Monday, 26 November 2012

balasan maksiat datang secepat mungkin





sedikit dari kita menyangka bahwa Allah akan memberikan toleransi kepada kita manakala kita bermaksiat kepada-Nya karena merasa bahwa kita telah sekian lama berkomitmen pada Syari’ah-Nya dan tidak pernah lelah sepanjang waktu berjuang dan beramal demi tegaknya Syari’ah Allah di bumi ini. Sedangkan maksiat yang kita lakukan itu hanyalah dosa kecil yang –kita sangka- pasti akan diampuni oleh Allah. Padahal yang sebenarnya terjadi tidaklah demikian.

Saat seorang mujahid telah menganggap remeh maksiat dan dosa yang dilakukannya atau menganggap dirinya mendapatkan toleransi untuk berada dalam wilayah syubhat, sesungguhnya ia akan mendapatkan balasan maksiat itu dari Allah dengan serta merta melebihi cepatnya balasan yang ditimpakan Allah kepada orang lain.
Inilah yang tidak pernah terpikir dalam benak sebagian besar ikhwah mujahid dan para aktivis penegakan syari’ah di negeri ini. Mereka terlena dengan banyak perbuatan yang sia-sia, bersenda gurau terlalu berlebihan seakan-akan masalah dan problematika umat ini bisa diselesaikan dengan senda gurau, berlarut-larut dengan perdebatan yang tidak ada ujung pangkalnya, merasa dirinya atau jama’ahnya lah yang paling benar dan sebagainya.


Tatkala kita bemaksiat kepada Allah, kita tidak pernah menyangka akan secepat kilat Allah membalas maksiat itu. Padahal jika kita memahami hakikat Dienul Islam, pastilah kita akan tahu bahwa Allah amat sangat “cemburu” Melihat hamba-hamba pilihan-Nya terlena dalam kemaksiatan dan syubhat, sehingga tanpa menunda waktu lagi Allah langsung mengingatkan mereka. Apalagi seharusnya mereka adalah orang-orang yang paling takut melakukan maksiat, paling jauh dari syubhat dan paling menghindari dosa-dosa, bahkan dosa kecil sekalipun. Karena mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengingatkan ummat agar menjauhi maksiat dan dosa-dosa, tetapi mereka justru terlena dan berkubang di dalamnya. Maka wajar lah jika balasan Allah sangat cepat bahkan melebihi cepatnya balasan yang Allah timpakan kepada musuh-musuh Islam dan orang-orang yang melampaui batas dan kufur.


Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman:


لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang melakukan kejahatan (maksiat dan dosa), niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah”. (QS An Nisa’ 123)

Para shahabat menyatakan bahwa inilah ayat Al Qur’an yang paling berat bagi mereka, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa Aisyah mengatakan kepada Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam bahwa inilah ayat Al Qur’an yang terasa paling berat bagi dirinya.



sumber dari: ghurabbamovement.blogspot.com

azab ke atas kaum Nabi Hud






"Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu bahwa Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah karnu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. " (QS. Hud: 54-57)

Manusia akan merasa keheranan terhadap perlawanan kepada kebenaran ini. Seorang lelaki menghadapi kaum yang kasar dan keras kepala serta bodoh. Mereka menganggap bahwa berhala-berhala dari batu dapat memberikan gangguan. Manusia sendiri rnampu menentang para tiran dan melumpuhkan keyakinan mereka, serta berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. Bahkan ia siap menentang mereka dan menghadapi segala bentuk, makar mereka. Ia pun siap berperang dengan mereka dan bertawakal kepada Allah SWT. Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Benar. Dia-lah yang menguasai setiap makhluk di muka bumi, baik berupa binatang, manusia, maupun makhluk lain. Tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah SWT.

