Wednesday, 5 June 2013

KEMBALI KEPADA AL QUR’AN



BismillahirRahmanirRahim




Kemuliaan tidaklah terletak pada nasab, harta, dan jabatan. Namun ketakwaanlah yang menentukan mulia atau tidaknya seorang hamba di hadapan Robbul alamin. Maha benar Allah dengan firmannya dalam surat Al Hujurat :13,


“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”
Dan hanya orang-orang yang bertakwa pula lah yang menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman atau petunjuk dalam kehidupannya, mereka tidak ragu sedikitpun terhadap kebenaran yang terkandung di dalam Al Qur’an


Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,(QS 2:2)


Sudah jelas bagi kita jalan untuk meraih kemuliaan di mata Allah sebagai robb semesta alam yang menciptakan kita serta mengatur segala urusan kita. Yaitu dengan menjadi pribadi yang bertakwa, dan telah kita ketahui pula Al Qur’an lah pedoman untuk meraih kemuliaan tersebut. Al Qur’an sebagai risalah yang dibawa oleh Muhammad saw sebagai khotimul anbiya datang untuk menyempurnakan ajaran-ajaran terdahulu menjadi satu-satunya kitab yang wajib diikuti oleh umat Muhammad saw di manapun dan kapanpun. Pada suatu Umar bin Khattab ra datang kepada Rasulullah saw dengan sebuah kitab yang diperolehnya dari Ahli Kitab, Rasulullah saw pun marah kepada Umar ra seraya berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, seandainya Musa as masih hidup, niscaya dia akan mengikuti aku.”

Selain itu Al Qur’an juga berbeda dengan kitab-kitab terdahulu, Al Qur’an terbebas dari perubahan, pengurangan, atau penambahan yang dilakukan oleh pengikutnya. Allah telah menegaskan komitmenya selain menurunkan Al Qur’an, juga menjaga kemurniannya sampai hari kiamat kelak. Dimudahkan hamba-hambanya untuk menghafal Al Qur’an bahkan oleh anak-anak sekalipun, sehingga sekalipun seluruh mushaf di muka bumi ini dimusnahkan Allah masih menjaganya dalam hafalan sebagian hambanya.


Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya(Al Hijr:9)
Selain itu Allah menegaskan bahwa Al Quran bukanlah sebuah syair atau mantra sihir melainkan wahyu sekaligus bukti kenabian Muhammad saw yang lebih agung atas keduanya. Allah menantang orang-orang yang tidak percaya kebenaran Al Qur’an agar mereka membuat sesuatu yang semisal Al Qur’an atau jika tidak mampu satu surat atau satu ayat saja yang serupa dengan Al Qur’an dalam keindahan bahasa dan makananya.


dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(QS 2:23)
Seorang nabi palsu pada zaman khalifah Abu Bakr Ash Shiddiq ra Musailamah alkadzzab pernah mencoba meniru surat Al Fil dengan surat yang dikarangnya, “Alfiil, maal fiil, wa maa adrakamaal fiil, lahu dzanabun wabiilun, wa khurthuumun thawiil”. Lalu di lain kesempatan ketika bertemu dengan sahabatnya Amr bin Ash, dia mencoba meniru surat Al Ashr yang ketika surat itu diturunkan Amr bin Ash belum masuk Islam namun sudah mendengarnya. Musailamah bertanya kepada Amr bin Ash, “Surat apa yang turun kepada sahabatmu di Mekah itu?” ’Amr bin Ash menjawab, “Turun surat dengan tiga ayat yang begitu singkat, tetapi dengan makna yang begitu luas.” “Coba bacakan kepadaku surat itu!” Kemudian surat Al-’Ashr ini dibacakan oleh ‘Amr bin Ash. Lalu dia merenung sejenak, ia berkata, “Persis kepadaku juga turun surat seperti itu.” ‘Amr bin Ash bertanya, “Apa isi surat itu?” Musailamah menjawab: “Ya wabr, ya wabr. Innaka udzunani wa shadr. Wa sairuka hafrun naqr. Mendengar itu Amr bin Ash yang masih kafir tertawa terbahak-bahak sambil berkata, “Aku sebetulnya tahu bahwa yang kamu omongkan adalah dusta.”

