Friday, 31 May 2013

Gambaran Hari Kiamat







Firman Allah SWT:
Hari kiamat.

Sayid Qutub berkata: Ia disebut menunggal tanpa sebarang penerangan kerana kata-kata itu sendiri sudah cukup menyampaikan saranan yang mengerikan. Kemudian disusuli pertanyaan yang menggerunkan.

Firman Allah SWT:
Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari kiamat itu?

Al-Mawardi berkata: Apakah hari kiamat itu mempunyai dua maksud:
nHari kiamat sendiri yang ditafsirkan selepas itu.
nAzab yang menakutkan semua hati manusia.
Dinamakannya qari'ah bagi setiap yang sukar dan pedih.
Pengulangan qari'ah sebagai tanda membesarkannya.

Firman Allah SWT:
Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran.

Berkenaan dengan perkataan firash sebagai perumpamaan mempunyai dua maksud:
nSegala benda yang berterbangan seperti nyamuk dan lainnya termasuk juga belalang.
Inilah pendapat al-Farra'.
nBurung yang jatuh ke dalam api bukan semata-mata nyamuk dan juga lalat.
Inilah pendapat Abu Ubaidah dan Qatadah.

Firman Allah SWT:
Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.

Al-Sawi berkata: Allah SWT menyamakan manusia dengan keadaan gunung-ganang, dengan tujuan memberikan peringatan bahawa kegemparan dan kegoncangan yang berlaku yang meliputi semua makhluk termasuk gunung bagai bulu yang berterbangan tanpa haluan.
Demikian juga keadaannya dengan manusia. Mereka menjadi bingung serta panik disebabkan keadaan itu dan kemudian, amalan mereka dihisab lalu amalan mereka diberikan balasan.
Sayid Qutub berkata: Inilah pemandangan pertama bagi hari kiamat yang menggemparkan setiap pemandangan yang menggoncangkan hati dan menggigilkan segenap sendi.
Setiap pendengar merasa segala sesuatu yang tercacak kukuh di bumi hancur lebur menjadi debu-debu yang berterbangan. Kemudian tibalah babak akhir seluruh manusia di hari itu.

Firman Allah SWT:
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.

Sayid Qutub berkata: Makna asalnya ibu. Ibu adalah tempat kanak-kanak mencari perlindungan sedangkan ibu tempat kembali bagi orang-orang yang ringan timbangan amalnya dan mencari perlindungan pada hari itu ialah neraka Hawiyah.
Pengungkapan sangat indah dan memberi imbangan makna yang khusus. Ia merupakan kenyataan yang tidak jelas sebagai persediaan untuk diiringi dengan penjelasan yang menjadikan kesannya bertambah mendalam lagi.

Firman Allah SWT:
Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?

Ia merupakan nama daripada nama-nama neraka. Dinamakan demikina kerana jauh dasarnya. Ada riwayat menyebut ahli neraka sampai ke bawah jatuh akan mengambil masa 70 tahun.

Firman Allah SWT:
(Iaitu) api yang sangat panas.

Sayid Qutub berkata: Itulah ibu tempat kembalinya orang-orang yang ringan timbangan amalnya. Biasanya, pada ibulah terdapat keamanan dan ketenangan, tetapi malangnya orang ini mendapat neraka yang amat panas. Ini suatu ungkapan yang menimbulkan rasa terkejut yang membayangkan hakikat kejam.

Penutup

Sayid Qutub dalam Fi Zilal al-Quran berkata:
Berat ringan timbangan amalan itu menyarankan adanya amalan-amalan yang bernilai dan dihargai Allah SWT. Dan adanya amalan yang tidak bernilai tidak dihargai Allah SWT.
Inilah keseluruhan yang dapat difahami dari ungkapan ayat ini. Inilah yang dimaksudkan Allah dengan firman-Nya itu.
Percubaan menceburkan diri dalam perdebatan aqliyah dan lafziyah mengenai maksud-maksud ungkapan ayat itu merupakan perbuatan biadap terhadap al-Quran, di samping usaha sia-sia didorong kekosongan hidup yang menghalangi seseorang memberi perhatian yang sebenar terhadap al-Quran dan Islam.

Semoga kita menjadi golongan yang mendapat kurniaan Allah SWT, Amin.


sumber dari: nurulsyuhadamelor.blogspot.com

Iktibar Dari Kuda Perang





Manusia dan kuda perang , mana yang lebih taat ?

Kuda perang ?

Manusia ?

Mari kita baca terjemahan surah Al-Adiyat dengan tenang sambil berfikir ;

“ Dengan nama ALLAH Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang”
“ Demi kuda perang yang berlari kencang sekencang-kencangnya”
“Dan kuda yang memercikkan bunga api ( dengan pukulan ladam kakinya )”
“ Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba pada waktu pagi”
“ Sehingga menerbangkan debu-debu”
“ Lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh”
“Sungguh manusia itu sangat ingkar ( tidak bersyukur ) kepada Tuhannya”
“ Dan sesungguhnya dia ( manusia ) menyaksikan ( mengakui ) keingkarannya”
“ Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan”
“ Maka tidakkah dia mengetahui apabila pa yang didalam kubur dikeluarkan”
“ Dan apa yang tersimpan di dalam dada dikeluarkan ”
“ Sesungguhnya , Tuhan mereka pada hari itu Maha Teliti terhadap keadaan mereka”

Anda sudah berfikir?

Dalam surah ini , ALLAH tunjukkan perbandingan antara sifat manusia dan sifat kuda perang . Mungkin ada diantara kita yg terlepas pandang , jadi , mari kita renung kembali sambil berfikir .


Dalam surah ini , ALLAH tunjukkan kepada kita bahawa , kuda perang ini sanggup melakukan apa sahaja demi kehendak tuannya . Malah , tika dalam peperangan , kesungguhan dan semangat kuda perang ini semakin meninggi apabila ketika sama-sama berjuang dengan tuannya , sehinggakan ladam kakinya memercikkan api dan menaikkan debu-debu pasir .

Sebelum itu , mari kita lihat balik pada kuda perang . Mereka dilahirkan dan dibesarkan khusus untuk pergi berperang bersama tuannya . Makanan harian mereka hanyalah rumput kering dan mendapat air kosong biasa-biasa sahaja . Malah , kuda perang juga , punyai risiko untuk mati di medan perang .

Kita ?

ALLAH berikan kita pelbagai nikmat . Hidup dalam suasana tenang dan aman. Malah , kita juga memperoleh rezeki dan makanan yang hebat-hebat .

Namun , kebanyakkan manusia , lupa akan tujuan kehidupan .

Lupa akan semua peringatan malah meninggalakn segala suruhan.

Kita  , ALLAH bagi akal untuk berfikir sedangkan , nikmat akal itu tidak ALLAH berikan kepada kuda perang . Adakah kita lagi teruk dari kuda perang ? Yang berakal bisa berfikir , inikan pula yang tidak , hanya tunduk dan ikut sahaja .

Kadang-kala kita lupa , akan tanggungjawab sebagai hamba , untuk patuh pada ALLAH , taat pada semua perintahnya . Kadang kala kita mampersoalkan pula , sedagkan kuda perang , yang hanya diberi nikmat sedikit cuma , malah tidak mendapat apa-apa ganjaran di sana , juga turut taat kepada tuannya , inikan pula kita , yang sudah pasti akan mendapat ganjaran , melupakan akan tanggungjawab kita sebagai hamba .

Pernah terfikir ?

Tanggungjawab kita , hanya untuk taat kepada YANG ESA.

Moga ada manfaat untuk kita semua termasuk saya . Mari duduk , berfikir sambil berzikir . Merenung tahap kita .


sumber dari: melakarpelangiindah.blogspot.com

Tafsir Qs Al- Adiyat






Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA

وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا (1) فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا (2) فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا (3) فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا (4) فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا (5) إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (6) وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ (7) وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8) أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ (9

“Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Maka ia menerbangkan debu,  dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta Maka Apakah Dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui Keadaan mereka."


Asbab Nuzul :

Al-Quthubi di dalam tafsirnya ( 20/ 106 ) menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam mengutus pasukan kuda yang dipimpin al-Mundzir bin al-Amru al-Anshari kepada suku Kinanah, akan tetapi setelah beberapa lama pasukan tersebut tidak ada kabar beritanya. Kemudian orang-orang Munafik menyebarkan isu bahwa mereka terbunuh semuanya, maka turunlah ayat ini untuk memberitahukan bahwa pasukan muslimin dalam keadaan selamat dan sedang menyerang musuh.

وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا
“ Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah. “
            Kata ( al-‘Adiyat ) berasal dari  ‘ada-ya’du yang berarti jauh dan melampaui batas.  Dari sini akan diketahui makna-makna yang lain, misalnya : ‘aduwun berarti musuh, karena orang yang bermusuhan itu berjauhan hatinya.  Begitu juga al ‘udwan ( penyerangan yang melampaui batas ), karena orang yang melakukan penyerangan telah jauh dari kebenaran dan perbuatannya telah melampaui batas yang telah ditetapkan Syariah. Maka kata ( wal ‘adiyat ) pada ayat di atas bisa diartikan  ( Demi sesuatu yang berlari kencang ) karena dengan lari yang kencang, dia akan menempuh jarak yang jauh dengan cara yang cepat. Yang berlari kencang dalam ayat ini adalah kuda perang disaat menyerang pasukan musuh, sebagaimana disebutkan dalam asbab nuzul.  
            Adapun makna ( Dhobha ) adalah suara yang keluar dari kuda di saat dia sedang berlari kencang. Sehingga diartikan ( Demi kuda yang berlari kencang dengan terengah-engah ) atau dengan suara meringkik, karena kuda ketika berlari kencang dia kadang meringkik.

فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا
Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya)”
Kata ( al-Muriyat ) berasal dari wara- waryan, yang berarti menyalakan api. Sedangkan kata ( Qhad-ha ) artinya mengeluarkan. Maksudnya adalah hentakkan sepatu kuda yang mengenai batu-batuan dengan kecepatan yang tinggi sehingga memercikkan api.

فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا
“Dan kuda yang menyerang dengan tiba- tiba di waktu pagi
Al-Mughirat berasal dari kata Aghara yang berarti menyerang dengan cepat, tiba-tiba dan mendadak. Sedangkan ( Shubha) , yaitu pada waktu subuh atau pada waktu pagi. Sehingga ayat tersebut bisa diartikan penyerbuan tentara kaum muslimin yang menggunakan kuda-kuda pada waktu pagi.
Berkata Qurtubi  dalam tafsirnya ( 20/ 108 ) : “ Kaum muslimin jika hendak menyerang musuh, mereka berjalan pada malam hari, kemudian menyerang musuh pada pagi harinya, karena pada waktu itu para musuh sedang lengah. “
Pada peperangan zaman dahulu, khususnya sebelum ada listrik, yang paling efektif adalah melakukan penyerangan pada waktu pagi hari. Karena pada malam harinya, biasanya pasukan musuh istirahat dan pada pagi harinya mereka belum mempersiapkan  diri dengan sempurna. Ketika dilakukan penyerangan secara cepat, mendadak dan tiba-tiba, biasanya pasukan musuh akan mengalami kekalahan. Inilah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika hendak menyerbu sebuah desa, jika tidak terdengar adzan Subuh, beliau langsung  melakukan penyerangan secara cepat dan tiba-tiba.
Hal ini juga pernah dilakukan oleh Thariq bin Ziyad ketika menghadapi pasukan Spanyol yang jumlahnya begitu banyak dengan persenjataan yang lengkap. Thariq bin Ziyad dengan 7000 tentara melakukan serangan cepat, tiba-tiba dan mendadak ke arah pasukan Spanyol yang jumlahnya 30.000 tentara, sehingga mereka lari terbirit-birit, karena kaget dan belum sempat mempersiapkan pasukan mereka secara sempurna. Begitu juga “ Serangan Fajar “  yang dilakukan oleh tentara Indonesia telah mampu memukul mundur pasukan penjajah Belanda. Ini semuanya menunjukkan bahwa waktu shubuh adalah waktu yang bagus untuk memulai aktivitas sehari-hari. Semakin pagi dia beraktivitas, maka semakin bagus. Apalagi dimulai dengan bangun pada sepertiga akhir malam, kira-kira jam 3 malam untuk melaksanakan sholat tahajjud kemudian ditutup dengan sholat witir dan dilanjutkan dengan melaksanakan sholat Shubuh. Setelah itu dimulailah aktivitas sehari-hari.
Di dalam literatur Islam didapatkan bahwa waktu pagi hari adalah waktu yang barakah untuk melaksanakan semua kegiatan. Untuk memulai bekerja mencari rizki umpamanya, Rasulullah bersabda : “
Pada zaman keemasan Islam, ketika ilmu berkembang dengan pesat, para pelajar memulai sekolah mereka di masjid-masjid sesudah sholat shubuh langsung. Mereka terus belajar hingga menjelang Dhuhur, mereka istirahat sebentar, atau lebih sering disebut dengan  ( Qailulah ). Setelah itu mereka meneruskan pelajaran sehabis sholat Dhuhur hingga tiba waktu Ashar.

فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا
“ Maka  ( kuda-kuda tersebut ) menerbangkan debu di tempat penyerbuan
            Artinya dengan serangan yang begitu cepat dan mendadak pada pagi hari telah mampu menerbangkan debu dimana- mana. Dan ini menunjukkan betapa dahsyat penyerangan tersebut.

فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا
“Dan menyerbu ketengah-tengah perkumpulan musuh “

إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
“ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.”
            Mulai ayat 6 ini dan selanjutnya, Allah menerangkan bagaimana keadaan manusia di dunia ini sangat lalai dan lengah. Dia tidak menyadari bahwa kematian akan menjemputnya secara cepat, mendadak dan tiba-tiba sebagaimana pasukan kuda yang menyerang musuh mereka dengan cepat, mendadak dan tiba-tiba. Manusia jika tidak mempersiapkan diri sejak awal untuk menghadapi kematian dengan keimanan dan amal shaleh, maka dia akan binasa ketika kematian menjemputnya dan dia akan mendapatkan siksaan yang pedih pada hari kiamat.
  1.             Ayat di atas menjelaskan bahwa satu sifat manusia yang menyebabkan kebinasaan adalah ingkar terhadap Rabb-nya, tidak mau mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya.   
Kata  “الْكَنُود / al-Kanuud ” berasal dari “ Kanada “ yang berarti putus. Sehingga bisa diartikan memutuskan hubungan, memutus nikmat dan bantuan kepada orang lain, atau sering disebut dengan bakhil atau kikir. Orang yang bakhil adalah orang yang tidak pandai berterimakasih dan tidak pandai mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Sifat ini disebutkan oleh Allah di dalam surat lain dengan istilah “ Halu’a “
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
“ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. “  ( Qs al-Ma’arij : 19-21 )
Al Kanud juga berarti tandus atau kering. Dikatakan “ Al-Ardhu al-Kanud “, yaitu bumi yang tandus dan kering tidak ada tumbuh-tumbuhannya, bumi ini menolak air dan tidak bisa meresapnya. Artinya manusia itu mempunyai sifat al-kanud, yaitu ketika mendapatkan rizki dari Allah menolak untuk mensyukurinya dan menolak untuk memberikannya kepada orang lain yang membutuhkannya.
Oleh karenanya, Ibnu Abbas menyatakan bahwa al-insan (manusia ) dalam ayat ini  maksudnya adalah orang kafir. Bisa berarti kafir kepada Allah, bisa juga berarti kafir nikmat, yaitu tidak mensyukuri nikmat Allah, dengan menahannya dan tidak memberikannya kepada yang berhak.
قَالَ الْحَسَن : الْكَنُود هُوَ الَّذِي يَعُدّ الْمَصَائِب وَيَنْسَى نِعَم اللَّه عَلَيْهِ .
Berkata al Hasan al Bashri : “al Kanud itu adalah orang yang selalu ingat dan menghitung musibah yang menimpa dirinya, sebaliknya dia lupa atau melupakan diri terhadap nikmat Allah yang diberikan kepadanya.”

وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ 
Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
Ayat di atas mengandung dua makna :
Makna Pertama : Bahwa manusia menyaksikan sendiri keingkarannya kepada Allah, yaitu menutupi nikmat Allah dan tidak mensyukurinya. Dan ini terlihat di dalam sikap dan perbuatannya sendiri.  Menurut Ibnu Katsir ketika menjelaskan firman Allah :
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
“(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. “ ( Qs an-Nisa’ : 37 )
Bahwa orang yang bakhil adalah orang yang mengingkari nikmat Allah dan tidak menampakkannya ( di depan manusia ), tidak terlihat dalam makanannya, tidak pula di dalam pakaiannya, dan tidak pula di dalam pemberian dan pengorbanannya. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah dalam Qs al-Adiyat ayat 6-7 :
إِنَّ الإنْسَاَن لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ
Ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah di dalam salah satu hadistnya :
إن الله يحب أن يرى أثر نعمته على عبده.
“ Sesungguhnya Allah senang, jika nikmat-Nya diperlihatkan kepada hamba-Nya “ ( HR Tirmidzi )

Makna Kedua : Bahwa Allah Menyaksikan keingkaran manusia kepada nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya. Qurthubi ( 20/ 110 ) menyebutkan bahwa pendapat kedua ini merupakan pendapat mayoritas ahli tafsir .

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ 
Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
Al-Khair pada ayat di atas diartikan harta. Ini sesuai dengan firman Allah :
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ
“ Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” ( Qs al-Baqarah : 180 )
Ini dikuatkan dengan firman Allah ta’ala :
فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ
“ Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan". ( Qs Shaad : 32 )

أفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ
Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
            Kata ( Bu’tsira ) artinya membolak-balikkan, yang di atas diletakkan di bawah dan yang di bawah diletakkan di atas. Maksud ayat di atas- sebagaimana disebutkan Ibnu Katsir ( 4 / 544 )-adalah apakah manusia tersebut tidak mengetahui bahwa orang-orang yang mati di dalam kuburan mereka akan dibangkitkan ?    
وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ
dan dinampakkan apa yang ada di dalam dada
Kata “ Hushila “ diartikan : dipisahkan yang baik dan yang buruk. Hushila juga bisa diartikan : dinampakkan apa yang mereka sembunyikan di dunia. Berkata Ibnu Abbas :   “ dinampakkan sesuatu yang mereka rahasiakan dalam hati mereka”

إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ
sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.”
            Yaitu Allah mengetahui keadaaan yang telah mereka kerjakan dan akan mendapatkan balasan yang setimpal, dan tidaklah Dia mehalimi hamba-hamba-Nya sedikitpun.
            Surat ini masih berbicara tentang keimanan kepada hari akhir, sebagaimana dalam surat al-Qari’ah, berbicara tentang kuburan dan kematian sebagaimana di dalam surat at-Takatsur. Berbicara tentang hari pembalasan sebagaimana di dalam surat al_Humazah. Tujuannya agar keimanan ini bisa mencegah manusia dari perbuatan jahat, lupa diri, dan terlalu mencintai dunia.
            Perbedaan surat ini dengan yang lainnya, bahwa dalam surat ini digambarkan tentang pasukan kuda yang menyerang secara mendadak. Hal itu untuk mengingatkan kepada manusia ini agar mensyukuri nikmat Allah dan jangan terlalu mencintai dunia yang fana ini, karena kematian yang menyergapnya secara tiba-tiba sebagaimana pasukan kuda yang menyerang musuhnya secara tiba-tiba.
            Surat ini juga menggambarkan bagaimana orang-orang yang mati dalam kuburan akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya selama di dunia ini, barang siapa yang berbuat baik maka akan dibalas dengan setimpal sebaliknya yang berbuat buruk akan dibalas dengan setimpal juga, dan Allah tidak akan mendhalimi hamba-hamba-Nya sedikitpun, karena Dia mengetahui apa yang dikerjakan manusia selama berada di dunia.
Wallahu A’lam,


sumber dari: ahmadzain.com

Sesungguhnya manusia sangat tidak bersyukur akan nikmat Tuhannya






sumber dari: perjalananmenujukebenaran.blogspot.com

Better than horses?





