Wednesday 2 April 2014

Mendidik Anak







Khadimat (pembantu rumah tangga) sebagai mitra mendidik anak merupakan suatu proses pembelajaran yang membutuhkan waktu dan tahapan sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendidik pelayan-pelayannya sehingga mereka sukses di dunia dan di akhirat. Mereka menjadi sahabat-sahabat beliau yang juga berkhidmat kepada agama hingga akhir hayat mereka.Hadirnya seorang khadimat di tengah-tengah keluarga yang sibuk merupakan hal yang tak dapat dipungkiri. Kesibukan suami istri dengan sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan memerlukan orang lain yang bisa membantu yaitu khadimat, khadimat pada dasarnya adalah termasuk suatu profesi yang sudah ada di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering kali mengerjakan sendiri pekerjaan rumah tangganya. Namun setelah hijrah ke Madinah, rumah tangga beliau sangat sibuk. Beliau mempunyai beberapa orang khadimat, baik pria maupun wanita. Para pembantu itu ada yang berasal dari hamba sahaya yang dibeli kemudian di merdekakan oleh beliau, dan ada pula yang memang telah merdeka. Diantaranya adalah: Anas bin Malikradhiyallahu anhu yang membantu keperluan-keperluan Nabi termasuk mengambil air, Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu anhu yang menyiapkan sandal dan siwak Nabi, `Uqbah bin Amir radhiyallahu anhupenuntun bighal Nabi apabila beliau bersafar, Asla` bin Syuraik pengurus unta tunggangan Nabi, Aiman bin Ubaid yang mengurus keperluan dan cucian Nabi, Bilal bin Rabah radhiyallahu anhu, Abu Dzar Al Ghifariradhiyallahu anhu, dan Sa`ad radhiyallahu anhu. Sementara dari kaum wanita adalah: Ummu Aiman, Salma Ummu Ra`fi, Maimunah binti Sa`ad radhiyallahu anha, Khudrah, Radhwa, Raisyahah, dan lainnya.Para sahabat radhiyallahu anhu juga menjalani hidup dengan kesederhanaan yang maksimal, mereka mengerjakan pekerjaan rumah tangganya sendiri tanpa bantuan seorang khadimat. Ali bin Abi Thalibradhiyallahu anhu mennuturkan kehidupan rumah tangganya, "Wahai Ibnu A`bad, maukah aku beritahukan kepadamu tentang diriku dan Fatimah?. Istriku menggiling gandum sendiri sehingga menimbulkan bekas ditangannya, dia mengambil air dengan geriba sehingga berbekas di bahunya, dia menyapu rumah sehingga debu-debu menempel di bajunya, dan dia memasak sendiri sehingga api tungku mengotori pakaiannya." Suatu hari Ali radhiyallahu anhu bersama Fatimah radhiyallahu anha datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. agar diberi seorang pembantu rumah tangga. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda:"Maukah aku berikan kalian berdua sesuatu yang lebih baik bagi kalian daripada permintaanmu itu. Jika kamu berdua hendak tidur, ucapkanlah Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 33 kali. Hal itu lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pelayan." (Hr. Bukhari - Muslim)

Dan akhirnya mereka memilih amalan itu daripada seorang pembantu. Asma` binti Abu Bakar radhiyallahu anhu juga menuturkan kehidupan rumah tanggannya, bahwa: "Saya berbakti kepada Zubair suamiku, dengan mengurus semua pekerjaan rumah tangganya. Ia mempunyai seekor kuda dan akulah yang mengurusnya, mencarikan rumput dan aku pula yang merawatnya. Aku yang memberinya minum, mengisi kantong airnya, membuat tepung, dan mengangkat air di atas kepalaku dari sumur yang berada di kebun suamiku yang berjarak dua pertiga farsakh (kurang lebih 5 km)."

