Sunday, 23 March 2014

Sejarah Perniagaan Quraisy




Bismillahirrahmanirrahiim…

Jika dipandang dari segi Geografis, kota Makkah terletak ditengah jalur yang menghubungkan antara Habasyah di Selatan dan Syam di Utara, banyak orang-orang yang sedang melakukan perjalanan menuju kedua daerah tersebut menjadikan Makkah tempat persinggahan, hal ini dikarenakan Makkah memiliki sumber air yang cukup melimpah untuk melepas dahaga para pengguna jalur tersebut.

Jauh sebelum Makkah terkenal menjadi pusat perdagangan di daerah Jazirah arabia, pada abad ke 3 SM telah berdiri “Petra” yang dihuni oleh orang-orang Nabatea, kota ini letaknya lebih strategis lagi dibanding Makkah. karena terletak diantara jalur perdagangan antara wilayah timur, barat, selatan dan utara, para ahli sejarah mengatakan Petra berdiri berkat anugerah Geografis yang strategis, orang-orang yang berasal dari Yaman di selatan menuju wilayah Syam di utara dan orang-orang yang datang dari timur menuju ke barat menjadikan petra sebagai tempat berteduh yang nyaman dan aman, Petra berkembang menjadi kota transit bagi para padagang yang datang secara vertikal maupun horizontal.


1309976301846979593


Di Utara Petra berdiri kota Tadmor atau Palmyra yang pada masa sekarang berada diwilayah Syria, kota ini juga adalah pusat perdagangan, puncaknya keemasan Tadmor menurut catatan sejarah terjadi pada masa raja Ozeina pada tahun 267 M, akan tetapi bangsa Romawi menghancurkannya pada tahun 273 M.

Berbeda dengan kedua kota tersebut Makkah lebih spesial lagi, selain menjadi kota untuk mereload perbekalan, disana terdapat ka’bah yang banyak di muliakan oleh para penganut agama samawi orang-orang Yaman sejak dipimpin kaum Saba’ berabad-abad sebelum Masehi, telah banyak kita tahu bahwa Ka’bah didirikan sejak masa Nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as, dengan begitu Makkah menjadi pusat komunitas strategis pula karena letaknya ada di wilayah jalur perdagangan yang menghubungkan selatan dan utara Jazirah Arabia, dan juga terdapat Ka’bah yang disucikan.

Pada masa sebelum Islam sejarahwan Al-mas’udi (wafat 956 M-346 H) menceritakan terdapat dua kabilah besar di Makkah pada saat itu, yaitu kabilah Jurhum dan kabilah Amalik. Jurhum dipimpin oleh Harits ibn Madhadh menempati wilayah utara makkah. Kabilah Amalik  dipimpin oleh Sumaida ibn Huwebar menempati wilayah selatan Makkah, kedua kabilah ini mewajibkan orang-orang yang melewati Makkah untuk membayar pajak atau bea masuk, pajak dikenakan untuk membayar sumur-sumur yang dimanfaatkan airnya. Hal tersebut terus berlanjut hingga Makkah dipimpin oleh abu ghasysyan dari suku Khuza’ah.

Kemudian pada pertengahan abad ke 5 M Qusay ibn Kilab seorang pemuka Quraisy memegang tampuk pemerintahan atas suku-suku yang berada di wilayah Makkah, dibawah kepemimpina Qushay ibn Kilab ia menghapus secara total bea masuk ke wilayah Makkah. hal inilah yang menjadi titik awal politik baru dalam perdagangan di wilayah Makkah, tentu saja penghapusan pajak menarik para kafilah-kafilah dagang yang berbondong-bondong masuk ke Makkah. diwilayah Makkah terdapat sebuah pusat perdagangan yang bernama “Ukkaz” yang sangat ramai di kunjungi khususnya pada musim haji setiap tahunnya. Ukkaz menjadi salah satu “Duty Free” tertua yang dibangun oleh peradaban manusia. Riwayat tentang bebasnya pajak ini banyak di kisahkan oleh para ahli sejarah salah satunya Ath-thabary yang mengatakan bahwa Qhusay ibn Kilab pernah berpidato ditengah-tengah masyarakat seraya berkata “wahai bangsa Quraisy anda sekalian adalah penghuni rumah tuhan (Ka’bah) dan mereka adalah para peziarah sekaligus tamu tuhan, perlakukanlah mereka layaknya kerabat yang bertamu kerumah-rumah kalian, maka buatkanlah bagi mereka makanan dan minuman agar hilang rasa lapar dan dahaga di tubuh mereka, jika hartaku cukup untuk memenuhi kebutuhan para tamu tuhan ini tentu aku akan  melakukannya sendiri.