Dengan keimanan kepada Allah SWT dan dengan kepercayaan pada janji-Nya serta merasa tenang dengan pertolongan-Nya, Nabi Hud As menyeru orang-orang kaflr dari kaumnya. Nabi Hud As melakukan yang demikian itu meskipun ia sendirian dan merasakan kelemahan karena ia mendapatkan keamanan yang hakiki dari Allah SWT. Dalam pembicaraannya, Nabi Hud As menjelaskan kepada kaumnya bahwa ia melaksanakan amanat dan menyampaikan agama. Jika mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah SWT akan mengganti mereka dengan kaum selain mereka. Yang demi­kian ini berarti bahwa mereka sedang menunggu azab. Demikianlah Nabi Hud As menjelaskan kepada mereka, bahwa ia berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. la bertawakal kepada Allah SWT yang menciptakannya.

Ia mengetahui bahwa siksa akan turun di antara para pengikutnya yang menentang. Beginilah hukum kehidupan di mana Allah SWT menyiksa orang-orang kafir meskipun mereka sangat kuat atau sangat kaya. Nabi Hud As dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah masa kering di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari menyengat sangat kuat hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa kepala manusia.

Kaum Nabi Hud As segera menuju kepadanya dan bertanya: "Mengapa terjadi kekeringan ini wahai Hud?" Nabi Hud berkata: "Sesungguhnya Allah SWT murka kepada kalian. Jika kalian beriman, maka Allah SWT akan rela terhadap kalian dan menurunkan hujan serta menambah kekuatan kalian." Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya dan malah semakin menentangnya., maka masa kekeringan semakin meningkat dan menguningkan pohon-pohon yang hijau dan matilah tanaman-tanaman.

Lalu datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang menyelimuti langit. Kaum Nabi Hud As begitu gembira dan mereka keluar dari rumah mereka sambil berkata: "Hari ini kita akan dituruni hujan." Tiba-tiba udara berubah yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat dingin. Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi bergoyang. Angin terus-menerus bertiup malam demi malam, dan hari demi hari. Setiap saat rasa dingin bertambah.

Mereka segera menuju ke tenda dan bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan menghancurkan tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan kulit. Setiap kali angin bertiup, ia menghan­curkan dan membunuh apa saja yang di depannya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari dengan mengancam kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin Tuhannya.

Allah SWT berfirman:

"Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya." 
(QS. Al-Ahqaf: 24-25) 

"Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). " 
(QS. Al-Haqqah: 7)



sumber dari: sejukkan-iman.blogspot.com

hak Rasulullah S.A.W





Adapun hak Nabi SAW supaya diagungkan dan dimuliakan adalah sebagaimana perintah Allah SWT dalam al-Quran: Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (wahai Muhammad) sebagai Rasul yang menjadi saksi (yang diterima keterangannya), dan sebagai pembawa berita gembira (kepada orang-orang yang beriman), serta pemberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar). (Kami mengutusmu wahai Muhammad) supaya engkau dan umatmu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan supaya kamu kuatkan agamanya dan memuliakannya. (Al Fath: 8-9)

Dalam ayat lain, disebutkan: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memandai-mandai (melakukan sesuatu perkara) sebelum (mendapat hukum atau kebenaran) Allah dan Rasul-Nya. (Al-Hujurat: 1)

Allah juga berfirman: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengangkat suara cakap kamu melebihi suara cakap Nabi SAW. (Al Hujurat: 2)

Dalam ayat yang lain pula disebut: Janganlah kamu jadikan seruan atau panggilan Rasulullah di antara kamu sama seperti seruan atau panggilan sesama kamu. (Al-Nur: 63)

Umat Islam dilarang mendahului Nabi Muhammad SAW dalam berkata-kata ketika berada di hadapan Baginda. Bahkan, mendahului percakapan Nabi SAW dianggap sebagai akhlak atau adab yang buruk.