What did it take for a medieval ages horse to face the barrage of arrows? Taking the attacks of sword on its own body first? and never betraying its master? Only twice a day grass and little grooming? How ungrateful are we to our Master (Allah)?

Al-Adiyat – Quran, (Chapter 100)
In the name of Allah, the Beneficent, the Merciful

By the (Steeds) that run, with panting (breath), (1) 
And strike sparks of fire, (2) 
And push home the charge in the morning, (3) 
And raise the dust in clouds the while, (4) 
And penetrate forthwith into the midst (of the foe) en masse― (5) 
Truly Man is, to his Lord, ungrateful; (6) 
And to that (fact) he bears witness (by his deeds); (7) 
And violent is he in his love of wealth. (8) 
Does he not know― when that which is in the graves is Scattered abroad (9) 
And that which is (locked up) in (human) breasts is made manifest― (10) 
That their Lord had been well-acquainted with them, (even to) that Day? (11)

سورة العَادیَات
شروع الله کے نام سے جو بڑا مہربان نہایت رحم والا ہے

ان سرپٹ دوڑنے والے گھوڑوں کی قسم جو ہانپ اٹھتےہیں (۱) پھر (پتھروں پر نعل) مار کر آگ نکالتے ہیں (۲) پھر صبح کو چھاپہ مارتے ہیں (۳)پھر اس میں گرد اٹھاتے ہیں (۴) پھر اس وقت دشمن کی فوج میں جا گھستے ہیں (۵) کہ انسان اپنے پروردگار کا احسان ناشناس (اور ناشکرا) ہے (۶) اور وہ اس سے آگاہ بھی ہے (۷)وہ تو مال سے سخت محبت کرنے والا ہے (۸) کیا وہ اس وقت کو نہیں جانتا کہ جو( مردے) قبروں میں ہیں وہ باہر نکال لیے جائیں گے (۹) اور جو (بھید) دلوں میں ہیں وہ ظاہر کر دیئے جائیں گے (۱۰) بےشک ان کا پروردگار اس روز ان سے خوب واقف ہوگا (۱۱)


sumber dari: yasirzaheer.wordpress.com

Menyingkap Rahsia Sedekah






Kehidupan manusia sangat sinonim dgn berkehendak kepada harta dan pangkat. Ia satu fitrah bagi manusia kerana harta dijadikan simbol kesenangan. Kegilaan manusia untuk cepat kaya dan mengejar harta menjadi-jadi sampai ada sanggup menipu demi duit.

Benarlah firman Allah:

“Dan sesungguhnya dia (manusia) sangat berlebihan dalam kecintaannya kepada harta.” 
(QS. Al ‘Adiyat: 8)

Disebabkan kecintaan manusia yg melampau menyebabkan lahirnya sifat bakhil didalam hati mereka, lebih parah bila ianya muncul didalam hati seorang muslim sifat bakhil dan kedekut ini sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan bahwa berinfaq merupakan salah satu sifat orang-orang yang bertaqwa sebagaimana firman Allah menerangkan ciri-ciri muslim:

“(iaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menginfaqkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka.” 

(QS. Al Baqarah: 3)

Allah meletakkan 'infaq' atau 'sedekah' adalah ciri-ciri seorang muslim. Umat Islam dianjurkan bersedekah dan Allah membenci sifat kedekut.

Didalam satu hadis Nabi SAW bersabda:
“Tidaklah ada satu hari pun yang dilalui oleh setiap hamba pada pagi harinya, kecuali ada dua malaikat yang turun, berkata salah satu dari keduanya: Ya Allah berilah orang yang suka menginfaqkan hartanya berupa ganti (dari harta yang diinfaqkan tersebut), dan berkata (malaikat) yang lain: Ya Allah, berilah orang yang kedekut kebinasaan (hartanya).” (HR.Bukhari dan Muslim)

Allah Azzawajal telah berjanji akan menggantikan harta orang yang berinfaq dengan gantian yang lebih baik, sebagaimana dalam firman Allah:

“Dan Apa saja yang kamu infaqkan, niscaya Dia (Allah) akan menggantinya.” 
(QS. Saba’: 39)

Demikian pula yang difirmankan-Nya dalam hadits qudsi:

“Berinfaqlah wahai anak Adam, niscaya engkau akan diberi balasan/gantinya.”
(HR.Bukhari dan Muslim)


Sebagai muslim yg benar-benar beriman dan ikhlas wajib yakin dan membenarkan firman Allah. Sekaligus membenarkan dengan melaksanakan sedekah dan berinfaq ke jalan Allah. Sedekah bukan sahaja mendapat ganjaran balas, malah ia merupakan amalan yg tidak putus-putus walaupun kita mati.

Cuba bayangkan, kita bersedekah untuk pembinaan Masjid atau sekolah yg mana org beribadah dan menuntut ilmu padanya, nescaya setiap kali org melangkah masuk masjid atau sekolah untuk beribadah dan menuntut ilmu, kita mendapat pahala tanpa henti atas amalan sedekah kita. Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yg membina kerana Allah sebuah masjid, Allah membina baginya mahligai di Syurga. (HR. Muslim)

Moga hasil sedekah kita, dapat kita menumpang mahligai di syurga yg dijanjikan Allah Azzawajal.

Sangat besar ganjaran sedekah, kita sedekah didunia, kita untung diakhirat, seperti bermain saham. Kita labur dan terima habuan yg tak henti-henti. Namun saham akhirat tidak ada rugi, hanya untung yg tak henti hingga khiamat.

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:

“Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”. (QS. Al-Baqarah: 280)

Elemen yg terpenting dalam bersedekah adalah niat yg ikhlas kerana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan permisalan orang-orang yang menginfaqkan hartanya karena mencari keredhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai) …” (QS. Al Baqarah: 265)


Di antara Keutamaan Sedekah:
 

1.Mendapatkan Pahala yang Berlipat Ganda

Dengan sedekah tersebut Allah -Subhanahu wa Ta’ala- memuliakan kaum muslimin, menyucikan harta mereka, serta memberikan ganjaran bagi mereka dengan ganjaran yang berlipat ganda dan menuliskannya disisi-Nya sebagai kebaikan yang sempurna.

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
“Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”.
(QS. Al-Baqarah: 245)

2. Tanda Ketaqwaan

Sedekah adalah tanda dan ciri ketaqwaan seorang muslim.

Allah -Ta’ala- berfirman:
“Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka“. (QS. Al Baqarah : 2-3)


3. Sedekah Bekal Menuju Akhirat


Akan tiba masa yang tidak ada lagi jual beli, dan tidak bermanfaat persahabatan (hari kiamat). Oleh karena itu, sebelum tiba masa itu hendaknya seseorang mempersiapkan bekalan yang boleh membantunya iaitu dengan banyak-banyak bersedekah.

Allah Ta’ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang Telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. dan orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim“. (QS. Al Baqarah : 254)

Al-Allamah Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- berkata, “Ini merupakan kelembutan Allah terhadap para hamba-Nya, karena Allah memerintahkan mereka untuk mempersembahkan sesuatu yang Allah berikan kepada mereka, berupa sedekah wajib (zakat), dan sedekah mustahab (sunnah) agar hal itu menjadi tabungan, dan pahala yang banyak bagi mereka pada hari orang-orang yang beramal memerlukan kepada setitik kebaikan yg mana tiada lagi perniagaan di hari itu.
Andai seorang menebus dirinya dengan emas sepenuh bumi dari siksaan pada hari kiamat, maka tak akan diterima darinya; tak akan bermanfaat baginya seorang kekasih, dan sahabat, baik itu kerana kedudukannya atau syafa’atnya. Itulah hari yang sgt rugi bagi para pelaku kejahatan di dalamnya, dan akan terjadi kehinaan bagi orang-orang yang zalim”. [Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman (hal. 110)]

4. Sedekah Adalah Perisai Dari Neraka


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Hendaknya salah seorang diantara kalian melindungi wajahnya dari neraka, sekalipun dengan sebelah biji korma(bermakna bersedekah)”. [HR. Ahmad. Hadits ini di-shahih-kan oleh Al-Albaniy dalam Shahih At-Targhib (864)]

5. Shadaqah Penghapus Kesalahan

Setiap anak cucu adam tidak lepas dari kesalahan, namun Allah yang Maha pemurah telah memberikan suatu sebab yang dengannya boleh menghapuskan kesalahan-kesalahan dari anak cucu adam dan sebab tersebut adalah dengan bersedekah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Sedekah itu memadamkan (menghapuskan) kesalahan sebagaimana air memadamkan api” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/321), dan Abu Ya’laa. Lihat Shohih At-Targhib (1/519)]

6. Sedekah Pelindung Di Padang Mahsyar

Ketika manusia menanti keputusan di padang mahsyar dan sibuk dengan urusan masing-masing. Manusia pada saat itu tidak peduli lagi dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka. Matahari didekatkan dengan jarak satu mil, pada saat itulah seseorang sangat memerlukan pahala sedekah yang dapat menaungi mereka.

Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“Setiap orang berada dalam naungan sedekahnya hingga diputuskan perkara di antara manusia“. [HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. Hadits ini shahih sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib (872)]

7. Sedekah Pemadam Panas Di Alam Kubur


Tentunya seorang mukmin apabila dia mati maka dia mendambakan kuburnya adalah termasuk taman di antara taman-taman syurga dan jauh dari panasnya api neraka. Rasulullah yang sangat sayang kepada umatnya telah memberikan tuntunan yang dapat menyelamatkan umatnya dari panasnya api neraka iaitu dengan bersedekah. Beliau bersabda :

“Sesungguhnya sedekah akan memadamkan panasnya kubur bagi pemilik sedekah”. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir, dan Al-Baihaqiy. Syaikh Al-Albaniy meng-hasan-kan hadits ini dalam Ash-Shahihah (3484)]

8. Sedekah Adalah Sebab Malaikat Mendoakan Seseorang

Sungguh suatu kemuliaan tersendiri bila seseorang dido’akan oleh makhluk yang dekat dengan Allah yaitu para malaikat, tentu do’a tersebut adalah do’a yang mustajab. Maka dengan bersedekahlah dapat menjadi sebab seseorang dido’akan oleh para malaikat.

Rasululullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
“Tak ada suatu hari pun seorang hamba berada di dalamnya, kecuali ada dua orang malaikat akan turun; seorang diantaranya berdo’a, “Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfaq”. Yang lainnya berdo’a, “Ya Allah, berikanlah kehancuran bagi orang yg enggan berinfaq”.”. [HR. Bukhari dan Muslim ]

9. Tujuh Golongan yang Dinaungi

Padang Mahsyar merupakan tempat pengadilan. Allah akan mengadili dan memutuskan segala urusan dan perkara setiap hamba-hamba-Nya, baik itu berkaitan dengan hak Rabb-nya, orang lain, ataupun dirinya sendiri. Hari itu merupakan hari yang amat mengerikan dan menakutkan sehingga semua makhluk tunduk dan pasrah kepada Sang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, Allah Rabb alam semesta.

“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar”.(QS.An-Naba’: 38)


“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Jatsiyah: 28)


Belum lagi matahari didekatkan dengan sedekat-dekatnya. Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, Ketika itulah para hamba menunggu dan mengharapkan perlindungan dan naungan dari Rabb-nya. Diantara golongan yang mendapatkan naungan saat itu, orang yang ikhlas bersedekah.

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,


“Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari kiamat yang mana tidak ada naungan selain naungan Allah….seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah yang ia rahsiakan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa-apa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya”. [HR. Bukhari dalam Sahih-nya (629), Muslim dalam Sahih-nya (1032)]

Sungguh agung dan besar keutamaan bersedekah, akan tetapi suatu amalan tidak akan menjadi agung, tanpa disertai dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Semoga Allah menjadikan sedekah kita sebagai naugan kita dipadang mahsyar kelak.


sumber dari: humaidijahya.blogspot.com

DEMI KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG




DEMI KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG TERENGAH ENGAH .

Yang pukulan kakinya memercikan tanya api menyerang tiba-tiba .

PADA WAKTU PAGI HINGGA MENERBANGKAN DEBU LALU MENYERBU.

Sungguh manusia itu sangat langsung (tidak bersyukur)kepada

TUHANNYA .
DAN SESUNGGUHNYA (MANUSIA) DIA MENYAKSIKAN KEINGKARANNYA .

Dan sesunguhnya cintanya kepada harta benar 2 berlebihan .

MAKA TIDAKLAH DIA KETAHUI APABILA APA YANG DIDALAM KUBUR DIKELUARKAN .

Dan apa yang ada dalam hatinya dilahirkan .

SUNGUH , TUHAN MEREKA PADA HARI ITU MAHA TELITI KEADAAN MEREKA .


sumber dari: zaenalar.blogspot.com

The Chargers




    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا(1) By the (Steeds) that run, with panting (breath),
فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا(2) And strike sparks of fire,
فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا(3) And push home the charge in the morning,
فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا(4) And raise the dust in clouds the while,
فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا(5) And penetrate forthwith into the midst (of the foe) en masse;-
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ(6) Truly man is, to his Lord, ungrateful;
وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ(7) And to that (fact) he bears witness (by his deeds);
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ(8) And violent is he in his love of wealth.
۞ أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ(9) Does he not know,- when that which is in the graves is scattered abroad
وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ(10) And that which is (locked up) in (human) breasts is made manifest-
إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ(11) That their Lord had been Well-acquainted with them, (even to) that Day?


sumber dari: murattalkeren.blogspot.com

Menghafal QS Al Adiyat sambil mewarnai





Menghafal QS Al Adiyat sambil mewarnai,
Ini punyanya Ananda Hanifah Kelas 1 Utsman bin Affan,... duh cantiknya


sumber dari: dariseberangdesa.blogspot.com

Al-'Aadiyaat in calligraphy






sumber dari: khtt.net

AL-QABIL




The Acceptor of Repentance

He accepts repentance from His servants, pardons evil acts, and knows what they do. (Surat ash-Shura, 25)

All human beings are very vulnerable, for we cannot survive unless all conditions essential for life are provided for us. And yet some people tend to grow insolent, arrogant, and ungrateful toward Allah, as the following verses indicate:

We offered the Trust to the heavens, Earth, and the mountains, but they refused to take it on and shrank from it. But man took it on. He is indeed wrongdoing and ignorant. (Surat al-Ahzab, 72)

Truly man is ungrateful to his Lord. (Surat al-‘Adiyat, 6)

22Allah is fully aware of this inherent evil tendency. He knows that humanity is fallible, ignorant, and ungrateful, and yet He is always compassionate and merciful toward people. Out of His compassion, He showed humanity the way to salvation: repentance.

Allah gives all of us countless opportunities to purify ourselves through repentance. Regardless of what we have done or of our former ungratefulness, we can attain salvation if we are sincere, remain true to Allah, fear and are aware of Allah, and truly repent.

This attribute is a clear indication of Allah's compassion and mercy upon people. Allah, Who is not in need of anything,wouldn't have forgiven anyone if He willed. But out of His infinite compassion, He knew that people would need this compassion and mercy, and so gave the good news that He would accept the repentance of any sincere person. As the Qur'an states:

Do they not know that Allah accepts repentance from His servants and acknowledges their alms, and that Allah is the Ever-Returning, the Most Merciful? (Surat at-Tawba, 104)


sumber dari: harunyahya.com

-=|[ Jeritan Iblis Saat Sakaratul Maut ]|=-







Kisah Islamiah hadir kembali dengan kisah Jin, dengan Iblis sebagai pokok pembicaraan. Saat kiamat nanti, semua yang hidup akan mati, tidak terkecuali iblis dan anak keturunannya. Disebutkan bahwa Iblis sangat sengsara pada saat naza’ atau proses pencabutan nyawa.

BERIKUT KISAHNYA.

Dalam kitab karya Imam Abdirrahim bin Ahmad Al-Qadhiy diceritakan bahwa saat sangkakala kematian ditiup, maka terkejutlah semua penghuni langit dan bumi. Gunung-gunung berjalan, langit terbalik dan bumi bergoncang, orang yang hamil akan melahirkan bayinya, orang yang menyusui lupa pada anak yang disusuinya, anak-anak jadi ubanan, matahari mengalami gerhanan, manusia lupa diri dan setan pun bingung.
Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya goncangan pada hari kiamat adalah goncangan yang sangat besar (dahsyat).”
(QS. Al-Hajj: 1).

TIUPAN SANGKA KALA.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,
“Apakah kalian mengetahui tentang hari tersebut?”
Merka menjawab,
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Nabi Muhammada SAW bersabda,
“Pada hari itu Allah berfirman kepada Adam a.s,
“Bangunlah dan pilihlah dari anak cucumu yang memilih neraka. ‘Berpaa orang dari tiap 1000 orang?’
Allah SWT berfirman,
Dari setiap 1000 orang, ada 999 orang di neraka dan satu orang di surga.”
Maka sangatlah berat keadaan kaum pada saat itu, kebanyakan mereka menangis dan bersusah hati.
Lalu Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya aku mengharapkan 2/3 diantara kalian adalah ahli surga.”
Nabi bersabda lagi,
“Bergembiralah kalian, sesungguhnya kalian adalah bagian dari beberapa umat, seperti rambut pada lambung unta, sesungguhnya kalian adalah satu bagian dari seribu bagian umat.”
Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala dengan tiupan yang mematikan, maka ditiup sangkakala dan malaikat israfil berkata,
“Wahai para ruh yang telanjang, keluarlah kalian atas perintah Allah SWT.”
Maka binasa dan matilah seluruh penghuni langit dan bumi kecuali orang yang dikehendaki Allah, maka sesungguhnya mereka hidup di sisi-Nya.
Allah SWT berfirman,
“Hai malaikat maut, sesungguhnya Aku menciptakan bagimu sebanyak bilangan orang-orang yang pertama sampai yang terakhir sebagai pemabantu, dan Aku menjadikan untukmu kekuatan langit dan bumi, dan sesungguhnya hari ini Aku memberimu pakaian kemurkaan, maka turunlah dengan kemurkaan-Ku dan cambuk-Ku pada iblis yang terlaknat, maka timpakanlah kematian kepadanya dan bawalah padanya pahitnya kematian orang-orang dari yang pertama sampai yang terkahir dari manusia dan jin dengan berkali-kali lipat.
Dan bawalah besertamu 70.000 malaikat zabaniyah, beserta setiap malaikat sebuah rantai dari neraka Lazha.”

IBLIS MENANGIS.

Lalu malaikat maut memanggil para malaikat untuk membuka pintu-pintu neraka, maka turunlah malaikat maut dengan rupa yang sangat menakutkan. Setelah sampai di hadapan iblis, malaikat maut menangkapnya hingga pingsan, iblis menjerit dengan jeritan yang seandainya seluruh penghuni langit dan bumi mendengarnya, maka pingsanlah mereka sebab jeritan iblis tersebut.
Malaikat maut berkata,
“Hai iblis, rasakanlah olehmu kematian pada hari ini, berapakah umur yang telah engkau habiskan dan berapakah lamanya engkau telah menyesatkan (manusia).”
Maka larilah iblis ini ke arah timur dan ketika sampai di timur, malaikat maut sudah berada di sana. Iblis pun berlari ke arah barat dan malikat maut pun sudah berada di sana, kemanapun iblis lari, malaikat maut selalu ditemuinya.
Iblis berkata,
“Hai malaikat maut, dengan gelas apa engkau memberiku minum?”
Malaikat maut menjawab,
“Dengan gelas dari neraka Lazha dan neraka Sa’ir.”
Iblis pun terjatuh ke bumi berkali-kali, sehingga ia berada di tempat yang sangat hina dan dilaknati. Lalu malaikat zabaniyah menurunkan gantolan, menarik dan menikamnya dengan tombak, maka iblis itu mengalami naza’ (proses pencabutan nyawa) dan sakaratul maut yang teramat menyakitkan.
wallahu’alam..


sumber dari: mujahidinanonymous.wordpress.com

The Flood of Arim which was Sent to the State of Saba




When we examine the Qur’an in the light of the historical data above, we observe that there is very substantial agreement here. Archaeological findings and historical data both verify what is recorded in the Qur’an. As mentioned in the verse, these people, who did not listen to the exhortations of their prophet and who ungratefully rejected faith, were in the end punished with a dreadful flood. This flood is described in the Qur’an in the following verses:

There was, for Saba, aforetime, a Sign in their home-land - two Gardens to the right and to the left. "Eat of the Sustenance (provided) by your Lord, and be grateful to Him: a territory fair and happy, and a Lord Oft-Forgiving!" But they turned away (from Allah), and We sent against them the Flood (released) from the dams, and We converted their two garden (rows) into "gardens" producing bitter fruit, and tamarisks, and some few (stunted) Lote-trees. That was the Requital We gave them because they ungratefully rejected Faith: and never do We give (such) requital except to such as are ungrateful rejecters. (Surah Saba: 15-17)

As emphasised in the above verses, the Sabaean people were living in a region noted for its outstanding aesthetic, fruitful vineyards and gardens. Situated on the trade routes, the country of Saba had quite a high standard of living and was one of the most favoured cities of the time.

In such a country, where standards of living and circumstances were so high, what the Sabaean people should have done was to "Eat of the Sustenance (provided) by our Lord, and be grateful to Him" as is stated in the verse. Yet, they did not do so. They chose to lay claim to the prosperity they had. They thought that this country belonged to themselves, that it was they who made all these extraordinary circumstances possible. They chose to be arrogant instead of being grateful, and, as revealed in the verses, they "turned away from Allah"…


Today, the famous dam of the Sabaeans has been turned into irrigation facilities.
Braj Marib
The Ma’rib Dam seen above in ruins was one of the most important works of the Sabaean people. This dam collapsed because of the flood of Arim mentioned in the Qur’an and all the cultivated areas were swamped. Its territory destroyed with the collapsing of the dam, the Sabaean state lost its economic strength in a very short time and was soon completely demolished.


Because they laid claim to all the prosperity they had, they lost it all. As related in the verse, the flood of Arim destroyed everything they had.

In the Qur’an, the punishment sent to the Sabaean people is named as "Sayl al-Arim" which means the "flood of Arim". This expression used in the Qur’an also tells us the way this disaster occurred. The word "Arim" means dam or barrier. The expression of "Sayl al-Arim" describes a flood that came about with the collapse of this barrier. Islamic commentators have resolved the issue of time and place being guided by the terms used in the Qur'an about the flood of Arim. Mawdudi writes in his commentary:

Sabaean inscriptions
On the pillars, there are inscriptions written in the Sabaean language.
As also used in the expression, Sayl al-Arim, the word "arim" is derived from the word "arimen" used in the Southern Arabic dialect, which means "dam, barrier". In the ruins unearthed in the excavations made in Yemen, this word was seen to be frequently used in this meaning. For example, in the inscriptions which was ordered by Yemen’s Habesh monarch, Ebrehe (Abraha), after the restoration of the big Ma’rib wall in 542 and 543 AD, this word was used to mean dam (barrier) time and again. So, the expression of Sayl al- Arim means "a flood disaster which occurs after the destruction of a dam."

"We converted their two garden (rows) into gardens producing bitter fruit, and tamarisks, and some few (stunted) Lote-trees" (Surah Saba: 16). That is, after the collapse of the dam-wall, all the country was inundated by the flood. The canals that had been dug by the Sabaean people, and the wall that had been constructed by building barriers between the mountains, were destroyed and the irrigation system fell apart. As a result, the territory, which was like a garden before, turned into a jungle. There was no fruit left but the cherry-like fruit of little stumpy trees.42
The Christian archaeologist Werner Keller, writer of "The Holy Book Was Right" (Und Die Bible Hat Doch Recht), accepted that the flood of Arim occurred according to the description of the Qur’an and wrote that the existence of such a dam and the destruction of the whole country by its collapse proves that the example given in the Qur'an about the people of the garden was indeed realised.43 

After the disaster of the Arim flood, the region started to turn into a desert and the Sabaean people lost their most important source of income with the disappearance of their agricultural lands. The people, who had not heeded the call of Allah to believe in Him and to be grateful to Him, were in the end punished with such a disaster as this. After the great destruction caused by the flood, the people started to disintegrate. The Sabaean people started to desert their houses and emigrate to Northern Arabia, Makkah and Syria.44 
Since the flood took place after the revelation of the Tawrah and the Injil, this event is described only in the Qur’an.

The city of Ma’rib, which was once a residence for the Sabaean people, but is now only a desolate ruin, undoubtedly remains a warning to those who repeat the same mistake as the Sabaean people. The Sabaean people were not the only people that were destroyed by a flood. In Surat al-Kahf of the Qur'an, the story of two garden owners is told. One of these men possesses a very imposing and productive garden like those of the Sabaean people. However, he makes the same mistake as them: turning away from Allah. He thinks that the favour bestowed on him "belongs" to him himself, i.e. he is the cause of it:


Saba
The Qur’an tells us that the Queen of Saba and her people were "worshipping the sun besides Allah" before she followed Sulayman (as). The information on the inscriptions verify this fact and indicate that they were worshipping the sun and the moon in their temples, one of which is seen above.


Set forth to them the parable of two men: for one of them We provided two gardens of grape-vines and surrounded them with date palms; in between the two We placed corn-fields. Each of those gardens brought forth its produce, and failed not in the least therein: in the midst of them We caused a river to flow.
(Abundant) was the produce this man had. He said to his companion, in the course of a mutual argument: "more wealth have I than you, and more honour and power in (my following of) men." He went into his garden in a state (of mind) unjust to his soul: He said, "I deem not that this will ever perish, Nor do I deem that the Hour (of Judgment) will (ever) come: Even if I am brought back to my Lord, I shall surely find (there) something better in exchange."

His companion said to him, in the course of the argument with him: "Dost thou deny Him Who created thee out of dust, then out of a sperm-drop, then fashioned thee into a man? But (I think) for my part that He is Allah, My Lord, and none shall I associate with my Lord. Why didst thou not, as thou wentest into thy garden, say: ‘Allah's will (be done)! There is no power but with Allah!’ If thou dost see me less than thee in wealth and sons, It may be that my Lord will give me something better than thy garden, and that He will send on thy garden thunderbolts (by way of reckoning) from heaven, making it (but) slippery sand!- Or the water of the garden will run off underground so that thou wilt never be able to find it."

So his fruits (and enjoyment) were encompassed (with ruin), and he remained twisting and turning his hands over what he had spent on his property, which had (now) tumbled to pieces to its very foundations, and he could only say, "Woe is me! Would I had never ascribed partners to my Lord and Cherisher!" Nor had he numbers to help him against Allah, nor was he able to deliver himself. There, the (only) protection comes from Allah, the True One. He is the Best to reward, and the Best to give success. (Surat al-Kahf: 32-44)

As understood from the verses, the mistake of this garden owner was not to deny the existence of Allah. He does not deny the existence of Allah, on the contrary he supposed that "even if he is brought back to his Lord" he would certainly find something better in exchange. He held that the state he is in, was due to his own successful efforts alone and not a gift from Allah.

Actually, this one aspect of associating partners to Allah: attempting to lay claim to things that belong wholly to Allah and losing one's fear of Allah.

This is what the Sabaean people also did. Their punishment was the same - all of their territory was destroyed - so that they could understand that they were not the ones who were the "owners" of power but that it was only "bestowed" on them…


sumber dari: harunyahya.com

** Mengenal siapa itu AL-Mahdi





Quantcast

perang dunia 3﴾ 

(Al Baqarah:30 ﴿
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
.

“Ketika kalian melihatnya (kehadiran Imam Mahdi), maka berbai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Abu Dawud)

Imam Mahdī (arab الإمام المهدي, Muhammad al-Mahdī, Mehdi; “Seseorang yang memandu”) adalah seorang muslim berusia muda yang akan dipilih oleh Allah untuk menghancurkan semua kezaliman dan menegakkan keadilan di muka bumi sebelum datangnya hari kiamat.

