raya yang akan memisahkan barisan hamba-hamba yang berbahagia dengan hamba-hamba yang binasa.

    ALLAH سبحانا وتعاﱃ berfirman di dalam kitab-NYA yang mulia,

      “Sungguh berbahagia orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang justru mengotorinya.” (Asy Syams: 9-10)

    ALLAH lah yang telah menciptakan jiwa dengan segenap tabiat dan perangainya. Dan ALLAH pula yang mengilhamkan kepadanya potensi untuk bertakwa dan potensi untuk berbuat dosa. Maka barang siapa yang memilih ketaatan kepada ALLAH dan Rasul-NYA صلیﷲ علیﻪ و سلم serta menjunjung tinggi hal itu di atas segala-galanya maka sungguh dia telah menyucikan jiwanya dan membersihkannya dari akhlak-akhlak yang rendah dan tercela. Dan orang yang menyucikan jiwanya itu berarti akan merasakan kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhiratnya, semoga ALLAH memasukkan kita ke dalam golongan ini. Sebaliknya, barang siapa yang justru memperturutkan kemauan hawa nafsunya tanpa mematuhi rambu-rambu syariat yang ditetapkan oleh ALLAH yang Maha bijaksana, maka sesungguhnya dia telah mengotori jiwanya. Dan jelas sudah bagi kita bahwa orang yang mengotori jiwanya akan merasakan kerugian dan kesempitan hidup di dunia maupun akhiratnya.


    Saudaraku, perjalanan hidup kita di dunia adalah singkat. Tidakkah kita ingat belasan atau beberapa puluh tahun yang silam kita masih kanak-kanak. Ketika itu kita masih asyik dengan permainan bersama teman sepergaulan. Ketika itu kita masih belum mengenal makna syahadat dengan benar. Ketika itu kita masih belum mengenal hakikat tauhid yang sesungguhnya. Yang kita mengerti ketika itu bahwa tauhid adalah mengakui bahwa ALLAH itu esa, titik. Demikian pula kita belum mengenal dakwah salaf dan para ulama yang telah menghabiskan umurnya, mencurahkan pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan dakwah yang mulia ini. Kemudian setelah kita dewasa ALLAH berkenan mengaruniakan hidayah kepada kita untuk belajar tauhid dan mengenal seluk beluknya. Dan ALLAH juga membukakan kepada kita berbagai referensi ilmiah yang telah ditulis oleh para ulama dari masa ke masa. Akankah kita sia-siakan hidayah ini dengan menenggelamkan diri dalam kemaksiatan dan kerusakan akhlak? Akankah kita wujudkan rasa syukur ini dengan melakukan perbuatan yang dimurkai oleh-NYA?

    Saudaraku, semua manusia pasti pernah berbuat salah. Akan tetapi yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah kita sudah bertaubat dengan ikhlas dan sungguh-sungguh dari setiap dosa dan kesalahan kita. Itulah pertanyaan besar yang akan sangat sulit dijawab oleh orang yang sama sekali tidak mau mempedulikan kondisi HATInya. Adapun orang yang mendapatkan taufik dari ALLAH untuk berpikir dan merenungkan setiap aktivitas yang dia kerjakan, maka dia akan bisa merasakan bahwa sesungguhnya menundukkan hawa nafsu dan mewujudkan taubat yang sejati tidaklah seringan mengucapkannya dengan lisan. Terlebih lagi pada masa seperti sekarang ini, ketika berbagai fitnah laksana gelombang lautan yang datang menghempas silih berganti.

    Oleh sebab itu, melalui tulisan yang singkat ini ada baiknya kita sedikit mengupas kiat (tips. rahsia) agar seorang hamba bisa memiliki jiwa yang tenang alias nafsul muthma’innah, bukan nafsu yang senantiasa menyesali diri (nafsul lawwamah) ataupun nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan (nafsu ammarah bi suu’).

    Asy-Syams -dua pilihan





    Demi matahari dan sinarnya di pagi hari...
    Demi bulan apabila ia mengiringi...
    Demi siang hari bila menampakkan dirinya...
    Demi malam apabila ia menutupi...
    Demi langit beserta seluruh binaannya...
    Demi bumi serta yang ada di hamparannya...
    Demi jiwa dan seluruh penyempurnaannya...

    Allah mengilhamkan sukma kefasiqan dan ketaqwaan..
    Beruntung bagi yang mensucikannya...
    Merugi bagi yang mengotorinya...

    (surah Asy-Syams ayat 1-10)

    Di dalam ayat ini, manusia diberi allah dua pilihan : iaitu perkara keburukan dan perkara kebaikan.

    Maknanya, sebagai manusia pilihan untuk berbuat sesuatu adalah di tangan kita. Hanay dua pilihan. Sama ada ya atau tidak. sama ada betul atau salah. Sama ada buruk atau baik.

    Setiap masa kita akan membuat pilihan.
    Contoh : Pergi kelas : Nak pergi awal ke nak pergi lambat?
    Makan : Nak makan nasi atau mee?
    Tidur : Nak tidur atau baca Quran?
    Bercakap : Nak cakap atau nak diam?

    Apakah pilihan yang kita buat seharian dalam hidup kita merupakan pilihan yang baik? (ketaqwaan)

    Fikirkanlah....(Tidakkah kamu berfikir?)
    Ingatilah..... (Tidakkah kamu ingat?)
    Dengarilah.... (Tidakkah kamu mendengar?)
    Lihatlah.... (Tidakkah kamu melihat?)

    Astaghfirullah....

    Asy-Syams -penyucian jiwa




    Salah satu hakikat yang ditegaskan Al Quran Al karim adalah penyucian jiwa.

    sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
    (QS. asy-Syams [91] : 9)


    dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
    (QS. asy-Syams [91] : 10)


    Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
    (QS. al-A’la [87] : 14)


    dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.
    (QS. al-A’la [87] : 15)


    Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
    (QS. al-Anfal [8] : 29)


    Nabi SAW selalu berdzikir pada Allah di setiap waktu. Shalat dan membaca Al Quran dalam shalat adalah sumber hiburan, kesenangan dan kelapangan di dadanya. Diamnya adalah berfikir, bicaranya adalah dzikir dan memandangnya adalah usaha untuk mengambil pelajaran.

    Para sahabat berusaha keras untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehingga ia menjadi realita yang hidup. Kehidupan dunia merupakan perjalanan yang lama dan penuh rintangan sementara banyak tugas yang harus ditunaikan. Syaithan selalu berjalan mengiringi dan tidak akan pernah mau berhenti mengiringi setiap langkah menuju Allah.

    Umar Ra pernah berkata kepada Sa’ad bin Abi Waqqash,
    “ bertaqwalah kepada Allah dalam kondisi apappun karena dosa dan maksiat suatu pasukan lebih mengkhawatirkan dari musuh itu sendiri. Pertolongan Allah SWT datang kepada orang Islam karena kemaksiatan musuh kepada Allah”.

    Taqwa dan sabar dalam perjalanan adalah bekal utama. Allah SWT akan selalu menolong hamba-Nya yang bersegera menuju-Nya.

    Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
    (QS. Ali Imran [3] : 120).


    Meninggalkan atau mengabaikan atau meremehkan usaha mensucikan diri adalah bentuk ketidakbersyukuran atas nikmat yang Allah SWT berikan.

    Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
    “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
    (QS. Ibrahim [14] : 7)


    Jadilah orang- orang beruntung yang selalu mensucikan dirinya dengan tidak lupa meminta pada Allah SWT agar selalu diberi kemudahan untuk taqwa pada-Nya dimanapun dalam kondisi apapun.

    WaLlahu a’lam bi shawab

    dua jalan (arah)

    Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaan.
    Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).
    Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

    Familiarkah ayat di atas dengan kita? Bukaklah tafsir anda sekarang, mungkin sudah lama terbiar.
    Asy-Syams 8-10. Bacalah ayatnya. Bacalah berulang kali agar ia kukuh terpahat di hati kita. Beruntungkah kita, atau rugikah kita? Pilihlah sahabat.

    Maka, dalam ayat itu Allah telah mengilhamkan, menganugerahkan kita 2 jalan yakni jalan takwa atau kejahatan. Bilamana kita disebut, atau diperkatakan dengan perkataan JAHAT, maka dalam otak kita mestilah menggambarkan sesuatu yang tidak elok, kotor, masuk jail (haha) dan sesuatu yang pada hemat seorang manusia normal (i really mean NORMAL) adalah perkara yang perlu dijauhi. Betul? (Anda ada 60 saat!)

    Dan bilamana kita diperdengarkan dengan perkataan TAKWA, maka otak memproses sesuatu yang suci, baik, bersih, sangat disukai Allah dan mungkin hanya orang yang tidak waras (atau kasarnya gila) yang tidak tahu makna perkataan hebat ini. Dan pada hemat seorang makhluk normal, ia adalah sesuatu yang diidami semua MUSLIM. Betul? (yang ni xperlu fikir panjang!)


    Persoalannya, jalan manakah kita berada sekarang? Fikir sekali lagi, jalan manakah saya, awak sedang berada sekarang? sekali lagi, jalan mana wahai sahabatku semua?

    Jika diberi pilihan antara baik dan buruk, kita mesti pilih BAIK
    Jika diberi pilihan syurga atau neraka, kita mesti pilih SYURGA
    Jika diberi pilihan munafik dan takwa, pilihan kita tetap TAKWA

    Betul kan? Alhamdulillah, masih bersih hati kita ini.


    Jika disuruh BERUSAHA ke arah jalan kebaikan, kenapa kita nak mengeluh panjang???
    Kenapa jika disuruh BERSUSAH sedikit, kita berpaling ke belakang??


    fikirkanlah....


    Asy-Syams -adakah kebetulan?

    Marilah kita perhatikan suatu Surah dalam Al Quran yang namanya adalah Surah Asy Syams yang artinya adalah matahari.nomor urut Surah ini dalam Al Quran adalah nomor 91.


    Sebagaimana kita ketahui,bahwa matahari terdiri dari 70% Hidrogen(H) dan 28 % Helium(He).elemen yang lain adalah 2 %.600 juta ton Hidrogen diubah menjadi 596 juta ton Helium setiap detiknya di matahari. Sementara sisa 4 ton dilepaskan dalam bentuk sinar dan energy.hal pertama yang masuk dalam pikiran kita ketika kata matahari disebutkan adalah H dan He yang merupakan pembentuk dari matahari.15 ayat dalam surah As Shams ini,berakhiran dengan huruf H dan E.equivalensi dari huruf huruf tersebut dalam huruf Arab adalah seperti dibawah ini.

     


    (huruf Arab untuk H) (Huruf Arab untuk E)






     
    Seperti anda lihat bahwa semua huruf Arab pada Surah ini berakhiran dengan H dan alif.tidak ada surah dalam Al Quran yang memiliki pola ini.berakhiran dengan H dan alif dari awal Surah hingga akhir.perhatikan juga bahwa urutan Surah ini dalam Al Quran adalah 91.ini adalah angka yang penting.selain Hidrogen ada 91 elemen lain dalam Tabel Periodik.dan semua elemen tersebut tercipta dari Hidrogen.dengan kata lain,semua atom dari Hidrogen (elemen paling ringan) hingga yang terberat yang merupakan kombinasi antar atom dari atom Hidrogen.karena alasan itulah maka atom hydrogen menciptakan 91 elemen lainnya yang berada di alam.