Kita juga dilarang mendahului Baginda atau tergesa-gesa menghukum suatu perkara sebelum Baginda menentukan hukumannya, ataupun berfatwa tentang apa sahaja perkara; baik berkaitan dengan peperangan, mahupun hal-hal lain yang berkaitan dengan urusan agama kecuali dengan perintahnya. Kemudian Allah menasihatkan dan memperingatkan umat Islam agar tidak menyalahi perintah tersebut, sebagaimana menurut surah Al-Hujurat ayat 1 tadi.

Al Sulami ra. berkata tentang maksud ayat ini, "Maksudnya adalah bertakwalah kamu kepada Allah dengan tidak meremehkan atau mengabaikan hak-hak Nabi Muhammad SAW dan mensia-siakan kehormatannya, kerana sesungguhnya Allah Maha Mendengar segala perkataan kamu dan Maha Mengetahui segala perbuatan kamu".

Dalam ayat seterusnya, Allah SWT melarang umat Islam daripada meninggikan suara melebihi suara Nabi SAW dan mengeraskan suara kepada Baginda SAW seperti percakapan sesama rakan biasa. Menurut pendapat yang lain, maksudnya Allah SWT melarang umat Islam memanggil Baginda SAW seperti panggilan sesama mereka dengan menyebut namanya sahaja. Tetapi hendaklah mengagungkan, menghormati dan memanggil Baginda SAW dengan semulia-mulia panggilan; yang disukainya, seperti panggilan, "Wahai Rasulullah!" dan "Wahai Nabi Allah!"

Allah juga memperingatkan orang yang bersikap biadap terhadap Rasulullah SAW dengan ancaman akan dihapuskan amalan mereka jika mereka melakukan perbuatan yang tidak sopan terhadap Rasulullah SAW. Bahkan, Allah mencela mereka dengan menganggap mereka sebagai orang yang bodoh dan menyifatkan mereka sebagai orang yang tidak berakal.

Perintah dan peringatan Allah di atas ini jelas menunjukkan ketinggian Baginda SAW di sisi-Nya yang wajib kita muliakan dan besarkan sepanjang masa.


sumber dari: syafiee.blogspot.com

pemberian kitab amalan





nasihat para sahabat tentang maksiat





- Ali Bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'Anhu
“Semua yang halal (mubah) di dunia ini, kelak di akhirat akan diperhitungkan hisabnya, sedangkan yang haram, pasti akan mendapatkan azab atasnya”. [7]


Jika yang halal (mubah) pun kelak akan dihitung oleh Allah, Sang Maha Pembalas amal dan dosa, lalu bagaimana pula dengan yang syubhat apalagi yang haram dari ucapan kita, tingkah laku kita, makanan, minuman, pakaian dan rizki yang kita peroleh ? Padahal menghadapi audit dari manusia saja banyak orang sudah ketakutan akan terbongkar kecurangannya, apalagi di hadapan Yang Maha Melihat, Yang Maha Mengetahui. Allahul Mus’taan.


- Abdullah Bin Abbas Rodhiyallohu 'anhuma

“Wahai orang yang berbuat dosa, janganlah engkau merasa aman dari dosa-dosamu. Ketahuilah bahwa akibat dari dosa yang engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dari dosa dan maksiat itu sendiri”.
“Ketahuilah bahwa hilangnya rasa malu kepada malaikat yang menjaga di kiri kananmu saat engkau melakukan dosa dan maksiat, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu”. “Sesungguhnya ketika engkau tertawa saat melakukan maksiat sedangkan engkau tidak tahu apa yang akan Allah lakukan atas kamu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu”. “Kegembiraanmu saat engkau melakukan maksiat yang menurutmu menguntungkanmu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu”. “Dan kesedihanmu saat engkau tidak bisa melakukan dosa dan maksiat yang biasanya engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dosanya dosanya dari dosa dan maksiat itu”. “Ketahuilah bahwa perasaan takut aib dan maksiatmu akan diketahui orang lain, sedangkan engkau tidak pernah merasa takut dengan Pandangan dan Pengawasan Allah, adalah jauh lebih besar dosanya dari aib dan maksiat itu”. “Tahukah engkau apa dosa Nabi Ayyub sehingga Allah mengujinya dengan sakit kulit yang sangat menjijikkan selama bertahun-tahun, ditinggalkan keluarganya dan habis harta bendanya ? Ujian Allah itu hanya disebabkan karena seorang miskin yang didzalimi datang meminta bantuan kepadanya, tetapi Nabi Ayyub tidak membantunya”. [8]

