Ayat pertama
تَّبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهْبٍ وَتَبَّ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”
Abu Lahab adalah putranya Abdul Muththalib namanya Abdul ‘Uzza. Dinamakan Abu Lahab karena ia kelak akan masuk ke dalam neraka yang memiliki lahab (api yang bergejolak). Atas dasar inilah Allah subhanahu wata’ala menyebutnya dalam kitab-Nya Al Quran dengan kun-yahnya (yaitu nama/julukan yang diawali dengan Abu atau Ibnu, atau Ummu bagi perempuan), dan bukan dengan namanya. Juga karena ia lebih tenar dengan kun-yahnya. Dan juga karena namanya disandarkan kepada nama salah satu berhala pada zaman itu. Dia adalah salah satu paman Rasul yang paling besar permusuhannya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sejak dikumandangkannya dakwah mengajak beribadah hanya kepada Allah saja. Ayat ini turun sebagai bantahan kepadanya disaat menolak dan enggan untuk mengikuti seruan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Mungkin para pembaca bertanya-tanya, mengapa Allah hanya menyebutkan kedua tangannya saja yang akan binasa? Jawabannya adalah seperti yang telah dijelaskan dalam kitab tafsir Adhwa`ul Bayan, bahwa penyebutan tangan dalam ayat ini, masuk dalam kaidah penyebutan sebagian tetapi yang dimaksudkan adalah keseluruhannya. Hal ini diketahui dari lafazh setelahnya yaitu “Watabba” artinya: ia (Abu Lahab) telah binasa.
Dalam ayat ini, Allah subhanahu wata’ala memaksudkan penyebutan kebinasaan seseorang dengan mencukupkan penyebutannya pada kedua tangannya. Ya, karena memang kedua tanganlah yang mempunyai peran besar dalam mengganggu dan menyakiti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ayat kedua
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
“Tidaklah berfaedah (berguna) kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”.
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu menyebutkan: “Tatkala Rasulullah mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah saja dan meninggalkan sesembahan selain Allah, berkatalah Abu Lahab: “Jika apa yang dikatakan putra saudaraku (Rasulullah) adalah benar aku akan menebus diriku dari azab yang pedih pada hari kiamat dengan harta dan anak-anakku.” Maka turunlah firman Allah Ta’ala (artinya): “Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan” (Tafsir Ibnu Katsir)
Ketika vonis binasa telah disandangnya, maka tidak bermanfaat lagi apa yang telah diusahakannya dari harta-benda, anak istri, kedudukan, jabatan dan lain sebagainya dari perkara dunia ini. Allah subhanahu wata’ala menegaskan dalam firman-Nya (artinya): “Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.”
Ayat ketiga
سَيَصْلَى نَاراً ذَاتَ لَهَبٍ
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.”
Kelak ia akan diliputi oleh api neraka dari segala sisinya
Ayat keempat
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.”
Istri Abu Lahab merupakan salah satu tokoh wanita Quraisy. Namanya adalah Auraa’ bintu Harb bin Umayyah kunyahnya Ummu Jamil, saudara perempuannya Abu Sufyan (bapaknya Muawiyyah). Sebagaimana suaminya, ia juga merupakan wanita yang paling besar gangguan dan permusuhannya terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Ia dan suaminya bahu-membahu dalam permusuhan dan dosa. Ia curahkan segenap daya dan upayanya untuk mengganggu dan memusuhi beliau shalallahu ‘alaihi wasallam.
Pernah ia membawa dahan yang penuh duri, lalu ia tebarkan di jalan yang sering dilalui oleh Rasulullah pada waktu malam, sehingga melukai beliau dan para shahabatnya.
Ketika mendengar turunnya ayat: “Telah celaka kedua tangan Abu Lahab.” Ia pun datang, sambil tangannya menggenggam batu, ia mencari-cari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sementara beliau tengah duduk bersama Abu Bakr di dekat Ka’bah. Kemudian Allah subhanahu wata’ala menutup penglihatannya sehingga ia tidak bisa melihat kecuali Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu saja. Maka ia pun bertanya, “Mana temanmu itu (Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam)? Telah sampai kepadaku bahwa dia telah mengejekku dengan syair. Demi Allah, seandainya aku menjumpainya, sungguh aku akan pukul mulutnya dengan batu ini. Ketahuilah, demi Allah aku sendiri juga pandai bersyair.”
Kemudian iapun mengucapkan syair:
Orang tercela kami tentang
Urusan kami mengabaikannya
Dan agamanya kami tidak suka
Lalu ia pun pergi. Maka bertanya Abu Bakr, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengira bahwa dia melihatmu?” Kemudian beliau pun menjawab, “Dia tidak melihatku. Allah telah menutupi pengelihatannya.”
Maka terkumpullah di punggung wanita jahat ini dosa-dosa, seolah orang yang mengumpulkan kayu bakar yang telah mempersiapkan seutas tali di lehernya. Atau ayat ini bermakna pula di dalam neraka wanita ini membawa kayu bakar untuk menyiksa suaminya sambil melilitkan dilehernya seutas tali dari sabut. Sedangkan Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah dan As-Sa’dy menafsirkan ayat ini dengan namimah. Maksudnya istri Abu Lahab profesinya sebagai tukang fitnah. Al-Imam Muhammad bin Sirin rahimahullah (salah seorang tokoh besar dan ulama` tabi’in) berkata: “Istrinya Abu Lahab memfitnah Rasulullah dan para sahabatnya kepada musyrikin.” (Fathul Bari dan Tafsir Ibnu Katsir)
Ayat kelima
فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدَ
“Yang dilehernya ada tali dari sabut.”
Al-Imam Al-Fara mengatakan: “Al-Masad adalah rantai yang ada di neraka, dan disebut juga tali dari sabut.” (Fathul Bari)
No comments:
Post a Comment