Di era modern ini juga terdapat usaha yang lebih gencar untuk memalsukan Al Qur’an, pada tahun 2009 sebuah penerbit asal Amerika menerbitkan Al Qur’an palsu dengan judul hard cover “Furqanul Haq” dalam tulisan arab dan “True Furqan” dalam huruf latin, usaha ini pun gagal total. Sungguh maha benar Allah dalam firmannya,


Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.
Al Qur’an juga mempunyai nilai sastra yang tinggi sebagai bukti bahwa dia adalah wahyu bukan sebuah syair ataupun mantra sebuah sihir. Suatu hari al-Walid bin Mughirah, salah satu pembesar kafir quraisy bertemu dengan Abu Bakar ra dan bertanya kepadanya tentang Al Qur’an. Setelah Abu Bakar menjelaskan, dia berkata, “Sungguh menakjubkan apa yang dikatakan oleh Muhammad. Demi Allah, apa yang dikemukakannya itu bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula ocehan orang gila. Apa yang diucapkannya itu benar-benar merupakan firman Allah.”

Al Qur’an juga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa manusia sebagaimana yang terjadi pada peristiwa islamnya Umar bin Khattab ra. Dikisahkan bahwa beliau bersembunyi di balik tirai ka’bah dan mendengarkan Rasulullah saw membaca surat Al Haqqoh dan sejak saat itulah benih keislaman tertanam dalam jiwanya, dan menyatakan keislamannya setelah dibacakan surat Thoha di kediaman adik perempuannya.


Begitu juga Utbah bin Rabi’ah yang diutus kaumnya untuk menemui Rasulullah saw agar menghentikan dakwahnya. Ketika berjumpa dengan Rasulullah dibacakan kepadanya surat Al Fushilat 1-5, tersentuhlah jiwanya dan kembali kepada kaumnya dan menyuruh kaumnya untuk tidak lagi mengganggu dakwah Nabi saw.


Al Qur’an juga menceritakan kisah-kisah umat terdahulu sebagai pembelajaran atau I’tibar bagi kita semua dalam menjalani kehidupan ini. Terdapat kisah-kisah para nabi dan rosul terdahulu seperti Ayub as, Nuh as yang begitu sabar dan begitu gigih dalam menjalani ujian yang diberikan oleh Robbnya. Terdapat pula kisah-kisah kaum yang dibinasakan oleh Allah seperti kaum Ad, Tsamud atau kaum Nabi Luth as dikarenakan perbuatan dosa yang mereka lakukan telah melampaui batas.


Selain itu Al Qur’an juga meramalkan kejadian yang akan datang. Salah satunya yaitu ramalan Al Quran tentang kemenangan bangsa Romawi setelah sebelumnya mengalami kekalahan dalam surat Ar Rum ayat 1-4.


Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar-Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Romawi dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Romawi secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Romawi, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Romawi.


Terlepas dari itu semua, membaca Al Qur’an bernilai ibadah setiap hurufnya bernilai satu kebaikan dan setiap kebaikan itu akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan.

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan الــم ialah satu huruf, akan tetapi ا satu huruf, ل satu huruf dan م satu huruf. [HR. Bukhari]

Rasulullah juga menegaskan bahwa orang yang mempelajari Al Qur’an terlebih mengamalkannya adalah sebaik-baik orang di barisan kaum muslimin.


خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” [HR. Bukhari]

Karena itu alangkah baiknya dan memang sudah seharusnya kita sebagai seorang muslim menjadikan Al Quran sebagai pedoman kita dalam segala aspek kehidupan kita di dunia yang serba fana ini.


sumber dari: sekepingiman.wordpress.com

No comments:

Post a Comment