- Abu Darda’ Rodhiyallohu 'anhu

Saat beliau menderita sakit sebelum beliau wafat, para shahabat beliau menjenguknya seraya bertanya :
Wahai Abu Darda’ sakit apa yang engkau rasakan saat ini ? Beliau menjawab : “aku merasakan sakit yang amat sangat akibat dosa-dosaku”. Para shahabat beliau bertanya lagi : “Lalu apa yang engkau inginkan saat ini ?” Beliau menjawab : “Hanya ampunan dari Rabb ku yang aku harapkan saat ini”.

Abu Darda’ Rodhiyallohu 'anhu salah seorang shahabat yang terkenal sangat zuhud terhadap dunia dan sangat takut berbuat maksiat, merasa kesakitan di saat sakaratul maut akibat dosa-dosanya dan hanya satu yang diharapkannya yaitu maghfiroh dari Allah, lalu bagaimana dengan kita yang tidak pernah melakukan
muhasabah (introspeksi) terhadap semua dosa dan kesalahan kita ?

- Syidad Bin Aus Rodhiyallohu 'anhu

Ubadah bin Nasyi meriwayatkan : “Suatu hari aku menemui Ubadah Bin Aus di tempat ia biasa sholat, aku dapati ia sedang menangis tersedu-sedu. Lalu aku bertanya : “Wahai Abu Abdurrahman, apa yang telah membuatmu menangis ?”. Beliau menjawab : “Aku menangis karena teringat hadits Rasulullah, suatu hari aku bersama beliau, tiba-tiba aku lihat perubahan raut wajah beliau, lalu aku bertanya : “Ya Rasulullah, apa yang membuatmu mengerutkan wajahmu ?”. “Aku takut terhadap perkara yang akan terjadi pada ummatku sepeninggalku”. Jawab Rasulullah. “Apakah perkara itu ya Rasulullah ?”. “Syirik dan syahwat yang tersembunyi (kecil)”. Jawab beliau. Lalu aku bertanya lagi : “Ya Rasulullah, apakah umatmu akan berbuat syirik sepeninggalmu ?”. “Wahai Syidad, mereka mungkin tidak menyembah matahari, bulan, berhala atau batu, tetapi mereka memamerkan amal ibadah mereka di hadapan manusia (riya’)”. Aku bertanya : “Ya Rasulullah, apakah riya’ termasuk syirik ? “Ya”, jawab beliau. “Lalu apakah yang dimaksud dengan syahwat yang tersembunyi”, tanyaku lagi. “Yaitu ketika seseorang telah berniat puasa sunnah di pagi hari, lalu di siang hari ia melihat berbagai macam godaan syahwat dunia (makan, minum, jima’ dsb –pen-) lalu ia membatalkan puasanya. (Hadits Hasan Shahih Riwayat Al Hakim dalam Al Mustadrak)

Riya’ dan syahwat kecil telah membuat
Syidad bin Aus Rodhiyallohu 'anhu menangis tersedu-sedu, sedangkan kita justru sebaliknya, ghibah, namimah (adu domba) fitnah, dusta dan maksiat lainnya malah membuat kita tertawa-tawa gembira.

