Teori ilmiah tentang awal mula penciptaan alam semesta hampir 100
persen disepakati oleh para ilmuwan. Selanjutnya, pikiran para ilmuwan
disibukkan oleh satu pernyataan lain, yaitu: Apakah batas alam semesta
ini tetap atau berubah?
Untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan ini, maka
penelitian-penelitian ilmiah banyak dilakukan. Mereka melakukan
pengukuran secara detail terhadap beberapa bintang dengan menggunakan
alat pemantau luar angkasa yang terdapat pada satelit yang telah
diorbitkan.
Hasil dari pemotretan menunjukkan bahwa benda-benda luar angkasa,
yang diakibatkan oleh ledakan dahsyat tersebut, memiliki kemungkinan
untuk mengembang dan meluas (ekspansi) beberapa mil. Pengembangan dan
perluasan antara satu benda dan benda lainnya berbeda-beda.
Demikianlah, para ilmuwan melakukan banyak penelitian dan
pengukuran untuk mengetahui hakikat dari luasnya alam semesta ini.
Pengukuran yang telah mereka lakukan, jika dihitung, sudah mencapai
ribuan kali.
Mereka dibantu dengan berbagai alat canggih dan sistem komputerisasi yang rumit, agar mereka mendapatkan hitungan yang mendekati kebenaran.
Mereka dibantu dengan berbagai alat canggih dan sistem komputerisasi yang rumit, agar mereka mendapatkan hitungan yang mendekati kebenaran.
Padahal Al-Qur'an, sejak puluhan abad yang lalu, telah
mengisyaratkan hal serupa dengan cara pengungkapan yang tidak rumit,
hingga mampu dipahami oleh semua orang yang membacanya. Allah SWT
berfirman:
“Dan langit itu, Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS Adz-Dzariyat: 47)
Dalam Firman Allah: ‘kami benar-benar meluaskannya’,
ungkapan ‘pengluasan’ yang dipakai adalah dalam bentuk subyek bukan
bentuk infinitif (masdar). Hal itu menunjukkan bahwa perluasan langit
tidak terjadi, melainkan atas keinginan dan kehendak dari satu kekuatan
yang dapat mengaturnya.
Dan perluasan itu tidak mungkin terjadi secara kebetulan.
Barangkali hal ini bisa menjelaskan kenapa para ilmuwan masih belum
dapat menafsirkan sebab terjadinya perluasan atau pembesaran benda-benda
langit, padahal mereka telah meyakininya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa hakekat dari alam semesta sulit
untuk dipahami oleh akal manusia yang telah dianugerahkan Allah
kepadanya. Karena Allah dalam memberikan akal kepada manusia, memberi
batasan kemampuannya. Yaitu kemampuan untuk membangun dan mengembangkan
alam semesta ini ini, tanpa memberinya kemampuan untuk memahami segala
hal yang berada di luar batas kemampuannya.
sumber dari: jurnalhajiumroh.com
No comments:
Post a Comment