    Apakah semua ini kebetulan,nama Surah,Nomor urut Surah,dan ayat ayat didalam surah yang memiliki huruf akhir yang sama dengan symbol H dan E?

    terjemahan Asy-Syams




    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
    Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

    1. وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, (QS. 91:1)
    2. وَالْقَمَرِ إِذَا تَلاهَا dan bulan apabila mengiringinya, (QS. 91:2)
    3. وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا dan siang apabila menampakkannya, (QS. 91:3)
    4. وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا dan malam apabila menutupinya, (QS. 91:4)
    5. وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا dan langit serta pembinaannya, (QS. 91:5)
    6. وَالأرْضِ وَمَا طَحَاهَا dan bumi serta penghamparannya, (QS. 91:6)
    7. وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya) (QS. 91:7)
    8. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, (QS. 91:8)
    9. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. 91:9)
    10. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:10)
    11. كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَاهَا (Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena melampaui batas, (QS. 91:11)
    12. إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, (QS. 91:12)
    13. فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: (Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya. (QS. 91:13)
    14. فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Rabb mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah) (QS. 91:14)
    15. وَلا يَخَافُ عُقْبَاهَا dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu. (QS. 91:15)

    Asy-Syams -pengenalan

    Ash-Shams.png


    Surat Asy-Syams (سورة الشمس) adalah surat ke-91 dalam Al Quran, terdiri atas 15 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah Surah Al-Qadr. Dinamai Asy Syams (matahari) diambil dari perkataan Asy Syams yang terdapat pada ayat permulaan surat ini.


    isi kandungan

  • Kaum Tsamud telah dihancurkan Allah kerana kederhakaannya.

  • Tuhan memberi bayangan bahawa hal ini adalah mudah bagi-Nya,

  • sebagaimana mudahnya menciptakan benda-benda alam, siang dan malam, dan menciptakan jiwa yang tersebut dalam sumpah-Nya;

  • Allah memberitahukan kepada manusia jalan ketakwaan dan jalan kekafiran;

  • manusia mempunyai kebebasan memilih antara kedua jalan itu.

  • Surat Asy Syams berisi dorongan kepada manusia untuk membersihkan jiwanya agar mendapat keberuntungan di dunia dan di akhirat dan menyatakan bahawa Allah akan menimpakan azab kepada orang-orang yang mengotori jiwanya seperti halnya kaum Tsamud.

    Saturday 19 November 2011

    gambaran api neraka dalam Al-Lail





    Allah SWT berfirman (artinya): “Maka, Kami akan memperingatkan kamu dengan An Naar yang menyala-nyala.”
    (Al Lail : 14)

    Bagaimana gambaran dahsyatnya api neraka yang telah Allah subhanahu wata’ala sediakan itu? Hal itu telah digambarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadist yang diriwayatkan sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
    “(Panasnya) api yang kalian (Bani Adam) nyalakan di dunia ini merupakan sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya api neraka Jahannam.

    Para sahabat bertanya:“Demi Allah, apakah itu sudah cukup wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam?”

    Rasul bersabda:“(Belum), sesungguhnya panasnya sebagian yang satu melebihi sebagian yang lainnya sebanyak enam puluh kali lipat.”

    (HR. Muslim no. 2843)

    Api neraka itu juga melontarkan bunga-bunga api. Seberapa besar dan bagaimana warna bunga api tersebut?

    Allah SWT telah gambarkan hal tersebut dalam surat Al Mursalat: 32-33 (artinya):
    “Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah seperti iringan unta yang kuning.”

    Berkata Asy Syaikh As Sa’di dalam tafsir ayat ini:“Sesungguhnya api neraka itu hitam mengerikan dan sangat panas.”

    bersedekah dalam Al-Lail





    فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى
    [92.5] Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
    وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى
    [92.6] dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
    فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
    [92.7] maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.


    Dalam tafsir Fi Zhilaalil Quran karya Sayyid Quthb diterangkan :
    “Orang yang memberi, bertaqwa, dan membenarkan pahala yang terbaik, sesungguhnya dia telah melakukan upaya optimal untuk membersihkan jiwanya dan membimbingnya. Saat itulah ia berhak mendapatkan pertolongan dan taufiq Allah yang telah ditetapkan atas diri-Nya sendiri dengan kehendak dan kemauan-Nya. Tanpa pertolongan dan taufiq dari-Nya tidak akan ada sesuatu yang terjadi, dan manusia tidak akan mampu melakukan sesuatu.”

    takwa terindah dalam Al-Lail



    Allah menjanjikan tempat yang mulia dan derajat yang tinggi bagi kita yang bertakwa . Apa dan bagaimana bertakwa itu?? Allah Sang Pengasih mengajarkan kepada kita melalui Al Quran tentang beberapa pemahaman tentang takwa. Kali ini, mari kita melihat sebuah definisi takwa yang indah dalam surat Al Lail, sebuah surat ke-92 …


    17. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,

    18. Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,

    19. Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,

    20. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi.

    21. Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan.


    Kita banyak melakukan transaksi dalam hidup kita. Dan, transaksi-transaksi itu banyak menjadi motif dalam tindakan, perbuatan dan amal kita. Sebuah motif yang wajar bagi homo economicus seperti kita. Namun, ada individu-individu terpilih, yang karena cintanya kepada Allah, melakukan pengorbanan bukan karena motif transaksi melainkan semata-mata karena Allah, karena ingin ‘menyenangkan’ Allah, karena mendambakan keridhaan Allah … Mari kita ikuti kisah berikut, yang merupakan latar belakang turunnya ayat diatas …

    Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang pemilik pohon kurma mempunyai pohon yang mayangnya menjulur ke rumah tetangganya seorang fakir yang banyak anaknya. Tiap kali pemilik kurma itu memetik buahnya ia memetiknya dari rumah tetangganya, dan apabila ada kurma jatuh dan dipungut oleh anak-anak itu, ia segera turun dan merampasnya dari tangan anak-anak itu, bahkan yang sudah masuk ke mulut anak-anak itupun dipaksa dikeluarkannya.

    Orang fakir itu mengadukan hal itu kepada Nabi saw. dan beliau berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian Rasulullah saw. bertemu dengan pemilik kurma itu dan bersabda: “Berikanlah kepadaku pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah si Anu, dan bagianmu sebagai gantinya pohon kurma di surga.” Pemilik pohon kurma itu berkata: “Hanya sekian tawaran tuan?” Aku mempunyai banyak pohon kurma dan pohon kurma yang diminta itu paling baik buahnya.” Pemilik pohon kurma itu pergi.

    Pembicaraan dengan Nabi saw. itu terdengar oleh seorang Dermawan yang langsung menghadap kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Apakah tawaran tuan itu berlaku juga bagiku, jika pohon kurma itu telah menjadai milikku?” Rasulullah menjawab: “Ya.”

