Friday, 17 August 2012

keutamaan malam seribu bulan






Malam Lailatul Qadar adalah malam yang dimuliakan Allah. Allah menamainya dengan Lailatul Qadar, menurut sebagian pendapat, karena pada malam itu Allah mentakdirkan ajal, rizki dan apa yang terjadi selama satu tahun dari aturan-aturan Allah . Hal ini sebagaimana Allah firmankan:
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”.
(Ad Dukhan: 4)

Di dalam ayat tersebut Allah menamai Lailatul Qadar karena sebab tersebut. Menurut pendapat lain, disebut malam Lailatul Qadar karena malam tersebut memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Allah menyebutnya sebagai malam yang berkah, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kami-lah yang memberi peringatan”.
(Ad Dukhan: 3)

Allah juga memuliakan malam ini dalam firman-Nya:
“Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”.
(Al Qadr: 2-3)

Maksudnya, amalan di malam yang barakah ini menyamai pahala amal seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar padanya. Seribu bulan sama dengan 83 tahun lebih. Ini menunjukkan keutamaan malam yang besar ini. Oleh karenanya Nabi berusaha mencari malam Lailatul Qadar. Beliau bersabda:
“Barang siapa shalat di malam Lailatul Qadar karena keimanan dan mengharapkan pahala, maka dia akan diampuni dosanya yang telah lampau ataupun yang akan datang.”
Allah juga mengabarkan bahwa pada malam itu malaikat Jibril dan ruh turun. Ini menunjukkan betapa besar dan pentingnya malam ini karena turunnya malaikat tidak terjadi kecuali untuk perkara yang besar. Kemudian Allah mensifati malam itu dengan firman-Nya:

“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
(Al Qadr: 5)

Allah mensifati malam tersebut dengan malam keselamatan. Ini menunjukkan kemuliaan, kebaikan, dan keberkahannya. Orang yang terhalangi dari kebaikan malam itu berarti terhalangi dari kebaikan yang sangat banyak. Inilah keutamaan-keutamaan yang besar pada malam barakah ini.
Akan tetapi, Allah  menyembunyikannya di bulan Ramadhan agar seorang muslim bersungguh-sungguh mencarinya. Sehingga amalnya semakin banyak dan dengan itu ia menggabungkan antara banyaknya amal di seluruh malam-malam Ramadhan dan bertepatan dengan malam Lailatul Qadar dengan segala keutamaan, kemuliaan dan pahalanya. Sehingga dengan itu ia mengumpulkan antara dua kebaikan. Ini merupakan karunia Allah atas hamba-hamba-Nya.
Ringkasnya, bahwa Lailatul Qadar adalah malam yang besar (agung) dan berkah. Juga merupakan nikmat dari Allah yang mendatangi seorang muslim di bulan Ramadhan. Maka jika dia diberi taufik untuk memanfaatkannya dalam kebaikan, ia akan mendapatkan pahala yang besar dan kebaikan yang banyak yang sangat dia butuhkan. (penjelasan Asy-Syaikh Shalih Fauzan dalam Fatawa Ramadhan, 2/847-849)

Kapan Malam Lailatul Qadar Itu?
Terdapat riwayat dari Nabi bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 21, malam 23, malam 25, malam 27, atau malam 29 dan akhir malam bulan Ramadhan.
Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Ini menurut saya, wallahu a’lam, karena Nabi menjawab sesuai dengan pertanyaannya. Dan pendapat yang paling kuat bahwa itu terjadi pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan berdasarkan sabda Nabi dari ‘Aisyah bahwa Nabi beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau mengatakan:
“Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim, lihat Shifat Shaum An-Nabi, Asy-Syaikh Ali Hasan, hal. 87)

Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar
Dari Ubai ia berkata, Rasulullah bersabda:
“Pagi hari dari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar seperti bejana dari tembaga sampai tinggi.”
(HR. Muslim)
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, bersabda Rasulullah :
“Lailatul Qadar adalah malam yang tenang, cerah, tidak panas dan tidak dingin, matahari terbit di pagi harinya lemah dan berwarna merah.”
(HR. Ath-Thayalisi, Ibnu Khuzaimah, dan Al-Bazzar, sanadnya hasan. Lihat Shifat Shaum An-Nabi, Asy-Syaikh Ali Hasan, hal. 90)

Wallahu a’lam.