Hal ini diterangkan dalam sebuah hadist nabi yang diriwayatkan oleh Thabrani.
Telah bersabda Rasulullah SAW:
Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kezhaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah SWT akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi) telah dipenuhi sebelum itu oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun. (HR. Thabrani)

Hadist lain yang menerangkan tentang kedatangan Imam Mahdi adalah sebagai berikut:

Telah bersabda Rasulullah, “Pada akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang berasal dari umatku, yang akan melimpahkan harta kekayaan selimpah-limpahnya. Dan ia sama sekali tidak akan menghitung-hitungnya”. (HR. Muslim dan Ahmad)

Ciri-ciri Imam Mahdi :

Tidak ada seorang pun dimuka bumi ini yang mengetahui tentang Imam Mahdi dan ciri-cirinya , kecuali Rasulullah, karena Rasululah dibimbing oleh wahyu. Oleh karena itu bagi kita sebaik-baiknya tempat untuk merujuk tentang perkara ini adalah apa yang baginda Rasulullah katakan dalam hadist-hadistnya sebagai berikut:
Telah bersabda Rasulullah SAW:

“Al-Mahdi berasal dari umatku, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi ini) sebelum itu dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan, dan ia (umur kekhalifahan) berumur tujuh tahun.” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim)

Telah bersabda Rasulullah SAW:

“Al-Mahdi berasal dari umatku, dari keturunan anak cucuku.” 
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim)

Kemunculan Imam Mahdi

Kemunculan Imam Mahdi bukan karena kemauan Imam Mahdi itu sendiri melainkan karena takdir Allah yang pasti berlaku. Bahkan Imam Mahdi sendiri tidak menyadari bahwa dirinya adalah Imam Mahdi melainkan setelah Allah SWT mengislahkannya dalam suatu malam, seperti yang dikatakan dalam sebuah hadist berikut:

“Al-Mahdi berasal dari umatku, yang akan diislahkan oleh Allah dalam satu malam.” 
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Kemunculan Imam Mahdi akan di dahului oleh beberapa tanda-tanda sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadist berikut:
Aisyah Ummul Mukminin RA telah berkata:

Pada suatu hari tubuh Rasulullah SAW bergetar dalam tidurnya. Lalu kami bertanya, ‘Mengapa engkau melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan wahai Rasulullah?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Akan terjadi suatu keanehan, yaitu bahwa sekelompok orang dari umatku akan berangkat menuju baitullah (Ka’bah) untuk memburu seorang laki-laki Quraisy yang pergi mengungsi ke Ka’bah. Sehingga apabila orang-orang tersebut telah sampai ke padang pasir, maka mereka ditelan bumi.’ Kemudian kami bertanya, ‘Bukankah di jalan padang pasir itu terdapat bermacam-macam orang?’ Beliau menjawab, ‘Benar, di antara mereka yang ditelan bumi tersebut ada yang sengaja pergi untuk berperang, dan ada pula yang dipaksa untuk berperang, serta ada pula orang yang sedang berada dalam suatu perjalanan, akan tetapi mereka binasa dalam satu waktu dan tempat yang sama. Sedangkan mereka berasal dari arah (niat) yang berbeda-beda. Kemudian Allah SWT akan membangkitkan mereka pada hari berbangkit, menurut niat mereka masing-masing.” (HR. Bukhary, Muslim)

Telah bersabda Rasulullah SAW:

“Seorang laki-laki akan datang ke Baitullah (Ka’bah), maka diutuslah suatu utusan (oleh penguasa) untuk mengejarnya. Dan ketika mereka telah sampai di suatu gurun pasir, maka mereka terbenam ditelan bumi.” (HR. Muslim)

Telah bersabda Rasulullah SAW:

“Suatu kaum yang mempunyai jumlah dan kekuatan yang tidak berarti akan kembali ke Baitullah. Lalu diutuslah (oleh penguasa) sekelompok tentara untuk mengejar mereka, sehingga apabila mereka telah sampai pada suatu padang pasir, maka mereka ditelan bumi.” (HR. Muslim)“Suatu kaum yang mempunyai jumlah dan kekuatan yang tidak berarti akan kembali ke Baitullah. Lalu diutuslah (oleh penguasa) sekelompok tentara untuk mengejar mereka, sehingga apabila mereka telah sampai pada suatu padang pasir, maka mereka ditelan bumi. (HR. Muslim)“Sungguh, Baitullah ini akan diserang oleh suatu pasukan, sehingga apabila pasukan tersebut telah sampai pada sebuah padang pasir, maka bagian tengah pasukan itu ditelan bumi. Maka berteriaklah pasukan bagian depan kepada pasukan bagian belakang, dimana kemudian semua mereka ditenggelamkan bumi dan tidak ada yang tersisa, kecuali seseorang yang selamat, yang akan mengabarkan tentang kejadian yang menimpa mereka. (HR. Muslim, Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah)
Telah bersabda Rasulullah SAW:
“Akan dibaiat seorang laki-laki antara makam Ibrahim dengan sudut Ka’bah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud)
Telah bersabda Rasulullah SAW:
“Suatu pasukan dari umatku akan datang dari arah negeri Syam ke Baitullah (Ka’bah) untuk mengejar seorang laki-laki yang akan dijaga Allah dari mereka.” (HR. Ahmad)

Kepemimpinan Imam Mahdi

Dalam hadist yang disebutkan di atas Imam Mahdi akan memimpin selama 7 atau 8 atau 9 tahun. Semasa kepemimpinannya Imam Mahdi akan membawa kaum muslimin untuk memerangi kezaliman hingga satu demi satu kedzaliman akan tumbang takluk dibawah kekuasaanya.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih Imam Mahdi dan pasukannya akan membuat murka raja kezaliman (Dajjal) sehingga membuat Dajjal keluar dari persembunyiannya dan berusaha membunuh Imam Mahdi serta pengikutnya.

Kekuasaan dan kehebatan Dajjal bukanlah lawan tanding Imam Mahdi oleh karena itu sesuai dengan takdir Allah, maka Allah SWT akan menurunkan Nabi Isa dari langit yang bertugas membunuh Dajjal. Imam Mahdi dan Nabi Isa akan bersama-sama memerangi Dajjal dan pengikutnya, hingga Dajjal mati ditombak oleh Nabi Isa di “Pintu Lud” dalam kompleks AL-Aqsa.

Imam Mahdi itulah yang akan mengajak umat manusia kembali ke jalan yang benar. Tugas pertama Al Mahdi adalah mengobarkan perang pemikiran(Ghazwul Fikri) di dalam dunia Islam dan mengembalikan umat Muslim yang telah jauh dari intisari Islam sejati, menuju iman dan akhlak sesungguhnya.

”Dalam hal ini, Al Mahdi mempunyai tiga tugas dasar,” ujar Harun Yahya. Berikut ini ketiga tugas Imam Mahdi itu:

1. Menghancurkan seluruh sistem filsafat yang mengingkari keberadaan Allah SWT.
2. Memerangi takhayul dengan membebaskan Islam penindasan orang-orang munafik yang telah menyimpangkan agama, dan kemudian mengungkap dan melaksanakan akhlak Islam sejati yang didasarkan pada aturan Alquran.
3. Memperkuat seluruh dunia Islam, baik secara politik maupun sosial, dan kemudian mengembangkan perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan serta memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan.

”Menurut sejumlah besar hadis, Nabi ‘Isa AS akan turun ke bumi pada waktu bersamaan dan akan menyeru seluruh pemeluk Kristen dan Yahudi, khususnya, untuk meninggalkan berbagai kepercayaan takhayul yang diyakini oleh mereka pada saat ini dan hidup menurut Alquran,” papar Harun Yahya.

Menurut dia, ketika pemeluk Kristen telah mendengarkannya, umat Islam dan Kristen akan bersama di bawah satu keimanan dan dunia ini akan mengalami zaman perdamaian, keamanan, kebahagian, dan kesejahteraan terbesar yang dikenal sebagai Masa Keemasan.

﴾ Al Hajj:38 ﴿ Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.

﴾ Al Hajj:39 ﴿ Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,

﴾ Al Hajj:40 ﴿ (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,

﴾ Al Hajj:41 ﴿ (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

﴾ Al Hajj:45 ﴿ Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi

﴾ Al Hajj:46 ﴿ maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Imam Mahdi dan makhluk-makhluk AD-DABBAH.
Ad-Dabbah

“Ia akan membawa tongkat Musa dan memakai cincin Sulaiman”.
Ada suatu kesamaan perkataan hadist yg membahas tentang makhluk Ad-dabbah dengan kemunculan Imam Mahdi dan Dajjal, berikut kesamaan pembahasnnya :
Firman Allah,

“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82).
Hadits Ibnu Mas’ud
radhiallahu ‘anhu
, bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ اْلآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ ضُحًى وَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَاْلأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيبًا. رواه مسلم في كبات الفتن وأشرط الساعة 18/27 بشرح النواوي
Sesungguhnya awal tanda-tanda terjadinya hari kiamat adalah terbitnya matahari dari arah tenggelamnya dan keluarnya ad-Dabbah di antara manusia pada waktu dluha. Yang mana pun keluar lebih dulu sebelum yang lainnya, maka yang lainnya muncul di belakangnya secara dekat.
(HR. Muslim dalam kitab al-Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah, 18/27 dengan syarh Imam Na-wawi)
Hadits Abu Umamah
radhiallau ‘anhu
dalam riwayat imam Ahmad:
تَخْرُجُ الدَّابَّةُ فَتَسِمُ النَّاسَ عَلَى خَرَاطِيمِهِمْ ثُمَّ يَغْمُرُونَ فِيكُمْ حَتَّى يَشْتَرِيَ الرَّجُلُ الْبَعِيرَ فَيَقُولُ مِمَّنِ اشْتَرَيْتَهُ فَيَقُولُ اشْتَرَيْتُهُ مِنْ أَحَدِ الْمُخَطَّمِينَ. رواه أحمد وصححه الألباني، انظر صحيح الجامع الصغير 3/37 وسلسلة الأحاديث الصحيحة 1/3/322
Akan keluar sejenis binatang kemudian menandai manusia di muka-muka mereka kemudian bertambah banyaklah di tengah-tengah kalian (orang-orang yang bertanda), hingga ketika seseorang membeli unta ditanya: “Dari siapa engkau membeli unta ini?” Maka dia menjawab : “Aku membeli dari salah seorang yang telah diberi tanda” (tanda kafir atau mukmin –pent). (HR. Ahmad; dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani; Lihat Shahih al-Jami’u ash-Shaghir 3/37 dan Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah 1/3/322)


sumber dari: mujahidinanonymous.wordpress.com

The People of Saba And the Arim Flood




There was, for Saba, aforetime, a Sign in their home-land - two Gardens to the right and to the left. "Eat of the Sustenance (provided) by your Lord, and be grateful to Him: a territory fair and happy, and a Lord Oft-Forgiving!" But they turned away (from Allah), and We sent against them the Flood (released) from the dams, and We converted their two garden (rows) into "gardens" producing bitter fruit, and tamarisks, and some few (stunted) Lote-trees.(Surah Saba: 15-16)

The community of Saba was one of the four biggest civilisations living in South Arabia. This nation is estimated to have been established some time between 1000-750 BC and to have collapsed around 550 AD with the two centuries-long attacks of the Persians and the Arabs.

