Saturday, 7 December 2013

bacaan yang paling aku minati






Surat Al Munafiqun menjadi bacaan yang paling aku minati terakhir ini. Dengan sengaja pula, belum membuka terjemah atau tafsirnya. Insya Allah nanti menyusul. Harapan terbesar adalah mendapat RidhoNya. Agar Yang Maha Kuasa membebaskan aku dari penyakit yang menjadi nama surat itu.


Betapa ngeri dan menyakitkan. Dari pelbagai bacaan atau pengetahuan yang kudapati, sifat munafiq begitu berbahaya ---bagi orang lain, dan terutama diri sendiri. Tidak konsisten. Pengecut. Jauh dari komitmen. Tidak ada posisi yang akan diraih bagi orang-orang dengan tabiat sejelek itu. Pun jika ia di kedudukan yang jahat, pasti terlempar hanya jadi coro. Kriminalis sejati dengan catatan mengerikan, adalah juga aktor yang konsisten dengan posisinya. Bukan coro kelas kacang yang gampang ditindas.

Orang munafik pasti akan selalu terlempar ---di manapun ia berada.

Lebih-lebih jika pilihannya adalah "ingin" menjadi manusia baik. Betapa banyak kebencian dan kemarahan akan dituai. Setiap orang tentu menjauh. Takut mememetik resiko. Menghindar dari bala dan apes karena sentuhan para munafiq.

Ini tentu dalam konteks yang keras. Sebab, senyatanya, kadang hidup tak selalu membuat kita tegar dalam prinsip. Adalah kenyataan yang bisa kita terima, jika dalam perjalanan sesekali terantuk beberapa ciri kemunafikan. Misalnya berdusta. Misalnya ingkar janji. Misalnya gagal menunaikan amanat. Bukan menyarankan untuk melakukan itu. Melainkan pengingatan bahwa bisa saja kita menjadi lemah.

Maksudnya, hati menjerit ketika terpakasa melakukan hal-hal buruk. Apa daya, Iman dan aqidah kita begitu tipis. Hingga terperosok.

Namun, tentu ada pintu tobat. Kehendak yang kuat untuk berhenti dan tidak melakukan di lain hari. Beda bila kita seperti keledai yang terantuk batu yang sama berkali-kali. Tak ada sebutan lain, kecuali bahwa itu adalah pandir. Atau janga-jangan, justru sifat hipokrit itu sedemikan melekat...

Tangisan aku sering berulang bila ingat "ancaman" itu. Jangan-jangan, karakter jelek itu telah menjadi bagian dari kekotoran hati. Takut bukan kepalang. Cemas. Hanya doa dan permohonan kepadaNYA, agar dibantu lepas.

Pengakuan berkali-kali kuungkap dalam munajat. Hamba sering salah, Ya Allah. Aku lemah. Aku faqier. Aku kerap terpedaya. Tetapi jangan jadikan aku... Tolong, angkat aku dari masalah ini...

Suatu saat, mendamba terbebas dari ini semua. Bebas dari rasa cemas. Khawatir. Was-was. Takut. Prasangka buruk atas segala hal yang terjadi. Menginginkan kebebasan dari segenap keburukan-keburukan. Alangkah indah, jika ada waktunya ketika percaya diri pulih. Tegar dalam mengarungi kehidupan. Bebas dari belenggu masa lalu. Membukukan prestasi yang berguna. Bisa bermanfaat bagi anak, isteri, dan keluarga. Yang lebih penting lagi, adalah sanggup menghadang semua resiko. Tidak pengecut dan lari dari kenyataan.

Rintisan ke arah itu kucoba berkali-kali, dan gagal berkali-kali. Tapi alamat baiknya adalah belum kapok! Selama nafas masih berhembus, selama raga masih diberi sehat wal afiat, selama itu juga akan aku coba. Tuhan, beri aku kesanggupan untuk bertahan...



sumber dari: endibiaro.blogspot.com

No comments:

Post a Comment