sumber dari: asysyariah.com

malam lailatul qadr







Bulan Ramahan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil…
(QS.. Al-Baqarah 185)

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Qur’an) pada malam Lailatul Qadar…
(QS.. Al-Qadr 1)

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Qur`an) pada malam yang diberkahi…
(QS. Ad-Dukhan 3)

Pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya para ulama. Yang dimaksud dengan turunnya Qur’an dalam ketiga ayat di atas adalah turunnya Qur’an sekaligus di Baitul `Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Qur’an diturunkan kepada rasul kita Muhammad saw. Secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. Sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak dia diutus sampai wafatnya. Beliau tinggal di Mekah sejak diutus selama tiga belas tahun dan sesudah itu beliau hijrah dan tinggal di Madinah selama sepuluh tahun. Pendapat ini didasarkan pada berita-berita yang sahih dari Ibn Abbas dalam beberapa riwayat.

Ibnu Abbas berkata, Qur’an sekaligus diturunkan ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar, kemudian setelah itu ia diturunkan selama dua puluh tahun. Lalu ia membacakan:

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.
(QS. Al-Furqan 33)

Dan Al-Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
(QS. Al-Isra` 106)

Ibnu Abbas r.a. berkata, “Qur’an itu dipisahkan dari az-Zikr, lalu diletakkan dai Baitul Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kapada Nabi saw.”
Ibnu Abbas r.a. mengatakan, “ALLAH menurunkan Qur`an sekaligus ke langit dunia, tapi turunnya secara beransur-ansur. Lalu Dia menurunkannya kepada Rasul-Nya bagian demi bagian.”
Ibnu Abas r.a. berkata, “Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar, pada bulan Ramahan ke langit dunia sekaligus; lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur.”

Pendapat lain, yaitu yang diriwayatkan oleh Asy-Sya`bi. Mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan turunnya Qur’an dalam ketiga ayat di atas adalah permulaan turunnya Qur’an kepada Rasulullah SAW. Permulaan turunnya Qur’an itu di mulai pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi.
Kemudian turunnya berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.

Dengan demikian Qur’an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada Rasulullah SAW. Sebab yang demikian inilah yang dinyatakan dalam Qur’an:

Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
(QS. Al-Isra` 106)

Dan keistimewaan bulan Ramahan dan malam Lailatul Qadar yang merupakan malam yang diberkahi itu tidak akan kelihatan oleh manusia kecuali apa bila yang dimaksudkan dari ketiga ayat di atas adalah turunnya Qur’an kepada Rasulullah SAW. Yang demikian ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam firman ALLAH mengenai perang Badar

Jika kamu beriman kepada ALLAH dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan ALLAH Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(QS. Al-Anfal 41)

Perang Badar terjadi pada bulan Ramaan. Dan yang demikian ini diperkuat pula oleh hadis yang dijadikan pegangan para penyelidik hadis permulaan wahyu.

Aisyah ra berkata, “Wahyu yang mula-mula diturunkan kepada Rasulullah SAW ialah mimpi yang benar diwaktu tidur. Setiap kali bermimpi ia melihat ada yang datang bagaikan cahaya yang terang dipagi hari. Kemudian ia lebih suka menyendiri. Ia pergi ke gua hira untuk bertahanus beberapa malam, dan untuk itu ia membawa bekal. Kemudian ia kembali kerumah Khadijah, dan Khadijahpun membekali seperti itu biasanya. Sehingga datanglah `kebenaran` kepadanya seaktu ia berada di gua hira`. Malaikat datang kepadanya dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah SAW berkata, “Aku tidak pandai membaca.” Lalu malaikat merangkulnya sampai kepayahan. Kemudian ia melepaskan aku, lalu katanya, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak pandai membaca” Lalu ia merangkulku lagi sampai aku kepayahan. Lalu ia lepaskan aku. Lalu katanya, “Bacalah!” Aku menjawab aku tidak pandai membaca. Lalu ia merangkulku untuk ketiga kalinya, sampai aku kepayahan, lalu ia lepaskan aku lalu katanya, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sampai dengan apa yang belum diketahuianya.”
Para penyelidik menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pada mulanya diberi tahu dengan mimpi di bulan kelahirannya, yaitu bulan Rabi`ul Awal. Pemberitahuan dengan mimpi itu lamanya enam bulan. Kemudian ia diberi wahyu dengan keadaan sadar (tidak dalam keadaan tidur ) pada bula Ramadhan dengan Iqra`. Dengan demikian maka nash-nash yang terdahulu itu menunjukkan pada satu pengertian.

