Tuesday, 18 June 2013

Tafsir Surat Al Waqi’ah






Surat ini digolongan sebagai surat-surat pendek, pada Hakikatnya temanya sama dengan surat al-Zalzalah yang penekanannya ditujukan pada suasana hari kiamat dan penyerahan buku amal perbuatan manusia, bahkan dalam tafsir ibnu katsir dikatakan bahwa salah satu makna surat al-Waqi’ah adalah az-Zalzalah. 

Penjelasan dalam surat Al- Waqi’ah lebih mendetail dan rinci tentang hari kiamat, hari akhir, tentang surga dan neraka.Surat al-Waqi’ah ini tergolong Surat Makkiyah, yang menjelaskan tentang keimanan kepada hari akhir. Keimanan yang sangat penting bagi seorang mukmin dan diantara rukun Iman yang enam adalah Iman kepada Allah dan Hari Akhirat.


Dalam surat Al Baqarah ayat 177 disebutkan bahwan Iman kepada Allah itu digandengkan dengan Iman kepada Hari Akhir.

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah dan hari Kemudian”

Bukan saja pengandengan itu disebutkan dalam al-Qur’an saja tetapi di dalam hadits-hadits Rasulullah Saw juga menyatakan demikian,
dengan kalimat:

من كان يؤمن بالله واليوم الاخر………

Karenanya, keyakinan kepada akhirat ini sangat ditekankan. Dengan kata lain peningkatan ibadah itu tergantung pada keimanan kita terhadap hari akhirat.

Allah Swt menyebutkan di dalam surat al-Munafiqun bahwa ketika manusia sedang dalam keadaan sakaaratul maut, seorang itu semakin ingin melakukan kebaikan dan beramal sholeh. Sebagaimana Allah firmankan:10.

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?”

ayat 11.

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.”

Dengan demikian, kita sering menjumpai bila ada peristiwa kematian, kecendrungan manusia yang masih hidup untuk beramal sholeh menjadi meningkat. Ia sadar bahwa jenazah itu perlu dibekali dengan amal shaleh. Kita saksikan ada yang dingajikan sampai berbulan-bulan, berminggu-minggu, bahkan ada sampai yang bertahun-tahun untuk orang yang meninggal tadi. Karenanya dapat ditarik kesimpulan bahwa peristiwa kematian seseorang diantara kita ini sangat penting untuk memantapkan keyakinan dan keimanan kita terhadap akhirat.

Diceritakan di zaman Rasulullah saw, ada kebiasaan umum di kalangan para sahabat ketika mereka sedang berkumpul di masjid atau di manapun, mereka mendiskusikan hal yang paling penting dalam kehidupan mereka, yaitu mereka mendiskusikan tentang akhirat.

Suatu kali Rasulullah Saw masuk ke dalam masjid dan bersamaan dengan kedatangan Nabi didapati para sahabat sedang berdiskusi. Kemudian Rasulullah Saw bergabung dan bertanya kepada mereka:

”Kalian sedang berdiskusi tentang apa?”

Mereka menjawab:

”Kami sedang berdiskusi tentang hari kiamat”.

Seorang shahabat yang bernama al-Harits mengungkapkan, ketika Ia ditanya oleh Rasulullah Saw:

”Apa kabarmu hari ini wahai Haris?”

Ia menjawab:

“Iman saya hari ini mantap sekali ya Rasulullah, seakan-akan saya melihat penghuni syurga itu saling menziarahi, dan penghuni neraka itu sedang menjerit-jerit dan meminta pertolongan”.

Dengan riwayat ini kita menyaksikan bahwa para shahabat Rasulullah Saw sangat peduli dan memperhatikan kehidupan ba’da dunia yaitu kehidupan akhirat.

Penulis dan ulama muslim DR. Nu’aim Yassin menulis buku yang berjudul tentang keimanan, hakikatnya, rukun-rukunnya, dan hal-hal yang membatalkan keimanan. Dalam bukunya ia menulis bahwa ia memperhatikan al-Qur-anul Karim yang standar yang terdiri dari 604 halaman, kita sering menyebutnya dengan ’al-Qur-an Madinah, dikatakan oleh beliau bahwasannya tidak ada satu halamanpun dalam halaman al-Qur-an yang tidak membicarakan tentang akhirat, bahkan ada dalam satu halaman yang sepenuhnya membicarakan tentang akhirat. 


sumber dari: qiraati.wordpress.com

No comments:

Post a Comment