    Maka pergilah orang itu menemui pemilik pohon kurma itu. Pemilik pohon kurma itu berkata: “Apakah engkau tahu bahwa Muhammad saw. menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetanggaku? Dan bahwa aku telah mencatat tawarannya, akan tetapi buahnya sangat mengagumkan, padahal aku banyak mempunyai pohon kurma, dan tidak ada satupun pohon yang selebat itu.”

    Maka berkata orang dermawan itu: “Apakah kau mau menjualnya.” Ia menjawab: “Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memnuhi keinginanku, akan tetapi pasti tidak akan ada yang sanggup.” Dermawan itu berkata lagi: “Berapa yang engkau inginkan?” Ia berkata: “Aku inginkan empat puluh pohon kurma.” Ia pun terdiam kemudian berkata lagi: “Engkau minta yang bukan-bukan, baik aku berikan empat puluh pohon kurma kepadamu, dan aku minta saksi jika engkau benar mau menukarnya.” Ia memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu.

    Dermawan itu pun menghadap kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Ya Rasulullah! Pohon kurma itu telah menjadi milikku dan akan aku serahkan kepada tuan.” Maka berangkatlah Rasulullah saw. kepada pemilik yang fakir itu dan bersabda: “Ambillah pohon kurma ini untukmu dan keluargamu.”

    (Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan yang lainnya dari al-Hakam bin Abban dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

    Semoga Allah Sang Pengasih memberikan kemampuan dan kekuatan kepada kita untuk meneladani kisah tersebut. Sehingga kita akan merasakan nikmatnya indahnya cinta Allah, di dunia dan di akhirat …

    Amiin …

    Al-Lail ada peringatan api neraka




    "Maka (serentak dengan memberi hidayah petunjuk) Aku juga telah memberi amaran mengingatkan kamu akan api neraka yang marak menjulang."

    ( Surah al-Lail:14)

    Al-Lail menambah rezki





    petua menambah rezki

    1. Menunaikan solat dengan penuh khusyuk.

    2. Rajin melakukan solat sunat Dhuha.

    3. Mengerjakan solat Fajar dan Witir di rumah.

    4. Tidak membincangkan soal keduniaan selepas menunaikan solat Witir.

    5. Membaca surah Al-Waqiah. Baca pada waktu tengah malam terutamanya ketika orang lain sedang tidur.

    6. Membaca Surah Al-Mulk

    7. Membaca Surah Al-Muzammil

    8. Membaca Surah Al-Lail.

    9. Memperbanyakkan selawat ke atas Nabi S.A.W setiap hari.

    tafsir surah Al-Lail

    Surah ini dimulai dengan sumpah Allah tentang:

    1. Malam apabila menutupi alam keliling dengan kegelapannya (1)

    2. Siang apabila terang benderang sehngga menampakkan dengan jelas yang remang dan tersembunyi (2).

    3. Penciptaan laki-laki dan perempuan, jantan dan betina (3). Allah bersumpah dengan hal-hal yang bertolak belakang itu untuk menegaskan bahwa sesungguhnya usaha kami wahai manusia sungguh berbeda-beda [4], sebagaimana perbedaan malam dan siang dan lelaki dan perempuan. Ada yang bermanfaat, ada juga yang merusak, ada yang berdampak kebahagiaan dan ada juga kesengsaraan.

    Jika demikian itu, keragaman amal perbuatan manusia, maka tentu saja dampaknya pun akan berbeda, Nah, ayat-ayat berikut menjlaskan dampak tersebut, yakni: adapun orang yang memberi dengan ikhlas apa yang dalam genggaman tangan dan kemampuannya serta melakukan aneka kewajiban yang dipikulnya, dan dia bertakwa (5), yakni berupaya menghindari siksa Ilahi dengan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya serta membenarkan adanya kesudahan yang terbaik (6), antara lain kemenangan, ganjaran, atau surga yang dijanjikan Allah, maka Allah bersama dengan makhluk-makhluk yang Dia tugaskan akan memudahkan baginya jalan kemudahan (7), yakni Allah akan menyiapkan untuknya aneka jalan yang mengantarkannya kepada kemudahan dan ketenangan dengan mengarahkannya kepada jalan kebaikan.

    Sedang yang kikir dan merasa dirinya cukup sehingga mengabaikan orang lain atau mengabaikan tuntutan Allah dan Rasul-Nya (8) serta mengingkari keniscayaan Kiamat atau kesudahan yang terbaik [9], maka kelak Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesukaran (10). Jangan duga bahwa hartanya tidak berguna baginya apabila dia telah binasa, yakni setelah meninggalnya nanti.

    Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 1-11

    1. Manusia dalam hidup ini berbeda perangai, kecenderungan, pandangan dan perhatian. Usahanya bermacam-macam dan berbeda-beda dalam substansi, motivasi dan arahnya, sehingga dampak dan hasilnya pun pasti berbeda-beda.

    2. Malam bertingkat-tingkat kepekatan hitamnya, demikian juga siang dengan kejelasannya. Ini mengisyaratkan juga bertingkat-tingkat amalan manusia, yang baik dan yang buruk. Ada yang mencapai puncak -kebaikan atau keburukan- dan ada juga yang belum/tidak mencapainya.

    3. Kebaikan pada dasarnya dapat dilakukan dengan mudah, karena sejalan dengan jati diri manusia. Berbeda dengan keburukan, yang ditutup-tutupi dan dikerjakan dengan berpayah-payah menyembunyikannnya. Kebaikan dapat dilakukan dengan santai, bahkan ada kecenderungan untuk menampakannya.

    4. Sebelum Allah mempermudah bagi seseorang untuk menelusuri jalan kebahagiaan atau sebaliknya, yang bersangkutan terlebih dahulu harus aktif melakukan sesuatu. Dalam konteks meraih kemudahan, yang bersangkutan harus memberi, bertakwa, serta membenarkan adanya kesudahan terbaik. Sebaliknya, yang memperoleh kesulitan adalah yang kikir dan merasa dirinya cukup serta mendustakan keniscayaan Kiamat.

    ringkasan surah Al-Lail



    1. Demi malam apabila ia menyelubungi segala2nya dengan gelap-gelitanya. Dan siang apabila ia lahir terang-benderang.
    2. Demi Yang menciptakan makhluk2Nya lelaki dan perempuan, jantan dan betina.

    3. Sesungguhnya amal usaha kamu adalah berbagai2 keadaannya. Jelasnya: adapun orang yang memberikan apa yang ada padanya ke jalan kebaikan dan bertaqwa mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan segala laranganNya. Serta ia mengakui dengan yakin akan perkara yang baik. Maka sesungguhnya Kami akan memberikannya kemudahan untuk mendapat kesenangan Syurga.

    4. Sebaliknya: orang yang bakhil daripada berbuat kebajikan dan merasa cukup dengan kekayaan dan kemewahannya. Serta ia mendustakan perkara yang baik. Maka sesungguhnya Kami akan memberikannya kemudahan untuk mendapat kesusahan dan kesengsaraan.

    5. Dan apakah pertolongan yang dapat diberi kepadanya oleh hartanya apabiha ia telah terjerumus ke dalam azab seksa hari akhirat?

    6. Sesungguhnya tanggungan Kamilah memberi hidayah petunjuk tentang yang benar dan yang salah. Dan sesungguhnya Kamilah yang menguasai hari akhirat dan alam dunia. Maka serentak dengan memberi hidayah petunjuk Aku juga telah memberi amaran mengingatkan kamu akan api neraka yang marak menjulang.

    7. Yang tidak akan menderita bakarannya melainkan orang yang sungguh celaka. Yang telah mendustakan kebenaran dan berpaling ingkar.

    8. Dan sebaliknya akan dijauhkan azab neraka itu daripada orang yang sungguh bertaqwa. Yang mendermakan hartanya dengan tujuan membersihkan dirinya dan hartabendanya. Sedang ia tidak menanggung budi sesiapapun, yang patut di balas.

    9. Hanyalah mengharapkan keredaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.

    10. Dan demi sesungguhnya, ia tetap akan berpuas hati pada hari akhirat, dengan mendapat segala yang diharapkannya.

    terjemahan Al-Lail



    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
    Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang



    وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى
    [92.1] Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),

    وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى
    [92.2] dan siang apabila terang benderang,

    وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثَى
    [92.3] dan penciptaan laki-laki dan perempuan,

    إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى
    [92.4] sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.

    فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى
    [92.5] Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,

    وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى
    [92.6] dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),

    فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
    [92.7] maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.

    وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى
    [92.8] Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,

    وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى
    [92.9] serta mendustakan pahala yang terbaik,

    فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
    [92.10] maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.

    وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى
    [92.11] Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.

    إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى
    [92.12] Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk,

    وَإِنَّ لَنَا لَلآخِرَةَ وَالأولَى
    [92.13] dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia.

    فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى
    [92.14] Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.

    لا يَصْلاهَا إِلا الأشْقَى
    [92.15] Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,

    الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى
    [92.16] yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).

    وَسَيُجَنَّبُهَا الأتْقَى
    [92.17] Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,

    الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى
    [92.18] yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,

    وَمَا لأحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى
    [92.19] padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,

    إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الأعْلَى
    [92.20] tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.

    وَلَسَوْفَ يَرْضَى
    [92.21] Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.

    Al-Lail -pengenalan




    Surah Al-Lail (سورة الليل) adalah surah ke-92 dalam Al Quran. Surat ini terdiri atas 21 ayat, termasuk golongan surah Makkiyah, diturunkan sesudah Surah Al-‘Alaq. Surat ini dinamai Al Lail (malam), diambil dari perkataan Al Lail yang terdapat pada ayat pertama surat ini.


    isi kandungan

  • Usaha manusia itu berlainan, kerana itu balasannya berlainan pula;

  • orang yang suka berderma, bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang baik dimudahkan Allah baginya melakukan kebaikan yang membawa kepada kebahagiaan di akhirat, tetapi orang yang dimudahkan Allah baginya melakukan kejahatan-kejahatan yang membawa kepada kesengsaraan di akhirat, harta benda tidak akan akan memberi manfaat kepadanya;

  • orang yang bakhil merasa dirinya cukup dan mendustakan adanya pahala yang baik.


  • Surat Al-Lail menerangkan bahawa amalan-amalan yang dikerjakan dengan tulus ikhlas semata-mata mencari keredhaan Allah itulah yang membawa kebahagiaan di akhirat kelak.