The date of the establishment of the civilisation of Saba is a subject of much discussion. The people of Saba started recording their governmental reports around 600 BC. This is why there are no records of them prior to this date.

saba
Inscriptions written in the language of the people of Saba.
 The oldest sources which refer to the people of Saba are annual war chronicles left from the time of the Assyrian King Sargon II (722-705 BC). While Sargon records details about the people that pay taxes to him, he also refers to the King of Saba, Yith’i-amara (It’amara).

This record is the oldest written source that yields information about the Saba civilisation. Yet, it would not be right to draw the conclusion that the Saba culture was established around 700 BC depending only on this source, for it is highly probable that Saba had existed for quite some time before it was recorded in writing. This means that the history of Saba may predate the above. Indeed, in the inscriptions of Arad-Nannar, one of the latest kings of the state of Ur, the word "Sabum", which is thought to mean "the country of Saba", was used.39 If this word does mean Saba, then, this shows that the history of Saba goes back as far as 2500 BC.

Historical sources telling about Saba usually say that this was a culture, like the Phoenicians, particularly involved in commercial activities. Accordingly, these people owned and administered some of the trade routes passing across Northern Arabia. In order for the Sabaean traders to carry their goods to the Mediterranean and Gaza, and thus pass across Northern Arabia, they had to get permission from Sargon II, the ruler of the entire region, or pay a certain amount of tax to him. When the Sabaean people started paying taxes to the Assyrian Kingdom, their name began to be recorded in the annals of this state.

The Sabaeans are known to have been a civilised people in history. In the inscriptions of the rulers of Saba, words such as "restore", "dedicate" and "construct" are frequently used. The Ma’rib Dam, which is one of the most important monuments of this people, is an important indication of the technological level this people had reached. However, this did not mean that the military power of the Sabaeans was weak; the Sabaean army was one of the most important factors contributing to the endurance of their culture over such a long period without collapse.

The Sabaean state had one of the strongest armies in the region. The state was able to adopt an expansionist policy thanks to its army. It had conquered the lands of the Old Qataban state. It owned many lands on the African continent. During 24 BC, during an expedition to Magrib, the Sabaean army utterly defeated the army of Marcus Aelius Gallus, the Governor of Egypt for the Roman Empire which was definitely the strongest state at the time. Saba can be portrayed as a state that pursued moderate policies, yet did not hesitate to use power when necessary. With its advanced culture and army, the Sabaean state was without doubt one of the "super powers" of the region at the time.

This extraordinarily strong army of the Sabaean state is also described in the Qur’an. An expression of the commanders of the Saba army related in the Qur'an, shows the extent of the confidence this army had in itself. The commanders call out to the female ruler (queen) of the state: "...We are endued with strength, and given to vehement war: but the command is with thee; so consider what thou wilt command."(Surat an-Naml: 33)


Saba map
The capital city of the Sabaean state was Ma’rib, which was quite wealthy thanks to the advantageous position of its geography. The capital city was very close to the River Adhanah. The point where the river reached Jabal Balaq was most suitable for the construction of a dam. Making use of this condition, the Sabaean people constructed a dam at this location at the time when their civilisation was first established, and they began irrigation. As a result, they indeed reached a very high level of prosperity. The capital city, Ma’rib, was one of the most developed cities of the time. The Greek writer Pliny, who had visited the region

and greatly praised it, also mentioned how green this region was.40 

The height of the dam in Ma’rib was sixteen metres, its width was sixty metres and its length was 620 metres. According to the calculations, the total area that could be irrigated by the dam was 9,600 hectares, of which 5,300 hectares belonged to the southern plain, while the remaining part belonged to the northern plain. These two plains were referred to as "Ma’rib and two plains" in the Sabaean inscriptions41 . The expression in the Qur'an, "two gardens to the right and to the left", refers to the imposing gardens and vineyards in these two valleys. Thanks to this dam and its irrigation systems, the region became famous as the best irrigated and most fruitful area of Yemen. The Frenchman J. Holevy and the Austrian Glaser proved from written documents that the Ma’rib dam has existed since ancient times. In documents written in the Himer dialect, it is related that this dam rendered the territory very productive.

This dam was extensively repaired during the fifth and sixth centuries AD. Yet, these reparations could not prevent the dam from collapsing in 542 AD. The collapse of the dam resulted in the "flood of Arim" mentioned in the Qur’an which caused great damage. The vineyards, gardens and fields of the Sabaean people, which they had cultivated for hundreds of years, were completely destroyed. It is also known that the Sabaean people quickly went into a period of recession after the destruction of the dam. The end of the Sabaean state came at the end of this period which had begun with the destruction of the dam.


Saba map
With the Ma’rib Dam, which they had constructed with very advanced technology, the Sabaean people became owners of a great irrigation capacity. The fruitful lands they thus obtained and their control over the trade routes allowed them to lead a magnificent and luxurious lifestyle. However, they "turned away" from Allah to whom they should have been grateful for all those bounties mentioned above. Therefore, their dam collapsed and the "flood of Arim" destroyed all their attainments.

 

sumber dari: harunyahya.com

.::Hikmah Surah Surah Pilihan::.






1) BISMILLAH (Dengan Nama Allah) Barangsiapa membaca sebanyak 21 kali ketika hendak tidur, nescaya terpelihara dari godaan dan gangguan syaitan, dari bencana manusia dan jin, daripada kecurian dan kebakaran, dan daripada kematian terkejut. Dan barang siapa membaca sebanyak 50 kali diahadapan orang yang zalim, hinalah dan masuk ketakutan dalam hati si zalim serta naiklah keberanian dan kehebatan kepada pembaca.

(2) SURAH AL-FATIHAH (Pembukaan) Barangsiapa membacanya sebanyak 41 kali diantara sembahyang sunatnya, nescaya permintaannya di perkenankan, jika sakit lekas sembuh dan nescaya dikasihi oleh makhluk dan ditakuti oleh musuh. Barang siapa membaca 20 kali sesudah tiap-tiap sembahyang fardhu, nescaya rezkinya dilapangkan oleh Tuhan dan bertambah baik keadaannya, serta bercahaya rohaninya.

(3) AYAT AL-KURSI (Kekuasaan Allah) Barangsiapa membacanya sekali selepas setiap sembahyang fardhu, nescaya terpelihara dari tipudaya dan ganguan syaitan. Dengan membacanya, seorang yang miskin akan menjadi kaya, dan jika dibaca ketika hendak tidur nescaya akan terselamat dari kecurian, kebakaran dan kekaraman. Barangsiapa sentiasa membaca ayat Al-Kursi, nescaya Allah akan kurniakan kepada ahli rumahnya kebaikkan yang tidak terhitung banyaknya. Barangsiapa berwudhuk lalu membaca sekali, nescaya Allah Akan meninggikan darjatnya setinggi 40 darjat dan Allah akan mendatangkan para malaikat menurut bilangan hurufnya, seraya berdoa untuk sipembaca sehinggalah ke hari Qiamat. Dan tersebut dalam hadith yang lain : Barangsiapa membacanya ketika hendak tidur, nescaya Allah akan membuka pintu rahmat baginya hingga kesubuh, dan mengurniakan kota nur menurut bilangan rambut dibadannya. Jika sipembacanya meninggal dunia pada malam itu, ia dikira mati syahid. Hadith yang lain mengatakan: Barangsiapa membacanya selepas setiap sembahyang fardhu, nescaya akan terpelihara dari kekerasan malakul-maut, dan Allah sendiri yang mencabut rohnya, dan dia akan dibangkitkan bersama para Mujahid yang berjihad beserta para Anbiya hingga ia gugur mati Syahid. Imam Jaafar Shadiq r. a. mengatakan: Barangsiapa membaca sekali, nescaya Allah akan menghindar darinya 1,000 kesukaran duniawi, yang terkecil sekali ialah kemiskinan dan kepapaan, dan 1,000 kesukaran ukhrawi, yang terkecil sekali ialah azab neraka.

(4) SURAH AL-BAQARAH (Sapi Betina) Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surah ini (Amanarrasulu) sebelum tidur, ia akan terselamat dari segala bala bencana dan mara bahaya.

(5) SURAH ALI-IMRAN (Keluarga Imran) Barangsiapa membaca tiga ayat yang pertama dari surah ini, Nescaya ia akan mencapai kesihatan dari segala penyakit dan terselamat dari gangguan jin.

(6) SURAH AN-NISSA' (Perempuan) Barangsiapa yang membaca ayat yang ke 75 dari surah ini, nescaya ia akan terselamat dari kejahatan para penjahat.

(7) SURAH AL-MAIDAH (Hidangan) Barang siapa membaca ayat yang ke 7 dari surah ini, sebanyak yang mungkin selama 3 hari berturut -turut, insya Allah akan terselamat dari was-was semasa wudhu dan sembahyang. Barang siapa membaca ayat
89 hingga ayat 101dari surah ini, keatas air lalu diberi minum kepada orang yang bercakap dusta, nescaya ia tidak akan bercakap dusta lagi.

(8) SURAH AL-AN'AM (Binatang Ternak) Barang siapa membacanya sebanyak 7 kali, nescaya akan terhindar dari segala bala bencana. Jika ayat 63 dan 64 dari surah ini, dibaca oleh penumpang kapal, ia akan terselamat dari karam dan tenggelam.

(9) SURAH AL-A'RAAF (Benteng Tinggi) Barang kali membaca ayat 23 dari surah ini, selepas tiap-tiap sembahyang fardhu, lalu beristighfar kepada Allah, nescaya akan terampun segala dosanya. Barang siapa membaca ayat 47 dari surah ini, ia akan terpelihara dari kekacauan para penzalim serta ia akan mendapat rahmat Allah.

