Melalui kisah Nabi Ibrahim a.s. di dalam Alquran (QS 
asy-Syu'ara',26 : 69-104), Allah mengabarkan bahwa manusia yang tidak akan 
dihinakan pada Hari Kebangkitan dan meraih keselamatan serta kebahagiaan di 
akhirat kelak adalah orang-orang yang datang menghadap Allah dengan membawa hati 
yang tulus (qalb salim). Seperti apakah hati yang tulus itu? Dalam hal ini, 
secara sederhana dan mudah, bolehlah kita memahaminya sebagai hati yang sehat, 
tidak sakit, dan mampu menjadi "wadah" bagi segala kebaikan dan keutamaan yang 
bersumber dari Allah.
Betapapun juga, manusia memang tidak bisa melepaskan 
diri dari Allah dalam seluruh ucapan, perilaku, dan tindakannya. Agar bisa 
selamat dan bahagia dalam kehidupan di akhirat nanti, manusia mesti mendahulukan 
dan mengutamakan kehendak Allah ketimbang kehendak dirinya sendiri. Selain itu 
manusia juga harus membekali dirinya sendiri dengan hati yang tulus untuk 
sungguh-sungguh berusaha "memahami" dengan benar segenap ayat dan tanda 
kebesaran Allah dalam kehidupan ini.
Buku ini adalah satu dari sekian karya Imam al-Ghazali 
(1058-1111 M), salah seorang maestro sufi. Boleh dikata, buku ini mirip sebuah 
ensiklopedi tematis ringkas atau pengantar singkat memasuki dunia tasawuf. Di 
dalamnya, dibahas dan di uraikan sekitar 50 tema beragam semisal hati, makrifat, 
cinta, sabar, riya', dan lain sebagainya. Dengan menyimak dan mengkaji kandungan 
buku ini, Anda akan beroleh bekal lebih dari sekedar cukup dalam kehidupan ini, 
dan hati Anda akan ditempa menjadi hati yang tulus, sehat, dan selamat menuju 
hadirat Ilahi, insya Allah.
sumber dari: tegakluruskelangit.blogspot.com

No comments:
Post a Comment