    kemuliaan orang yang solat dhuha

    kemuliaan-sholat-dhuha


    Orang yang suka memulai di pagi harinya dengan menyebut dan mengagungkan Allah dengan melakukan shalat dhuha yakni shalat sunnat dua rakaat sekali, dua kali, tiga kali atau empat kali sesudah naik matahari kira-kira antara jam 7 sampai dengan jam 11, Allah SWT akan menjamin baginya dengan jaminan istimewa di dunia dan akhirat.
    Perbuatan tersebut adalah kebiasaan yang dilakukan Rasulullah SAW selama hidupnya, sebagaimana beberapa keterangan antara lain :
    “Telah berkata Abu Huraerah : Kekasih saya, (Nabi Muhammad SAW) telah berwasiat tiga perkara kepada saya, yaitu puasa tiga hari tiap-tiap bulan, sembahyang dhuha dua rakaat dan sembahyang witir sebelum tidur”. (Hadits Shahih Riwayat Bukhari Muslim).
    “Ada orang bertanya kepada Aisyah : Adakah Rasulullah SAW sembahyang dhuha? Jawabnya : Ada, empat rakaat, dan terkadang ia tambah yang dikehendaki oleh Allah”. (H.R. Muslim).
    “Telah berkata Ummu Hani : Rasulullah SAW pernah pergi mandi, dan dilindungi oleh Fatimah, kemudian ia ambil kainnya, lalu berselimut dengan itu, kemudian ia sembahyang delapan rakaat, sembahyang Dhuha”. (Riwayat Bukhari Muslim 318 – Pengajaran Shalat).
    Memang SHALAT DHUHA merupakan keistimewaan yang luar biasa, sebab manusia akan merasa berat dan bahkan terlalu berat disaat-saat yang tanggung untuk berangkat kerja atau sedang kerja (sekitar jam 7 hingga jam 11), dia menyempatkan diri dulu buat melakukan shalat sunnat tersebut.
    Padahal dirasa berat hanyalah apabila belum biasa dan belum tahu keistimewaannya. Lain halnya dengan orang yang sudah tahu keistimewaannya dan imannya pun cukup kuat, tentu walau bagaimanapun keadaannya, apakah dia mau berangkat, ataukah sedang dikantor, tentu ia mengutamakan shalat itu barang sebentar, ia merasa sayang akan keutamaan ridha Allah yang ada pada shalat tersebut.
    Keutamaan shalat DHUHA dalam pahalanya memadai buat mensucikan seluruh anggota tubuh yang padanya ada hak untuk dikeluarkan shadaqahnya. Sebagimana keterangan Rasulullah SAW bahwa setiap persendian itu ada hak untuk dikeluarkan shadaqahnya. Sedang dengan tasbih, tahmid, takbir dan amar ma’ruf nahyil munkar, cukuplah memadai buat kafarat kepada haq tersebut. Tapi semua itu cukuplah memadai dengan shalat DHUHA dua rakaat :
    “Dari Abu Huraerah ridliyallhu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda : Pada tiap-tiap persendian itu ada shadaqahnya, setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah (bacaanya : SUBHANALLAH/ MAHA SUCI ALLAH, ALHAMDULILLAH/ SEGALA PUJI BAGI ALLAH, LAA ILAHA ILLALLAHU/TIADA TUHAN SELAIN ALLAH, ALLHU AKBAR/ALLAH MAHA BESAR), setiap amar ma’ruf nahyil munkar itu shadaqah. Dan cukuplah memadai semua itu dengan memperkuat/melakuka n dua rakaat shalat dhuha” (Riwayat Muslim – Dalilil Falihin Juz III, hal 627).
    Dalam hadits qudsi disebutkan bahwa shalat empat rakaat dipagi hari, Allah bakal menjamin dan mencukupkan segalanya dengan limpahan barakah sepanjang hari itu, sehingga bathinpun akan terasa damai walau apapun tantangan hidup yang merongrong, karena dia telah sadar semua itu ketetapan Allah :
    “Hai anak Adam, tunaikanlah kewajibanmu untuk KU, yaitu sembahyang empat rakaat pada pagi hari, niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu” (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Abu Ya’la).
    Dengan lafadz lain berbunyi :
    “Hai anak Adam, bersembahyanglah untuk KU empat rakaat pada pagi hari, aku akan mencukupimu sepanjang hari itu” (Riwayat Ahmad dari Abi Murrah).
    Coba renungkankan isi daripada do’a setelah shalat dhuha itu, nadanya seolah-olah memaksa untuk diperkenankan oleh Allah. Dan memang demikianlah lafadz do’a tersebut diajarkan oleh Rasulullah SAW :
    “Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha (milik) Mu, kecantikan ialah kencantikan (milik) Mu, keindahan itu keindahan (milik) Mu, kekuatan itu kekuatan (milik) Mu, kekuasaan itu kekuasaan (milik) Mu, dan perlindungan itu perlindungan Mu”.
    Ya Allah, jika rizqiku masih diatas langit, turunkanlah (berlafadz perintah), dan jika ada di didalam bumi, keluarkanlah, jika sukar, mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba Mu yang shaleh”.
    Itulah keistimewaan dan keutamaan shalat DHUHA, didunia memberikan keberkahan hidup kepada pelakunya, diakheratpun /di hari kiamat orang itu dipanggil/dicari Tuhan untuk dimasukkan ke dalam syurga, sebagaimana sabda Nya didalam hadits qudsi :
    “Sesungguhnya di dalam syurga, ada pintu yang dinamakan pintu DHUHA, maka ketika datang hari kiamat memanggillah (yang memanggil Allah), dimanakah orang yang selalu mengerjakan sembahyang atas Ku dengan sembahyang DHUHA? inilah pintu kamu, maka masuklah kamu ke dalam syurga dengan rahmat Allah”. (Riwayat Thabrani dari Abu Huraerah).

    waktu afdhal solat dhuha




    Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”. [HR. Muslim]

    - Penjelasan:
    Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta.
    Jadi dari rincian penjelasan diatas dapat disimpulkan waktu yg paling afdol untuk melaksanakan dhuha adalah Antara jam 08:00 AM ~ 11:00 AM.

    tafsir adh-dhuha dari seorang sahabat




    001. (Demi waktu Dhuha) yakni waktu matahari sepenggalah naik, yaitu di awal siang hari; atau makna yang dimaksud ialah siang hari seluruhnya.

    002. (Dan demi malam apabila telah sunyi) telah tenang, atau telah menutupi dengan kegelapannya.

    003. (Tiada meninggalkan kamu) tiada membiarkan kamu sendirian, hai Muhammad (Rabbmu, dan tiada pula Dia benci kepadamu) atau tidak senang kepadamu. Ayat ini diturunkan setelah selang beberapa waktu yaitu lima belas hari wahyu tidak turun-turun kepadanya, kemudian orang-orang kafir mengatakan, sesungguhnya Rabb Muhammad telah meninggalkannya dan membencinya.

    004. (Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu) maksudnya kehidupan di akhirat itu lebih baik bagimu, karena di dalamnya terdapat kemuliaan-kemuliaan bagimu (dari permulaan) dari kehidupan duniawi.

    005. (Dan kelak Rabbmu pasti memberimu) di akhirat berupa kebaikan-kebaikan yang berlimpah ruah (lalu kamu menjadi puas) dengan pemberian itu. Maka Rasulullah saw. bersabda, "Kalau begitu mana mungkin aku puas, sedangkan seseorang di antara umatku masih berada di neraka." Sampai di sini selesailah Jawab Qasam, yaitu dengan kedua kalimat yang dinisbatkan sesudah dua kalimat yang dinafikan.

    006. (Bukankah Dia mendapatimu) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir atau menetapkan (sebagai seorang yatim) karena ayahmu telah mati meninggalkan kamu sebelum kamu dilahirkan, atau sesudahnya (lalu Dia melindungimu) yaitu dengan cara menyerahkan dirimu ke asuhan pamanmu Abu Thalib.

