Friday, 18 April 2014

Ceritaku, Chatting Hati Penyair







Bukan maksud hendak jadi penyair. tapi seseorang telah melontarkan sebuah wacana tentang kemunculan seorang penyair. penyair baru, kayu pertama di tumpukan pembakaran. amboi, barangkali aku harus menganalisis baik buruknya jadi seorng penyair. jangan sampai penyair baru itu (terserah itu aku atau kamu), menjadi penyair yang diisyaratkan di dalam al qurán.

“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?, kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kelaliman. Dan orang-orang yang lalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy syu’ara ayat 221-227)”

sebab banyak penyair sekarang lebih suka memperturutkan nafsu dan mencondongkan dirinya pada kesesatan dan menyesatkan. mereka mengarahkan manusia kepada hal-hal yang bersifat dunia. naúdzubillah. sebaiknya bila begitu, tidak usah saja jadi penyair. sebab apa yang ditulis dan dikatakan, itu akan mendapatkan pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak. dan kita, tentu saja mencari berkah di setiap apa yang kita ucap dan apa yang kita tulis. kita menghindarkan diri kepada kebathilan (kesia-siaan) serta kesesatan.

tentang wacana di atas, entah diri yang pelan-pelan bermetamorfosis, entahlah? tapi suatu hari aku terpikir sekali dengan wacana di atas. 



sumber dari: sangpejalan2006.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment