Monday, 14 April 2014

di manakah mereka berada sebelum menjadi manusia







Surat ini dimulai dengan sentuhan yang lembut terhadap hati manusia: di manakah mereka berada sebelum menjadi manusia? Siapakah yang men­jadikan dirinya? Siapakah yang menjadikannya layak disebut-sebut dan menjadi percaturan di alam se­mesta ini? Padahal sebelumnya ia tidak pernah di­sebut-sebut dan belum ada wujudnya?

'Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (Al Insaan: 1)

Sentuhan ini diikuti oleh sentuhan lain tentang hakikat asa- usul manusia dan kejadiannya, hikmah Allah di dalam menciptakannya, dan diberinya mereka bekal dengan bermacam-macam potensi dan pengetahuan,

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak meng­ujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.”(Al Insaan: 2)

Sentuhan ketiga adalah tentang pemberian pe­tunjuk-Nya ke jalan yang lurus, pertolongan-Nya kepada manusia untuk mengikuti petunjuk itu, dan dibebaskannya manusia setelah itu untuk memilih tempat kembalinya nanti,

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kaftr. "(Al ­Insaan: 3)

Setelah diberikan tiga macam sentuhan yang mengesankan, yang memberi pengaruh yang dalam di dalam hati dan pikiran, supaya manusia menengok ke belakang, kemudian melihat ke depan, lantas mencurahkan perhatian untuk memilih jalan hidup. Sesudah diberikan ketiga sentuhan ini, surat ini menyeru manusia yang berada di persimpangan jalan agar berhati-hati, jangan sampai menempuh jalan menuju ke neraka, dan diajaknya mereka untuk menempuh jalan ke surga dengan mengguna­kan bermacam-macam bentuk targhib (persuasi, rayuan) dan dengan dibisikkannya bermacam­-macam kesenangan, kenikmatan, dan kemuliaan,

"Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. (yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.”(Al Insaan: 4-6)

Sebelum melanjutkan pemaparan tentang bentuk-­bentuk kenikmatan itu, surat ini melukiskan ciri-ciri dan sifat-sifat orang-orang yang baik, baik itu dengan menggunakan kalimat-kalimat yang semuanya menggambarkan kehalusan, kelembutan, kebagus­an, dan kekhusyu’an yang sesuai dengan kenikmatan yang nyaman dan menyenangkan itu,

'Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesung­guhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak meng­hendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang­-orang bermuka masam penuh kesulitan. " (Al Insaan: 7-10)

mari kita nikmati sentuhan Alloh dengan gembira… 

sambil kemudian memantapkan diri untuk menepati nazar, takut akan azab, dan suka berbagi dengan yg lain



sumber dari: banumuhammad.tumblr.com/post

No comments:

Post a Comment