Sesungguhnya kehidupan yang haqiqi adalah kehidupan yang dirasakan oleh hati seorang hamba, yaitu hati yang senantiasa memenuhi seruan Rabbul ‘Alaamin dan hati yang tunduk dan taat kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasulullah, ketika menyeru kalian kepada apa yang dapat memberikan kehidupan bagi kalian, dan ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kalian akan dikumpulkan” (Al Anfaal : 24)
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya kehidupan yang haqiqi, yang akan memberikan manfaat kepada manusia hanyalah kehidupan yang meng-‘ijabah’-i panggilan Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang hatinya tidak memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kehidupan baginya, meskipun dia hidup namun dengan kehidupan yang serupa dengan hidupnya binatang ” (Lihat Al Fawaid, Tahqiq Syaikh Salim bin ‘Id Al Hilaly, cetakan Maktabah Ar Rusyd, hal 140)Oleh karenanya Allah ta’ala tatkala mensifati orang-orang kafir, Allah misalkan mereka bagaikan binatang ternak, atau bahkan mereka lebih sesat dari binatang ternak. Allah ta’ala berfirman :
أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Mereka (orang-orang kafir) adalah bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat (dari binatang)” (Al A’raaf : 179)
Allah ta’ala telah berfirman,
يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Yaitu hari yang harta dan anak-anak tidak akan memberi manfaat, kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan membawa hati yang selamat”(Asy Syu’ara : 88-89)
Hari kiamat adalah hari yang tidak ada akan bermanfaat harta benda dan anak-anak. Harta manusia tidak akan bisa melindungi pemiliknya dari jilatan adzab Allah, meskipun dia mendatangkan harta berupa emas sepenuh bumi, meskipun dia berlindung kepada seluruh penduduk bumi.
Pada hari tersebut tidaklah bermanfaat seluruh materi dan perbendaharaan dunia. Sesuatu yang dapat memberikan manfaat hanyalah hati yang beriman kepada Allah, hati yang memurnikan agama kepada-Nya, dan hati yang terbebas dari kesyirikan.
Ibnu ‘Abbas rahimahullahu mengatakan, “Hati yang selamat adalah hati yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah ta’ala semata” (Lihat Tafir Ibnu Katsir untuk surat Asy Syu’ara : 88-89)
Muhammad bin Sirrin rahimahullahu mengatakan, “Hati yang selamat adalah hati yang mengetahui bahwa Allah adalah haq (benar), mengetahui bahwa kiamat kelak akan datang, tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya dan hati yang meyakini bahwa Allah akan membangkitkan manusia setelah kematian” (Lihat Tafir Ibnu Katsir untuk surat Asy Syu’ara : 88-89)
Abu Utsman An Naisabury rahimahullahu mengatakan, “Hati yang selamat adalah hati yang terbebas dari kebid’ahan dan hati yang tentram di atas sunnah.” (Lihat Tafir Ibnu Katsir untuk surat Asy Syu’ara : 88-89)
Allahu A’lam
sumber dari: hanifnurfauzi.wordpress.com/
No comments:
Post a Comment