Tuesday 11 June 2013

Refleksi Kehidupan Para Sahabiyah





Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaannyalah apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberikan syafaat di sisi Allah dengan izin-Nya. Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Seorang muslimah dalam pandangan Islam memiliki posisi yang mulia dan terhormat. Islam sering membahas pandangannya tentang seorang muslimah dari sisi kemuslimahannya (misal dalam soal haid, mengandung, melahirkan, menyusui, dsb); dan sering pula membahas pandangan muslimah sebagai manusia yang tidak berbeda dari seorang muslim (misal dalam hal kewajiban shalat, zakat, haji, berakhlak mulia, amar ma’ruf nahi munkar, dakwah kepada Islam, dsb). Kedua pandangan ini sama-sama bertujuan mengarahkan muslimah secara individual sebagai manusia mulia dan secara kolektif bersama muslim lainnya menjadi bagian dari tatanan keluarga dan masyarakat yang harmonis. Keduanya, baik muslim maupun muslimah memiliki tanggungjawab yang sama dalam menentukan maju mundurnya sebuah masyarakat.


“Orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakukan amar ma’ruf nahi munkar.”
(TQS. At-Taubah [9] : 71)

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
(TQS.Al- Imran [3]: 110)

Banyak teladan yang dapat dijadikan sebagai rujukan kita saat ini tentang karakter muslimah yang sukses dan prestatif. Sebut saja, Sumayyah, istri Yasir, syahidah pertama yang meninggal dunia setelah disiksa oleh orang-orang kafir quraisy karena mempertahankan akidahnya. Prestasi gemilang dan sungguh luar biasa.

Demikian pula prestasi para istri Rasulullah SAW yang dengan sepenuh hati senantiasa mendukung perjuangan Rasulullah SAW untuk menegakkan kalimat Allah hingga kita dapat merasakan nikmat Islam sampai saat ini. Selain itu, ada pula Asma’ binti Yazid. Dia adalah seorang orator, singa podium. Prestasi dan pengabdiannya pada Islam sangatlah besar. Ia juga tergolong muslimah pejuang yang tabah, yang sangat disegani, dan terhormat, juga ahli pikir dan ahli agama. Bahkan beliau dipercaya untuk menjadi delegasi para muslimah dalam menyampaikan permasalahan yang berhubungan dengan kaumnya kepada Rasulullah dalam majelis syura.

Tidak sedikit para muslimah pada masa Rasulullah maupun para sahabat yang menorehkan prestasi gemilangnya hingga mereka menempati posisi mulia disisi Allah. Mereka terdidik dengan pemahaman yang benar tentang Islam. Kehidupan mereka dapat memberikan gambaran yang jelas bagaimana seharusnya seorang muslimah berpikir dan bersikap, sehingga mampu menyandang gelar prestatif sebagai umat terbaik (khairu ummah). Mereka mampu mensinergiskan keseluruhan peran dan fungsi yang telah Allah bebankan atas mereka, baik sebagai seorang hamba Allah, sebagai istri dan ibu, maupun sebagai anggota masyarakat.

Keimanannya kapada Allah-lah menjadikan mereka siap menerima ketentuan apapun yang telah Allah berikan, tanpa memperhitungkan lagi nilai-nilai manfaat dan kebenaran relatif yang muncul dari akal dan hawa nafsu mereka. Mereka melakukan amar ma’ruf nahi munkar tanpa ada keraguan sedikitpun. Mereka yakin bahwa kemulian, kesuksesan, dan prestasi tertinggi adalah dihadapan Allah. Mereka secara terbuka dapat membuktikan bahwa Umat Islam (laki-laki dan perempuan) adalah umat terbaik (khairu ummah) yang dilahirkan untuk manusia. Karena peran mereka pula lah Islam mampu mengukir sejarah kegemilangannya hampir lebih dari 10 abad.

Lantas, bagaimana dengan kita?

Apa yang telah kita lakukan dan apa yang ingin kita berikan bagi masa depan?


sumber dari: cicinyulianti.wordpress.com

No comments:

Post a Comment