(10) SURAH AL- ANFAL (Rampasan) Barang siapa membaca ayat 62 dan 63 dari surah ini, nescaya dia akan di cintai dan dihormati oleh sekalian manusia.

(11) SURAH AL-BARAAH (AT-TAUBAH) (Pemutus perhubungan) Barangsiapa membacanya, nescaya akan terselamat dari kemunafiqan dan akan mencapai hakikat iman. Barang siapa membaca ayat 111 dari surah ini, dikedai atau ditempat-tempat perniagaan, nescaya akan maju perniagaannya itu.

(12) SURAH YUNUS (Yunus) Barangsiapa membaca ayat 31dari surah ini, ke atas Perempuan yang hamil, nescaya ia melahirkan anak dalam kandungannya itu dengan selamat. Barangsiapa membaca ayat 64 dari surah ini, nescaya ia akan terhindar dari mimpi-mimpi yang buruk dan mengigau.

(13) SURAH AL-HUD (Hud) Barang siapa membaca, nescaya ia akan mendapat kekuatan dan Kehebatan serta ketenangan dan ketenteraman jiwa. Barang siapa membaca ayat 56 dari surah ini, pada setiap masa, nescaya ia akan terselamat dari gangguan manusia yang jahat dan binatang yang liar. Barang siapa membaca ayat112 dari surah ini, sebanyak 11 Kali selepas tiap-tiap sembahyang, nescaya akan mencapai ketetapan hati.

(14) SURAH YUSUF (Yusuf) Barang siapa membacanya, akan di murahkan rezekinya dan diberikan kemuliaan kepadanya. Barang siapa membaca ayat 64 dari surah ini, ia akan terhindar dari kepahitan dan kesukaran hidup. Barang siapa membac ayat 68 dari surah ini, nescaya Allah akan mengurniakan kesalehan kepada anak-anaknya.

(15) SURAH AR-RA'D (Petir) Barang siapa membaca ayat 13 dari surah ini, ia akan terselamat dari petir. Dan barangsiapa membaca ayat 28 dari surah ini, nescaya Penyakit jantungnya akan sembuh.

(16) SURAH IBRAHIM (Ibrahim) Barang siapa membaca ayat-ayat 32 hingga 34 dari surah ini, nescaya anak-anaknya akan terhindar dari perbuatan-perbuatan syirik dan bida'ah.

(17) SURAH AL-IIIJ'R (Batu Gunung) Barang siapa membaca 3 ayat yang terakhir dari surah ini, ke atas perempuan yang selalu anak kandungannya gugur, nescaya anak kandungannya itu akan terselamat, dari gugurnya.

(18) SURAH BANI ISRAIL (anak-anak Israil) Barang siapa membacanya ke atas air, lalu diberi minum kepada orang yang bercakap gagap insya Allah akan hilang gagapnya itu. Barang siapa membaca ayat 80 dari surah ini, ketika ia pulang dari perjalanan, nescaya dia akan dimuliakan dan dihormati oleh orang- orang yang setempat dengannya.

(19) SURAH AL-KAHF (Gua) Barang siapa membacanya, akan terhindar dari kemiskinan dan kepapaan. Barang siapa membacanya pada malam Jumaat, nescaya dia akan mendapat rezeki yang murah.

(20) SURAH MARYAM (Maryam) Barang siapa membacanya, nescaya akan mendapat kejayaan di dunia dan di akhirat.

(21) SURAH THAAHAA (Hai Manusia) Barang siapa membacanya, nescaya Allah akan mengurniakan kepadanya ilmu pengetahuan dan akan tercapai segala maksudnya. Barang siapa membaca ayat-ayat 25 hingga 28 sebanyak 21 kali, tiap- tiap hari selepas sembahyang subuh nescaya otaknya akan cerdas dan akalnya akan sempurna.

(22) SURAH AL ANBIYA (Nabi-Nabi) Barang siapa membaca ayat 83 dari surah ini, nescaya dia akan mendapat sebesar-besar pangkat di sisi Allah s. w. t .

(23) SURAH AL-HAJ (Haji) Barang siapa membacanya, Allah akan membinasakan musuh-musuhnya.

(24) SURAH AL-MU'MINUN (Orang-orang Mukmin) Barang siapa membacanya ke atas air, lalu diberi minum kepada orang yang selalu minum minuman keras, nescaya dia tidak akan meminumnya lagi. Barang siapa membaca ayat 28 dari surah ini, nescaya perahunya akan terselamat daripada karam dan rumahnya akan terselamat dari kecurian dan serangan musuh.

(25) SURAH AN-NUUR (Cahaya) Barang siapa membacanya, nescaya ia akan terhindar dari mimpi-mimpi yang buruk. Barang siapa membaca ayat 35 dari surah ini, pada hari Jumaat sebelum sembahyang Asar, nescaya dia akan disegani oleh orang ramai.

(26) SURAH AL-FURQAN (Pembaca) Barang siapa membacanya sebanyak 3 kali ke atas air yang bersih, lalu air itu dipercikkan di dalam rumah, nescaya rumah itu akan terselamat dari gangguan binatang-binatang yang liar dan ular-ular yang bisa.

(27) SURAH ASY-SYU A'RA (Ahli-ahli Syair) Barang siapa membaca ayat 130 dari surah ini, sebanyak 7 kali dengan senafas ke atas orang-orang yang digigit oleh binatang-binatang yang berbisa nescaya akan hilang bisa-bisa itu.

(28) SURAH AN-NAML (Semut) Barang siapa membacanya nescaya nikmat-nikmat Allah akan kekal kepadanya.

(29) SURAH AL-QA-SHASH (Cerita) Barang siapa membacanya ke atas pekerja-pekerjanya, nescaya Mereka tidak akan mencuri dan mengkhianat. Barang siapa membaca ayat-ayat 51 hingga 55 dari surah ini, Nescaya otaknya akan cergas, akalnya akan sempurna dan budi pekertinya akan halus.

(30) SURAH AL-ANKABUT (Labah-labah) Barang siapa membacanya, nescaya demamnya akan sembuh. Barang siapa membacanya, nescaya ia akan terhindar dari gelisah dan keluh kesah.

(31) SURAH AR-RUM (Rum) Barang siapa membacanya, nescaya Allah akan membinasakan orang yang hendak menzaliminya.

(32) SURAH LUQMAN (Luqman) Barang siapa membacanya, nescaya ia akan terhindar dari segala-gala penyakit terutama dari penyakit-penyakit perut. Barang siapa membaca ayat 31 dari surah ini, nescaya akan terselamat dari bencana banjir.

(33) SURAH AS-SAJ DAH (Sujud) Barang siapa membaca ayat-ayat 7 hingga 9 dari surah ini, ke atas kanak-kanak yang baru lahir, nescaya ia akan terhindar dari segala- gala penyakit ruhani dan jasmani.

(34) SURAH AL-AHZAB (Golongan-golongan) Barang siapa membaca ayat-ayat 45 hingga 48 dari surah ini, nescaya ia akan mendapat kemuliaan dan kehormatan sejati. Dan barang siapa membaca ayat-ayat 60 hingga 66 dari surah ini, nescaya Allah akan membinasakan musuh-musuhnya.

(35) SURAH SABA' (Saba') Dengan membacanya, terselamatlah ia dari segala-gala bala bencana, terutamanya dari rosaknya tanam-tanaman.

(36) SURAH FAATHIR (Pencipta) Barang siapa membaca ayat-ayat 29 dan 30, nescaya Allah Akan memberkati perniagaannya.

(37) SURAH YAASIIN (Hai Manusia) Nabi kita Muhammad s. a. w bersabda : "Tiap-tiap sesuatu Mempunyai hati dan hati Al-Quran ialah surah Yaasiin." Yaasiin kerana Allah, nescaya akan terampun segala-gala dosanya kecuali dosa syirik.." Dalam satu hadith yang lain Baginda s. a. w bersabda: "Hendaklah kamu membaca surah Yaasiin ke atas pesakit-pesakitmu yang menghadapi sakaratul- maut, nescaya Allah s. w. t akan meringankan kekerasan sakaratul-maut itu."Dalam satu hadith yang lain pula Baginda s. a. w bersabda: "Aku ingin benar, agar surah Yaasiin ini dihafaz oleh tiap-tiap umatku." Barang siapa membacanya sebanyak 41 kali, pasti akan tercapai segala hajat dan cita-citanya. Barang siapa membacanya sebanyak 21 kali pada malam Jumaat, Lalu berdoa istghfar untuk kedua ibu bapanya, nescaya dosa kedua ibu bapanya akan diampunkan oleh Tuhan. Barang siapa membaca sekali ketika membuka kedai atau perniagaan, nescaya akan maju perniagaannya itu. Barang siapa membacanya sekali pada awal malam, andaikata ia mati pada malam itu, mesti ia mati syahid. Barang siapa membacanya sekali selepas tiap-tiap sembahyang Jumaat, nescaya ia akan diselamatkan dari siksa kubur. Jika dibacanya oleh seorang askar, ketika ia hendak turun kemedan peperangan, Allah akan mengurniakan kepadanya keberanian dan kegagahan, serta naiklah ketakutan pada musuh-musuhnya. Hikmat-hikmat dan khasiat-khasiat surah Yaasiin ini banyak benar didapati di dalam kitab-kitab hadith tetapi cukuplah setakat ini untuk diamal oleh anda sekalian.

(38) SURAH ASH-SHAAFFAAT (Yang Berbaris) Barang siapa membacanya, insya Allah in akan terpelihara daripada gangguan jin.

(39) SURAH SHAAD (Shaad) Dengan membaca ayat 42 dari surah ini, nescaya akan mendapat kebahagian sejati. Insyallah rakan- rakan semua akan mendapat 'Sayangilah Diri Anda Sebelum Menyayangi Insan Lain


sumber dari: cahayakelembutanku.blogspot.com