13099808181550552962


Lalu apakah pidato tersebut berarti menetapkan pajak bagi para penduduk Makkah karena mereka diperintah untuk mengeluarkan harta mereka untuk para peziarah? tentu saja tidak, karena ajakan Qushay tersebut tidak ada unsur paksaan sama sekali, jadi siapa saja penghuni Makkah yang mampu untuk mengeluarka harta mereka untuk para peziarah dipersilahkan tanpa ada batasan minimal atau maksimal jumlah tertentu, artinya mereka mengeluarkan harta mereka atas dasar ke ikhlasan.

Ya..Makkah merupak kota yang sangat disucikan sejak lama, Makkah adalah sebuah kota yang sangat tua.  Makkah dikelilingi sumur-sumur sumber mata air segar sumber kehidupan apalagi disana terdapat terdapat Ka’bah, yang dengan begitu Makkah menjadi tempat berkunjung yang pasti bagi orang-orang Yaman pada masa kekuasaan kaum saba’ (750-115 SM) yang akan melakukan perdagangan menuju utara, selanjutnya para kabilah-kabilah disekitar Makkah memanfaatkan hal ini dengan mendirikan gerai-gerai untuk bertukar sesuatu dan terjadilah perdagangan diantara mereka dengan begitu Makkah berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan di wilayah Jazirah Arabia selain Petra (sekarang berada diwilayah Yordania) dan kota Tadmor (sekarang diwilyah syiria)

Kebebasan berniaga tanpa cukai yang dimulai oleh Qushay  terus berlangsung sampai ketika cucunya Hasyim ibn Abd. Manaf ibn Qushay memegang tampuk kepemimpinan bangsa Quraisy, bahkan banyak ahli sejarah mengatakan Hasyim lah yang benar-benar mengayomi bangsa Quraisy dalam hal perdagangan, dikarenakan bangsa Quraisy sebelum kepemimpinan Hasyim hanya melakukan perniagaan di sekitar Makkah, Hasyim melakukan inovasi dengan membuka perjalanan niaga ke luar Makkah sebagaimana dikisahkan dalam Al-quran Surat Quraisy, Al-quran menggambarkan orang-orang Quraisy yang melakukan perdagangan kewilayah selatan (Yaman) pada musim dingin dan menuju Utara (syam) pada musim panas.

Sisi lain yang menjadikan Hasyim terkenal sukses menjalankan perjalan bisnis disebabkan terputusnya perdagangan antara Timur dan Barat akibat peperangan yang berkecamuk antara Emperium Sassaniyah dan Byzantium sejak awal abad keempat hingga pertengahan abad kelima Masehi, ketika jalur barat dan timur terputus, menyebabkan komoditas barang yang berasal dari wilayah timur seperti Dupa, Sutera, Rempah-rempah dan Oregano yang pada masa itu banyak digunakan para pendeta dan masyarakat barat -kekuasaan byzantium menganut agama kristen- menjadi mahal, Hasyim memanfaatkan kondisi ini dengan meminta permohonan dari salah satu penguasa byzantium untuk menyuplai komoditi yang dibutuhkan tersebut.

Selain itu, akibat dari berlangsungnya peperangan ini pula orang-orang Syam di utara tidak ada pilihan lain untuk berniaga selain ke Selatan, para kafilah Quraisy memanfaatkan kondisi ini dengan memenuhi seluruh komoditi yang dibutuhkan untuk masing-masing wilayah di Utara dan Selatan setiap tahunnya, jadi tidak perlu lagi orang-orang Utara melakukan perjalanan dagang mereka ke Selatan begitupun sebaliknya.

Kesuksesan bangsa Quraisy inilah yang menjadi impian Qushay ibn Kilab ketika memprakarsai kebebasan bea masuk ke wilayah Makkah, sehingga penduduk Makkah mendapatkan rekan bisnis yang terpercaya di luar wilayah Makkah. Juga berkat doa nabi Ibrahim as yang memohon kepada Allah swt untuk menjadikan wilayah Makkah diberkahi dengan kesuksesan,

 رب اجعل هذا بلدا أمنا ورزق

 أهله من الثمرات

Semoga Allah swt selalu menjaga kota yang dimana Ka’bah kiblat orang-orang muslim ini terletak, dan menjadikan kota tersebut keberkahan bagi siapa saja yang masuk kedalamnya.. amiin yaa rabbal alamiin……



sumber dari: http://sejarah.kompasiana.com/

No comments:

Post a Comment