    007. (Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung) mengenai syariat yang harus kamu jalankan (lalu Dia memberi petunjuk) Dia menunjukimu kepadanya.

    008. (Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan) atau orang yang fakir (lalu Dia memberikan kecukupan) kepadamu dengan pemberian yang kamu merasa puas dengannya, yaitu dari ganimah dan dari lain-lainnya. Di dalam sebuah hadis disebutkan, "Tiadalah kaya itu karena banyaknya harta, tetapi kaya itu adalah kaya jiwa."

    009. (Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang) dengan cara mengambil hartanya atau lain-lainnya yang menjadi milik anak yatim.

    010. (Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya) membentaknya karena dia miskin.

    011. (Dan terhadap nikmat Rabbmu) yang dilimpahkan kepadamu, yaitu berupa kenabian dan nikmat-nikmat lainnya (maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya) yakni mengungkapkannya dengan cara mensyukurinya. Di dalam beberapa Fi'il pada surah ini Dhamir yang kembali kepada Rasulullah saw. tidak disebutkan karena demi memelihara Fawashil atau bunyi huruf di akhir ayat. Seperti lafal Qalaa asalnya Qalaaka; lafal Fa-aawaa asalnya Fa-aawaaka; lafal Fahadaa asalnya Fahadaaka; dan lafal Fa-aghnaa asalnya Fa-aghnaaka

    waktu paling bererti

    142044001_639ea943f4.jpg



    Allah berfirman di dalam surah Ad Dhuha: ” Wadhuha wallaili izasaja.”
     
    Maksudnya:
    ”Demi waktu dhuha dan demi waktu malam bila ia belabuh.” (Ad Dhuha: 1-2)

    Waddhuha` ertinya `demi waktu dhuha` dan `wallaili` ertinya `demi waktu malam`.

    Kita akan bahaskan dua perkataan Al Quran ini sahaja. Maksudnya Tuhan bersumpah dengan waktu dhuha dan Tuhan bersumpah dengan waktu malam. Perlu diingat bahawa bila Tuhan bersumpah dengan satu perkara atau keadaan, itu menunjukkan sesuatu perkara atau keadaan itu sangat penting. Ia suatu perkara yang menarik perhatian. Kalau tidak penting tentu Tuhan tidak sebut. Tuhan tidak berkata,”Demi habuk” atau “demi debu” yang manusia tidak manfaat darinya. Bila Tuhan bersumpah dengan sesuatu benda, perkara atau keadaan, itu sesuatu yang besar, yang manusia akan dapat manfaat penting darinya.

    Bila mana Tuhan bersumpah dengan waktu dhuha, ia membawa beberapa tafsiran:

    1.Waktu dhuha adalah waktu yang memberi erti sangat besar kepada kehidupan manusia. Waktu dhuha adalah waktu penting yang mesti diberi perhatian

    2.Waktu dhuha itu 15 min selepas waktu Isyrak (terbit matahari) sehingga kedudukan matahari tepat dan tegak diatas kepala. Ertinya kedudukan matahari penting diperhatikan manusia.

    3.Waktu dhuha adalah waktu paling berfaedah buat manusia. Manusia baru bangun dari tidur, otak dan tenaga masih segar. Bila otak dan tenaga yang segar bertemu dengan waktu dan suasana yang segar, akan memberi hasil dan faedah yang banyak.

    Waktu inilah orang hendak keluar bekerja, hendak mengaji, hendak berniaga, bertani, hendak ke pejabat, hendak belajar, hendak mengajar dan sebagainya. Waktu ini juga bagi kebanyakan negeri-negeri terutama di timur tidak terlalu panas dan tidak terlalu sejuk. Ini menyebabkan kita seronok bekerja dan tidak cepat letih. Kebetulan pula kita baru bangun dari tidur, otak masih segar, tenaga masih segar dan masih baru. Kalau bertani akan mendapat hasil yang banyak. Kalau sedang belajar, waktu ini juga kita boleh menerima banyak ilmu.

    Walaupun boleh bekerja hanya untuk 3 atau 4 jam diwaktu dhuha tetapi hasilnya lebih banyak daripada 10 jam. Kerana itulah itu Tuhan bersumpah dengan waktu dhuha. Jadi kena jaga waktu ini. Inilah waktu perdana (prime time) di mana manusia boleh berusaha dan memberikan hasil yang maksima.

    amalan pembuka pintu rezki




    Dalam menjalankan perniagaan , perlulah kita mengetahui amalan-amalan dalam Islam yang boleh kita sama-sama amalkan untuk mendekatkan diri kepadaNya di samping dapat membuka lagi pintu rezeki. Di sini saya kongsikan sedikit info tentang Solat Dhuha yang merupakan satu amalan sunat yang sangat- sangat dituntut dalam Islam untuk sama- sama kita amalkan.
    Solat dhuha adalah solat sunat ab'adh yang amat dituntut bagi Nabi Muhammad selain solat witir. Kita sebagai umatnya sebaiknya mengikuti anjuran Nabi kita. Bukankah Nabi itu contoh ikutan yang baik?

    Solat didirikan pada waktu dhuha - kira-kira matahari segalah, 8.00-10.30 pagi waktu Malaysia. Ketika ini, pagi amat cerah, suam haba dengan vitamin percuma matahari. Waktu inilah yang dilarang tidur, kerana ketika ini rezeki dan rahmat sedang disebarkan.

    Amnya, solat asasnya mudah saja, mungkin sekitar 3-5 minit saja. Lagi bagus jika dipanjangkan sesuai dengan pergerakan, bacaan , keperluan diri dan kesungguhan hati.
    Cara:
    Niat "Sahaja aku solat dhuha, 2 rakaat, sunat, kerana Allah Ta'ala".
    Terpulang untuk surah bacaan selepas Al-Fatihah bagi rakaat 1 dan 2. Aku suka baca Surah As-Syams (rakaat 1) dan Surah Adh-Dhuha (rakaat 2); atau Surah Adh-Dhuha (rakaat 1) diikuti Surah Al-Insyirah (rakaat 2).
    Boleh tambah lagi beberapa solat lagi, jika rajin dengan 2 rakaat 1 salam. Bacalah surah-surah lain pula.
    Doa selepas solat sunat dhuha:

    Maksudnya:
    Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu.

    Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar.. mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh.

     
    “Solat duha itu mendatangkan rezeki dan menolak kemiskinan, dan tidak ada yang memelihara solat kecuali hanya orang yang bertaubat.”
    - Hadis Riwayat Tirmizi

    berfikiran positif

    http://asysyifausakti.files.wordpress.com/2009/07/time.jpg
    Surat Adh-Dhuha memberikan pengajaran dengan sangat mendalam tentang Berpikir Positif. Di lain pihak, Shalat Sunnah Dhuha banyak dianggap sebagai Shalat Sunnah mohon rezki. Lantas apa hubungan dari hal itu semua?

    Arti dari Dhuha adalah saat matahari naik di pagi hari. Oleh karena itu waktu ideal melaksanakan shalat Dhuha adalah ketika matahari naik sepenggalan atau sekitar pukul 8, walaupun diperkenankan sejak matahari mulai terbit (sekitar pukul 6.00 s.d 6.30).

    Surat ini dimulai dengan qasam (sumpah) dengan huruf wâw (و) dan dhuhâ (ضُحَى) sebagai muqsamu bih-nya (مُقْسَمٌ بِهِ, obyek yang digunakan untuk bersumpah). Pendapat yang berlaku di kalangan ulama terdahulu mengatakan bahwa sumpah al-Qur’an dengan wâw mengandung makna pengagungan terhadap muqsamu bih (مُقْسَمٌ بِهِ). Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa sumpah Allah dengan sebagian makhluk-Nya menunjukkan bahwa ia termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya yang besar. Menurut Muhammad Abduh, sumpah dengan dhuhâ (cahaya matahari di waktu pagi) dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya dan besarnya kadar kenikmatan di dalamnya. Berarti pada saat matahari naik di pagi hari (Dhuha) dan pada saat sunyinya malam ada rahasia penting tentang nikmat Allah di dalamnya.

    Mari kita renungkan satu persatu lanjutan ayat-ayatnya.

    مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ

    “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu”

    Para mufassir sepakat bahwa latar belakang turunnya surat ini adalah keterlambatan turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW Keadaan ini dirasakan berat oleh Rasul, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa Muhammad SAW telah ditinggalkan oleh Tuhan nya dan dibenci-Nya.

    Ayat ini memberikan taujih (arahan) kepada Rasulullah SAW agar tetap berpikir positif kepada Allah SWT, dan tidak menduga-duga hal negatif atau hal buruk seperti yang ada di pikiran orang-orang munafik dan musyrik.

    وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ ۚ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ

    “dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk…” (QS. 48 ayat 6)

    Jika pun hidup kita berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Yakinlah hari-hari kemudian akan lebih baik dari hari-hari sekarang dan hari-hari yang telah lalu.

    وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ

    “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)”

    Berprasangka baiklah Allah SWT akan memberikan karunia dan rahmat yang besar di hari-hari esok, dan JANGAN BERPUTUS ASA!

    اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْفَأَلَ و يَكْرَهُ التَّسَاؤُم

    Sesungguhnya Allah mencintai sikap optimis dan membenci sikap putus asa” (Hadits)

    Kalaupun sepanjang hidup kita di dunia selalu dalam kesulitan dan kesempitan, kita tetap berpikir positif bahwa kelimpahan dan kenikmatan akan Allah berikan kepada kita di Hari Akhirat. Maka orang yang bisa berpikir positif seperti itu, tetap tersenyum bahagia dalam menjalankan kehidupan sulitnya di dunia.

    وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ

    “Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas”

    Optimis dan yakin berjumpa Allah di hari Akhir nanti dan mendapatkan limpahan karunia-Nya yang tak terkira, sungguh akan memuaskan hati kita. Karunia Allah kepada penduduk dunia seperti air menetes dari jari yang dicelupkan ke lautan, dibandingkan karunia Allah di hari Akhirat yang seluas lautan itu sendiri.

    Bagaimana agar kita selalu berpikir positif? Ingatlah semua nikmat-nikmat Allah yang jika kita hitung tentu tidak akan sanggup.

    أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ, وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ, وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى

    “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?”

    Ingat, renungkan rasakan betapa luas nikmat Allah kepada kita. Apa nikmat Allah yang paling Anda syukuri? Di antaranya adalah, Anda bisa melihat tulisan ini, yang melibatkan kerja milyaran sel, prajurit-prajurit Allah SWT. Bagaimana jika sel-sel itu tidak bekerja?

    Mari kita bersyukur dengan lisan, pikiran dan perasaan. Nikmat sekecil apapun! Dengan lisan ucapkan “Alhamdulillah”, didukung dengan pikiran dan perasaan kita. Sampaikan rasa terima kasih tak berhingga seperti seorang pengemis yang berhari-hari kekurangan makan dan diberi makan oleh seorang kaya, seperti seorang pasien yang sudah berbulan-bulan menderita sakit dan disembuhkan dengan bantuan seorang dokter. Yang Allah berikan kepada kita lebih dari orang kaya dan dokter tersebut di atas, namun mengapa kita lupa mengucapkan terima kasih kepada-Nya? Pantas jika Allah belum menambah nikmat kepada kita, nikmat-nikmat yang lalu saja belum kita syukuri sebagaimana mestinya.

    Kalaupun ada kesulitan dan kekurangan dalam hidup kita, tetap saja karunia dan kelimpahan dari Allah masih jauh lebih besar. Lihatlah ke bawah, orang-orang yang lebih susah dari kita, lebih sakit dari kita, lebih miskin dari kita. Jangan selalu melihat ke atas. Melihat ke bawah akan menghaluskan jiwa, melembutkan perasaan, menghidupkan syukur dan mengobati stress, ketidakpuasan dan putus asa.

    Setelah bersyukur dengan lisan, pikiran dan perasaan, syukur sejati adalah syukur dengan ‘amal.

    فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ, وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ

    “Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.”

    Seorang yang bersyukur akan memanfaatkan nikmat-nikmat yang diperolehnya untuk ibadah, amal shalih, dan perbuatan baik terhadap sesama. Itulah yang dimaksud dalam ayat pamungkas surat ini :

    وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

    Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. Wallahu a’lam.