- Umar Bin Khattab Rodhiyallohu 'anhu

“Bermuhasabah lah kalian (menghitung-hitung kesalahan dan dosa) sebelum datang yaumul hisab (hari perhitungan amal), timbanglah amal kalian sebelum ditimbang Allah, dan bersiap-siaplah kalian akan datangnya hari di mana semua perbuatan akan diperlihatkan dan tidak ada satu pun yang tersembunyi, lalu beliau membaca ayat “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabb-mu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)”.
(QS Al Haqqah 18) [9]

Diriwayatkan bahwa Umar selalu memukul-mukul badannya setiap kali beliau mengingat dosa-dosanya. [10]


sumber dari: ghurabbamovement.blogspot.com

persiapan menuju hari akhir





Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini ibarat tempat penyeberangan yang sedang dilalui oleh orang-orang yang hidup di dalamnya. Setiap orang akan melewati dan meninggalkannya, lalu menuju kehidupan yang sesungguhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan dunia ini sebagai tempat beramal dan akhirat sebagai tempat pembalasan amalan. Maka setiap orang yang beramal, dia akan melihat balasannya. Dan orang yang lalai akan menyesali perbuatannya. Setiap orang yang menjalani kehidupan dunia ini akan ada saat berakhirnya. Hari pembalasan pasti akan datang, dan apa saja yang akan datang adalah sesuatu yang dekat. Maka janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya kehidupan dunia yang sementara ini, sehingga melalaikan dari kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti.

Ingatlah bahwa kematian adalah suatu kepastian yang akan menimpa seseorang. Kematian akan memisahkan dirinya dari keluarga, harta, serta tempat tinggalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan melalui firman-Nya, bahwa di antara manusia ada yang akan mendapatkan pertolongan dan mendapatkan kabar gembira pada saat kematiannya, serta ada pula yang merasakan ketakutan yang luar biasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan keadaan orang-orang yang bahagia saat kematiannya dalam firman-Nya: “Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.’ Kami adalah penolong-penolong kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam (surga) kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta.” (Fushshilat: 30-31)

Sungguh, kita semua tentu mengharapkan kabar gembira di saat malaikat maut hendak mencabut nyawa kita. Karena dengan itu seseorang akan mengawali kehidupan bahagia di alam akhiratnya. Dimulai dengan kenikmatan di alam kuburnya dan kemudahan-kemudahan yang akan terus dialami pada kehidupan akhiratnya. Keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan ini akan dirasakan oleh orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menerima dan menjalankan syariat-Nya. Yaitu orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama yang mengikuti jejaknya. Adapun orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga beribadah kepada selain-Nya dan menyelisihi jalannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta jalan para ulama yang mengikutinya, maka dia akan merasakan siksa yang sangat pedih. Dimulai dari saat kematiannya dan begitu pula ketika berada di alam kuburnya serta kejadian-kejadian berikutnya.

Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini akan berakhir dan akan datang saatnya hari kebangkitan. Seluruh manusia, sejak yang pertama kali diciptakan hingga yang terakhir kali diciptakan akan dibangkitkan dari alam kuburnya, serta akan dikumpulkan di padang mahsyar. Selanjutnya, kehidupan akhirat akan berujung pada dua tempat tinggal yang sesungguhnya, yaitu surga atau neraka. Maka di antara manusia, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, akan menjadi penduduk surga dan dikatakan kepada mereka: “Makan dan minumlah kalian dengan penuh kesenangan disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu (saat di dunia).” (Al-Haqqah: 24)