Pendapat lain yang terakhir, bahwa Qur’an diturunkan ke langit dunia selama dua puluh tiga malam Lailatul Qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam Lailatul Qadar itu ada yang ditentukan ALLAH untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW sepanjang tahun. Madzab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufasir tapi tidak mempunyai dalil.

Adapun madzab kedua yang diriwayatkan dari as-Sya`bi, dengan dali-dalil yang sahih dan dapat diterima, tidaklah bertentang dengan madzab yang pertama yang diriwayatkan dari Ibn Abbas.
Dengan demikian maka pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Qur’an Al-Karim itu dua kali diturunkan:
Pertama, diturunkan secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar ke Baitul Izzah di langit dunia.
Kedua, diturunkan ke langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqatil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma’) bahwa turunnya Qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia.

Ibn Abbas memandang tidak ada pertentangan antara ke tiga ayat di atas yang berkenaan dengan turunnya Qur’an dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah SAW bahwa Qur`an itu turun selama dua puluh tiga tahun yang bukan bulan Ramadhan.

Dari Ibn Abbas disebutkan bahwa ia ditanya olah `Atiyah bin al-Aswad, katanya, “Dalam hatiku terjadi keraguan tentang firman ALLAH, bulan Ramadhan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Qur`an, dan firman ALLAH SWT, ‘Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam Lailatul Qadar’, padahal Qur`an itu ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, Saffar dan Rabi`ul awwal.” Ibnu Abbas menjawab, “Qur`an diturunkan berangsur-angsur, sedikit- demi sedikit dan terpisah-pisah serta perlahan-lahan di sepanjang bulan dan hari.”

Wallahu ‘alam…



sumber dari: zahrathelittledesert.blogspot.com

kelebihan surah ad dukhan






Assalammualaikum w.b.t

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Sedikit perkongsian yang AKAR (Ahli Kariah ArRaudah) ingin kongsikan bersama2 tentang kehebatan dan kelebihan Surah Ad Dukhan yang pastinya ada diantara kita ini tidak pun mengetahuinya atau mungkin terlepas pandang atas mukjizat yang telah diturunkan oleh Allah swt kepada kekasihnya Muhammad saw dan seterusnya diwarisi oleh satu umat yang paling hebat dimuka bumi Allah swt ini, iaitu kita, umat ISLAM.
Surah Ad Dukhan yg beerti asap adalah surah yg ke 44 didalam al quran,mengandungi 59 ayat.ia dinamakan Ad dukhan kerana mengandungi amaran Allah swt terhadap kaum kafir musyrik yang menetang Nabi Muhammad saw bahawa mereka akan ditimpakan azab sengsara semasa langit membawa asap kemarau yang menyebabkan kebuluran yang amat dashyat.
terdapat beberapa hadis rasulullah saw yg menyatakan fadhilat,faedah dan hikmah bagi mereka yang mengamalkan membaca surah Ad Dukhan ini,diantaranya hadis yang bermaksud
'Diriwayatkan oleh At Tirmizi dari Abi Hurairah bahawa sesiapa yang membaca surah 'haa miim ad dukhan' setiap malam,maka pada esok harinya 70,000 malaikat memohon keampunan baginya'
'Diriwayatkan oleh At Tabrani dari Umamah bahawa sesiapa yg membaca surah ad dukhan pada malam atau hari jumaat maka allah akan membinakan sebuah rumah dalam syurga'
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Khalil bahawa didalam al quran terdapat 7 surah yg dimulai dengan haa miim , akan datang didepan setiap pintu neraka jahanam dan memohon kepada allah swt dengan katanya "ya allah swt ..janganlah engkau masukkan kedalam neraka ini orang yang percaya kepadaku dan membacaku'
'Daripada Abu Hurairah r.a katanya bahawa rasulullah saw bversabda "sesiapa membaca haa miim ad dukhan pada malam jumaat maka diberi keampunan baginya (hr ibnu katsir)
'Rasulullah saw bersabda sesiapa yang berjalan disuatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan ,maka allah swt akan memudahkan baginya jalan ke syurga (hr muslim)'
Abu Hurairah r.a berkata bahawa rasulullah saw bersabda yang bermaksud
  • siapakah yang sudi mengambil dari diriku 5 wasiat itu lalu ia mahu mengamalkannya atau mengajarkan kepada orang yang bersedia mengamalkannya ? maka aku menjawab "saya,ya rasulullah saw " maka beliau pun seraya memegang yakni menjabat tanganku lalu beliau menghitung 5 kali sambil bersabda
  • jagailah lidahmu dari perbuatan yang haram nescaya kamu menjadi orang yg paling baik dalam beribadah
  • dan puaslah terhadap kurnia yg dilimpahkan allah kepada kamu maka tentu kamu akan menjadi orang yang paling kaya
  • dan berbuat baiklah kepada tetangga kamu nescaya kamu akan menjadi seorang mukmin yang sejati
  • dan cintailah manusia sesama kamu sebagaimana kamu mencintai diri kamu,nescaya kamu akan menjadi seorang muslim yang sempurna
  • dan janganlah banyak ketawa kerana sesungguhnya banyak ketawa itu mematikan hati