Karena kesibukan seorang ibu di luar rumahnya sehingga khadimat menjadi ibu kedua bagi anak-anak, karena dia mengambil alih tugas dan tanggung jawab di rumah. Sehingga kadangkala hubungan antara khadimat dengan anak-anak malah lebih akarab daripada dengan ibunya sendiri, hal ini akan berdampak positip dan negatip. Pada suatu sisi anak-anak akan terbiasa mandiri dan terbiasa melakukan sesuatu kegiatan sendiri tanpa ibu, kita tidak akan khawatir bila anak-anak ditinggal lebih lama sehingga sang anak bersikap tidak cengang. Namun pada sisi yang lain anak-anak akan lebih patuh dan penurut terhdap khadimat, karena mereka setiap hari dilayani oleh khadimat yang tampil sebagai ibu dibandingkan ibunya sendiri. Walaupun seorang khadimat mampu menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah tangga dengan baik, tetapi dalam hal mendidik anak tetap ada pengawasan dari orang tuanya, idealnya pendidikan anak dapat wakilkan kepadanya setelah anak itu dapat berkomunikasi secara lisan. Minimal anak dapat bercerita kepada ibunya tentang apa yang dilakukannya seharian bersama khadimat. Hendaknya tidak membiarkan khadimat merusak akidah anak-anak kita, dengan menakut-nakutinya dengan makhluk ketika anak-anak rewel atau menangis. Seperti: kalau nakal nanti ditangkap polisi, kalau tidak mau tidur nanti digigit tikus, awas ada setan, dan sebagainya. Melalui ucapan dan perbuatan, bahkan mimik dan raut wajah khadimat dapat mempengaruhi moral, spiritual, dan sosial sang anak. Karena hal ini dengan mudah direkam dalam memori otak sang anak, yang akan berdampak hingga ia dewasa.

Khadimat sebagai "ibu kedua" akan bisa merusak tatanan keluarga, jika sang ibu menyerahkan semua urusan rumah tangga kepadanya. Ibu yang bijaksana hanya akan memberikan tugas sebatas keperluan fisik saja, misalnya mencuci pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan sebagainya. Karena khadimat bukanlah mahram, sehingga bagaimana kita memperlakukannya sesuai dengan statusnya yang bukan mahram. Jangan sampai kebutuhan-kebutuhan suami juga diserahkan kepadanya, yang akhirnya suami ikut "mengurus" khadimat.

Namun hal itu tidak akan terjadi apabila kedua belah pihak (suami-istri dan khadimat) memahami hak dan kewajibannya sebagai hamba Allah bukan hanya sebatas majikan dan pembantu. Sebab khadimat juga adalah manusia biasa, ia punya perasaan yang sama dengan kita dan ia punya hak yang harus dipenuhi selain tempat dan waktu istirahat, pakaian, makanan dan upah yang sesuai.
Islam mengajarkan bahwa manusia dihadapan Allah  subhanahu wata’ala adalah sama, yang membedakan manusia dengan yang lain dan yang dimuliakan oleh Allah  subhanahu wata’ala adalah taqwanya. Peranan khadimat tidaklah sekecil gajinya, pada dasarnya khadimat adalah pekerjaan besar dan mulia yang bernilai ibadah jika sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seluruh Nabi dan Rasul adalah khadimat untuk berkhidmat kepada ummatnya, Bahkan para malaikat diciptakan untuk berkhidmat kepada manusia. Khadimat bukanlah pekerjaan yang rendah sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammemuliakan pembantu-pembatunya.

Kesuksesan yang diraih seseorang atau sekelompok orang pada hakikatnya bukanlah semata-mata hasil infirodiyyah (perseorangan), namun membutuhkan dukungan istrinya di rumah termasuk pembantunya yang mengurus rumah tangganya. Untuk mewujudkan sebuah rumah sebagai "baiti-jannati" (rumahku surgaku) bukan hanya tanggung jawab suami istri, tetapi tanggung jawab seluruh anggota keluarga termasuk pembantu.Majikan dan pembantu sama kedudukannya dihadapan Allah  subhanahu wata’ala:
 
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu, sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujurat: 13)

Jika khadimat seorang muslim, maka haknya sama dengan muslim yang lain: 
 
"Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman." (Al Hijr: 88)


Ajarkan akhlak kepada mereka sebagaimana akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, misalnya: Tidak boleh masuk ke kamar tanpa izin, tidak boleh mengintip atau menguping pembicaraan orang lain. Ajarkan dan perintahkanlah mengamalkan adab-adab sunnah sehari duapuluh empat jam baik kepada dirinya sendiri maupun kepada anak-anak. Tekankan kepada anak-anak bahwa khadimat adalah sosok yang harus dihargai untuk tidak menyuruh khadimat seenaknya, dengan demikian secara tidak langsung kita mendidik anak-anak untuk mau terampil dalam pekerjaan rumah tangga. Sehingga dengan sendirinya ia bisa melakukan pekerjaan yang mampu dia kerjakan. Dan menanamkan pada seluruh anggota keluarga bahwa khadimat bukanlah seorang budak, tetapi ia adalah bagian dari keluarga kita. Ajaklah mereka untuk melaksanakan shalat berjamaah di rumah dan memberi pengetahuan agama (Ta`lim wat-Ta`lum) karena ia adalah tanggung jawab kita.

Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menjelang sakaratul maut masih sempat berwasiat, "Kerjakanlah shalat dan perlakukanlah dengan baik apa yang berada dalam kekuasaanmu (hamba sahaya)."



sumber dari: http://wiwidia.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment