Wednesday, 14 November 2012

apakah makna kehidupan kita.....






”Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS: Al-A’laa : 17).

Hidup adalah kumpulan hari, bulan, dan tahun yang berputar tanpa pernah kembali lagi. Setiap hari umur bertambah, usia berkurang. Hal itu berarti kematian kian dekat. Semestinya kita kian arif dan bijak menjalaninya, tetap dalam kesalehan, bertambah kuat akidah, semakin khusyuk dalam beribadah, dan mulia akhlak. Pada puncak kebaikan itu lalu kita wafat, itulah husnul khatimah.

Kehidupan jasad hanyalah sementara di dunia. Sedangkan kehidupan roh mengalami lima fase, yaitu: arwah, rahim, dunia, barzah, dan akhirat. Berarti hidup di dunia hanya terminal pemberhentian menuju akhirat. Allah SWT mengingatkan,

”Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS: Al-A’laa [87]: 17).

Rasulullah saw menggambarkan bahwa hidup ini tak ubahnya seorang musafir yang berteduh sesaat di bawah pohon yang rindang untuk menempuh perjalanan tanpa batas. Karena itu, bekal perjalanan mesti disiapkan semaksimal mungkin.

Sebaik-baik bekal adalah takwa (QS Albaqarah [2]: 197).

Orang bertakwa adalah orang yang sangat cerdas. Ia tidak mau terjebak pada ”keenakan” sesaat, tetapi menderita berkepanjangan. Karenanya, ia mengolah hidup yang sesaat ini menjadi berarti untuk kehidupan panjang tanpa akhir nanti.

”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabuut [29]: 64).

Hidup ini di bawah tatapan dan aturan Allah. Segalanya digulirkan dan digilirkan: hidup, lalu mati; kecil, akhirnya membesar; muda, lama-lama tua; dan muncul kesenangan, terkadang berganti kesedihan. Semua fana. Tetapi, di tengah kefanaan itu, umat Rasulullah yang paling sukses –sebagaimana dijelaskan dalam hadis –adalah yang paling banyak mengingat mati, lalu mempersiapkan hidup setelah mati.

================================================

Akhirnya, orang-orang cerdas akan tahu, sadar, dan yakin bahwa hidup bukan untuk mati, tetapi mati itulah untuk hidup. Hidup bukan untuk hidup, tetapi untuk Yang Mahahidup. Karenanya, jangan takut mati, jangan cari mati, jangan lupa mati, dan rindukanlah mati. Mengapa? Karena, kematian adalah pintu berjumpa dengan-Nya — perjumpaan terindah antara kekasih dengan Kekasihnya.

Subhanallaah, ternyata hidup ini surga, saudaraku.



sumber dari: sarikata.com

No comments:

Post a Comment