Jadi diharapkan agar kita semua dapat lah memanfaatkan mukjizat yang diturunkan oleh Allah swt khusus kepada umat Muhammad saw. Semoga ianya menjadi iktibar dan dapat dijadikan ilmu yang bermanfaat kelak...wassalam.


sumber dari:ar-raudah.com

from urdu draphic








sumber dari: urduartist.net

antara tanda kiamat -ad dukhaan







Munculnya asap pada akhir zaman merupakan salah satu tanda kiamat besar yang ditunjukkan oleh dalil Al-Kitab dan As-Sunnah.

Dalil-dalil tentang hal ini dari Al-Qur`an adalah:

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah adzab yang pedih.” (Ad-Dukhan: 10-11)

Maknanya, tunggulah orang-orang kafir itu –wahai Muhammad (Shallallahu ‘alaihi wa sallam)– pada hari di mana langit mendatangkan asap yang nyata lagi jelas, yang menutupi serta meliputi manusia. Ketika itu, dikatakan kepada mereka: “Inilah adzab yang pedih”, sebagai celaan dan cercaan keras terhadap mereka. Atau sebagian mereka mengucapkan kalimat ini kepada yang lain.1

Tentang apa yang dimaksud dengan ad-dukhan ini, apakah sudah terjadi atau merupakan tanda yang masih ditunggu terjadinya, ada dua pendapat ulama:

1. Ad-dukhan ini adalah apa yang menimpa kaum Quraisy berupa kesempitan hidup dan kelaparan yang terjadi ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kejelekan bagi mereka karena tidak mau memenuhi dakwah beliau. Mereka melihat sesuatu seperti asap di langit. Pendapat inilah yang dipegang Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dan diikuti sekelompok salaf.

Beliau radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ada lima perkara yang telah berlalu: Al-lizam2, Romawi, al-bathsyah, bulan, dan asap.” Ketika seorang lelaki dari Kindah berbicara tentang ad-dukhan: “Sesungguhnya ad-dukhan akan datang (menjelang) hari kiamat, mengambil pendengaran dan penglihatan orang-orang munafiq,” marahlah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata: “Barangsiapa yang berilmu, berbicaralah. Dan barangsiapa yang tidak berilmu, ucapkanlah: ‘Allah lebih tahu.’ Karena mengucapkan ‘Aku tidak tahu’ ketika memang tidak tahu merupakan bagian ilmu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada Nabi-Nya:

“Katakanlah (hai Muhammad): ‘Aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan’.” (Shad: 86)

Sesungguhnya Quraisy senantiasa mengulur-ulur waktu untuk masuk Islam, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kejelekan bagi mereka.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Ya Allah, tolonglah aku atas mereka dengan tujuh (tahun) sebagaimana tujuh (tahun paceklik) Yusuf.” Maka mereka dihukum satu tahun hingga binasa, memakan bangkai dan tulang, dan seseorang bisa melihat sesuatu seperti asap di antara langit dan bumi.”3

Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari, kemudian beliau mengatakan: “Karena Allah –yang Maha Mulia pujian-Nya– mengancam musyrikin Quraisy dengan asap, dan bahwa firman-Nya kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (Ad-Dukhan: 10) berada pada konteks pembicaraan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang-orang kafir Quraisy, dan cercaan-Nya terhadap kesyirikan mereka terhadap-Nya, dengan firman-Nya:

“Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Rabbmu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu. Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan.” (Ad-Dukhan: 8-9)

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala meneruskannya dengan firman-Nya kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (Ad-Dukhan: 10) yang merupakan perintah kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bersabar, hingga datang adzab-Nya kepada mereka.

