Sunday 22 September 2013

“Tiap Utusan-Ku Pasti Akan Diolok-olok”




Allah Ta’ala dalam ayat-ayat awal Q.S. Az Zukhruf [43] menjelaskan mengenai “Rasa Penyesalan”-Nya terhadap umat manusia. –Apa Iya?–. Di dalam ayat yang ke-tujuh hingga sembilan (+Basmalah) Dia berfirman yang artinya:

“Dan betapa banyak Nabi telah Kami utus kepada kaum-kaum terdahulu! Namun tidak pernah datang kepada mereka seorang nabi, melainkan mereka memperolok-olokkannya. Dan Kami membinasakan mereka lebih perkasa dalam kekuatan daripada mereka sendiri, dan telah berlalu pula contoh orang-orang terdahulu.”


Allah Ta’ala menurunkan ayat tersebut dan menceritakan kisah-kisah kaum terdahulu, tidak lain adalah agar kita selaku umat yang paling sempurna bisa mengambil pelajaran. Untuk apa kita dianjurkan membaca+memahami+mengamalkan ajaran Alquran kalau perilaku kita seperti kaum-kaum yang terdahulu?
Setidaknya, kita tidak memperolok-olok atas satu kepercayaan/pendapat orang lain. Alquran menyatakan bahwa belum tentu orang yang memperolok-olok itu lebih baik daripada yang diolok-olok.

Bukti bahwa seorang utusan itu datang dari Tuhan adalah –seperti sikap Rasulullah saw. yakni– ketika ia diolok-olok dan ditantang untuk berperang (jihad ashghor –Jihat terkecil), ia tidak bergeming dan tetap bersabar. Ini tidak lain bukannya karena ia tidak bisa melawan, akan tetapi ia sedang melakukan jihad akbar, yakni mengendalikan emosi ketika ia diolok-olok. Namun ketika nama sang kekasih diolok-olok, yakni Tuhan yang mengutusnya, ia langsung bangkit berdiri membantah dan menjawab tuduhan-tuduhan itu dengan penuh ghairat! –itulah salah satu tanda seorang utusan yang benar. Ia yakin bahwa segala yang dilakukan oleh para penentangnya itu pasti akan digagalkan dan dikalahkan oleh Sang Khalik, seperti firman-Nya:

katabaLlohu laaghlibanna ana wa rusuulii. InnaLloha qowiyyun ‘Aziiz” (Q.S. Mujadilah [58]: 22)
“Allah telah menetapkan bahwa ‘Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan mendapatkan kemenangan. Sesungguhnya Allah itu Maha Kuat, Maha Perkasa”

Kita telah melihat dimana Rasulullah saw. dahulu ketika seorang diri dikejar-kejar, diolok-olok, diejek, diludahi, dianiaya, dimusuhi, dan berusaha dibunuh. Namun Tuhan-lah yang selalu menolong utusannya itu. Begitu pula para pengikut setia-Nya. Dia pasti akan menolongnya walaupun semua musuh bersatu untuk membinasakan.

Hal ini juga terjadi kepada Jemaat Ahmadiyah. Hampir seabad mereka dianiaya, dibunuh, diolok-olok, dipenjara, diusir dari kampung halaman, masjid-masjid mereka disegel atau bahkan dihancurkan dengan alasan berbeda keyakinan. Namun mereka ternyata sangat bersabar, walaupun saudara mereka yang menganiaya. Mereka tetap teguh mengikuti Alquran dan jejak penghulu mereka, Rasulullah saw.
Padahal jika mereka –yakni orang-orang yang melakukan tindakan aniaya– mengetahui, azab Tuhan telah berada di depan mereka.

spanduk1.jpg




Ketika saudara-saudara mereka melakukan jihad kecil, pengikut setia Rasulullah saw. akan lebih memilih melakukan Jihad Akbar, yakni mengendalikan diri terhadap “kemarahan” saudaranya itu. (Spanduk di Desa Manislor, Kab. Kuningan, Jabar)



sumber dari: isamujahid.wordpress.com

No comments:

Post a Comment