Hujan menyelinapkan kegelapan, merangkak perlahan lalu memeluk seluruh ruang memori menjadi hitam putih. Waktu dipaksa memakai jubah masa lampau. lengkap sudah untuk memutar ribuan slide memori.
doa menjadi ‘original soundtrack’ yang mendampingi riak hujan, alih-alih besar, ukurannya hanya beberapa senti, butiran kecil yang entah bagaimana berupa bulir yang terjun bebas ke tanah yang lelah, menerjunkan diri dengan teratur serta dengan kecepatan tertentu , ia melalui proses yang cukup panjang, dan ia pun bersabar. itu engkau hujan…
hujan merekam setiap jejak kekesalan bahkan kebahagiaan, ia turut mendengar lantunan syukur dan kufur, ia berteman denga petir dan guntur yang amatir. mereka adalah tiga sekawan berikut dengan awan gelap. mereka seolah mengkudeta matahari agar tidak sombong, karena matahari mendapat gelar ‘super planet’ di alam semesta. Pesan pun sampai kini.
Hujan selalu ada cerita tentangmu.
“aku tak bisa menyentuh matahari, namun aku bisa menyentuhmu, Hujan…”
satu-satunya benda langit yang dapat kusentuh…
Titipan cinta dan berkah terbaik dari Allah.
Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48)
sumber dari: hartakata.wordpress.com
No comments:
Post a Comment