Hal ini juga merupakan ancaman bagi kaum musyrikin. Hal itu merupakan ancaman bagi mereka, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan kepada mereka. Ini lebih dekat (kepada kebenaran) daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala tunda lalu Dia timpakan kepada selain mereka.4

2. Asap ini merupakan salah satu tanda yang masih ditunggu dan belum terjadi. Hal ini akan terjadi mendekati datangnya hari kiamat.

Pendapat inilah yang dipegang Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, sebagian shahabat dan tabi’in. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Mulaikah5, dia berkata: “Suatu hari, aku bersama Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma di waktu pagi. Dia berkata: ‘Aku tidak tidur tadi malam hingga subuh.’ Aku bertanya: ‘Mengapa?’ Dia berkata: ‘Mereka mengatakan, bintang Dzu Dzanbin telah terbit. Aku khawatir ad-dukhan telah muncul, maka aku tidak tidur hingga subuh’.”

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Ini adalah sanad yang shahih sampai kepada Ibnu Abbas habrul ummah, penerjemah Al-Qur`an. Dan begitu pula pendapat orang yang menyepakatinya dari kalangan shahabat dan tabi’in seluruhnya, bersamaan dengan adanya hadits-hadits yang shahih maupun hasan dan selainnya yang mengandung kecukupan dan dalil yang jelas bahwa ad-dukhan adalah salah satu tanda yang belum terjadi, dan sekaligus juga itulah zhahir Al-Qur`an.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (Ad-Dukhan: 10) Maksudnya, yang nyata dan jelas, bisa dilihat semua orang.

Adapun yang ditafsirkan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu itu adalah bayangan yang dilihat mata mereka karena lapar dan kesengsaraan yang sangat. Begitu pula firman-Nya: “Yang meliputi manusia.” (Ad-Dukhan: 11)

Maksudnya, menutupi dan mencakup mereka. Kalaulah hal itu suatu bayangan yang hanya dilihat penduduk musyrikin Makkah, tentu Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan berfirman “yang meliputi manusia.”

Dan disebutkan dalam Ash-Shahihain bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Ibnu Shayyad: “Aku menyembunyikan sesuatu untukmu.” Dia berkata: “Ad-Dukh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tetaplah di tempatmu. Engkau tidak akan melampaui batasmu.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan terhadapnya: “Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (Ad-Dukhan: 10)

Dalam hadits ini ada dalil ad-dukhan adalah sesuatu yang belum terjadi dan masih ditunggu, karena Ibnu Shayyad adalah seorang Yahudi Madinah. Padahal kisah ini tidaklah terjadi kecuali setelah beliau hijrah ke Madinah. Selain itu, hadits-hadits shahih menyebutkan bahwa ad-dukhan merupakan tanda-tanda kiamat yang besar, sebagaimana akan dijelaskan.

Adapun penafsiran Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, itu merupakan ucapan beliau saja. Dan sesuatu yang marfu’ (diriwayatkan sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) didahulukan atas setiap yang mauquf (diriwayatkan sampai kepada shahabat).

Sebagian ulama mengkompromikan riwayat-riwayat ini dengan menyatakan bahwa itu adalah dua asap. Salah satunya sudah terjadi, sedangkan yang kedua –yang muncul menjelang hari kiamat– belum. Yang sudah muncul adalah yang dilihat oleh bangsa Quraisy layaknya asap, namun bukan asap hakiki, yang terjadi ketika munculnya tanda-tanda hari kiamat.

Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Mujahid rahimahullahu berkata: ‘Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dahulu berkata: Itu adalah dua asap. Salah satunya telah terjadi. Adapun yang belum terjadi, asapnya akan memenuhi antara langit dan bumi. Asap itu akan menyebabkan seorang yang beriman akan terkena semacam selesma (flu), sedangkan orang kafir akan tembus pendengarannya’.” (Diambil dari Asyrathus Sa’ah, hal. 383-388)



sumber dari: asysyariah.com