sumber dari: inspirasidesmian.blogspot.com

Saturday, 24 November 2012

kondisi penduduk neraka






Kondisi Penduduk Neraka
  • Wajah mereka cacat dan terbakar (QS. Al Mukminum:104)
  • Setiap kulit yang matang karena terbakar maka Allah akan mengganti kulit yang baru, begitu seterusnya. (QS. An-Nisa:56)
  • Wajah yang hangus menghitam, karena kepala mereka akan di pakaikan mahkota api.
  • Penduduk neraka akan mengeluarkan bau yang sangat busuk dari tubuh mereka.
Pakaian dari Neraka
  • Pakaian dari Qathiran yang terbuat dari tembaga yang dilebur. (QS.Ibrahim: 49-50)
  • Tikar dan selimut Api (QS. Al Araf:41)
Makanan dan Minuman Neraka
  • Pohon Zaqqum, Mayangnya seperti kepala Syetan, tumbuh dibawah dasar neraka Jahim, setiap yang memakannya , maka ususnya akan terburai. (Qs. Ad-Dukhan (44) ayat 43-46)
  • Pohon Dhari yaitu pohon duri yang sangat keras, tidak dapat menggemukan dan tidak menghilangkan lapar, karena ia menyumbat tenggorokan, tidak keluar dan tidak juga masuk ke dalam perut demikian menurut Ibnu Abbas. (QS. Al Ghasiyah:6)
  • Ghislin, nanah bercampur darah yang keluar dari penduduk neraka. (QS. Al Haqqah:35-37)
  • Al hamim, yaitu air yang sangat panas yang akan disuguhkan dengan besi panas yang ujungnya di bengkokkan.(QS. An Naba’:24-25)
  • Al Ghassaq, air yang sangat dingin menurut Ibnu umar ia adalah nanah kental yang jika setetesnya ditumpahkan dibarat bumi, niscaya penduduk timur akan mencium baunya yang sangat busuk.
  • Ash Shadid (QS. Ibrahim:16) yaitu air nanah bercampur darah. Ibnu Rajab berkata, air Shadid akan membuat wajah mereka hangus sekaligus membuat seluruh kulit kepala dan rambutnya mengelupas.


sumber dari: imankikuk.blogspot.com

“Anti-virus must always be updated..”




“Anti-virus must always be updated..”
pesan ustaz dalam Motivasi Pagi IKIM..




Anti-virus..?! Ya, betul tu.. anti-virus untuk scan diri :) Scan virus2 yang menyerang atau menghinggap diri ini.. Dosa di dalam diri ini, dosa di depan mata, dosa bisikan syaitan..

Hati adalah anti-virus wahaidiri.. Hati dengan fitrahnya mengetahui yang mana baik dan yang mana buruk.. Yang mana benar dan yang mana salah..

Akan tetapi, jika anti-virus ini lemah.. Hati ini, dikuasai nafsu dan bisikan syaitan.. Anti-virus ini tidak dapat berfungsi.. Tidak mengenal mana yang soleh atau yang toleh.. Berhibur tanpa batasan, kerana scanner virus tidak dapat mengesan dosa2 yang tersembuyi dalam cabaran2 generasi baru.. 
Astargfirullah…

Hanya Ilmu sahaja dapat menguatkan hati ini..

Mengekalkan Iman dan Islam.. Anti-virus ini diperkasakan dengan ilmu.. Wahaidiri, carilah ilmu agar diri ini tidak tersasar.. Agar mengenali, ohw ini memberi pahala, ohw tidak ini membawa ku ke neraka.. Agar hati ini ingin mendekatkan diri pada teman-teman yang soleh, agar hati ini sentiasa mendekatkan diri dengan kebajikan dan jauhi dari kejijikan.. Seperti jijik nya neraka yang bernanah busuk mengelegak untuk dimakan..






Maka tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.
(Al-Haqqah: 35-37)

Wahaidiri, jagalah hati ini… Rajin2kan update.. Sesungguhnya, Daripada Abu Abdullah an-Nu’man bin Basyir r.a katanya, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram(itupun) jelas dan di antara kedua-duanya (terdapat)perkara-perkara yang syubhat, ramai di kalangan manusia tidak mengetahuinya. Sesiapa yang menjaga dirinya daripada perkara syubhat ,(maka) dia telah membersihkan agama dan kehormatannya .Dan sesiapa yang terjatuh ke dalam perkara-perkara yang syubhat , dia akan jatuh kepada perkara yang haram. Seperti pengembala yang mengembala di sekitar kawasan larangan, dibimbangi gembalaannya akan meragut makanan di dalamnya .Ketahuilah sesungguhnya bagi setiap raja itu ada kawasan larangan dan kawasan larangan Allah ialah perkara-perkara yang diharamkannya .Ketahuilah bahawa di dalam jasad manusia ada seketul daging , apabila ia baik , maka baiklah seluruh jasadnya .Apabila ia rosak , rosaklah seluruh jasadnya , ketahuilah bahawa seketul daging itu adalah hati.(HR Bukhari dan Muslim)



sumber dari: wahaidiriku.wordpress.com

redha padaNYA......Ya Allah








Penat jerih mu, membesarkan kami dengan penuh harapan & kasih sayang…
Agar kami berjaya di dunia dan di akhirat..
Pengorbanan mu tidak mampu kami membalasnya..
Kasih sayang mu, tidak dapat kami tandingi nya..
Maaf kan daku, kerana sering melukai mu..
Maaf kan daku, kerana lalai dalam tugasan ku..
Sesungguhnya, wahaidiri tau kejayaan anak-anak mu ini adalah pengubat hati mu..
Dengan izin Allah dan usaha yang bersungguh2 akan ku terapkan…
Semoga memperolehi kejayaan,
Semoga pahala setiap usaha kebaikan terima disisi mu jua..


Wahai Allah.. Yang Maha Pengasih lagi Penyayang..
Redha Mu, Matlamat ku.. Walaupun ia sesuatu pekara yang susah diperlihatkan, namun Iman yang mantap tetap akan mendambakan.. Ingat lah wahaidiri, biarlah manusia tidak menghargai kamu, biarlah pujian dan cercaan berlalu.. Sesungguhnya, kasih Allah Maha Agung.. Wahaidiri, Jangan culas..

Ayuh usaha tanpa penat jemu.. 
Redha Allah, Redha Mak Abah.. 
Insya Allah ketemu.. 
Salam Maal Hijrah Wahaidiri.

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapa ku dan supaya aku dapat berbuat amal yang soleh yang Engkau redhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri” Al-Ahqaf:15



sumber dari: wahaidiriku.wordpress.com

saka atau qareen





Saka adalah suatu istilah yang biasanya digunakan oleh tukang ubat atau bomoh tradisional yang merujuk kepada suatu fenomena gangguan spiritual yang berlaku ke atas manusia kebanyakannya kaum wanita dan ada juga lelaki, yang mengaitkannnya dengan makhluk yang kononnya diamanahkan menjaga seseorang. Bagi tujuan menjaga tersebut maka berbagai-bagai gangguan spiritual berlaku. Gangguan seperti ini dikenali sebagai gangguan makhluk halus.
Saka dikaitkan dengan kononnya ada makhluk yang berdampingan dengan keturunan bapa, ibu, datuk atau nenek seseorang yang menjaga atau bersahabat dengan makhluk ini dan dipesan kepada makhluk tersebut selepas kematiannya untuk menjaga dan mengawal anak cucu mereka.
Hasil daripada itu maka berlaku kawalan, sebenarnya gangguan ke atas orang berkenaan sehingga menimbulkan masalah yang diistilahkan sebagai saka.
Saya tidak dapat menentukan apa sebenarnya saka. Betul atau tidak ia makhluk yang mendampingi manusia dan keturunan mereka diganggu sehingga mendatangkan kemudaratan kepada mereka. Jika benar ianya (makhluk halus) sebagai sahabat, kawan atau dampingan orang-orang terdahulu, maka sepatutnya ia tidak berubah sekadar hanya menjaga dan melindungi anak cucu seseorang, tiba-tiba berlaku sebaliknya sehingga menyakiti dan menganggu sampai menjadi separuh gila atau separuh sedar.
Saya tidak nampak hal ini sebagai saka yang digunakan untuk menjaga dan mengawal seseorang untuk kebaikan. Jika berlaku begini, maka tidaklah menimbulkan masalah walaupun hukum asalnya bersahabat, berbuat baik, berdampingan dengan makhluk halus dilarang oleh syariat Islam.
Banyak ayat-ayat al-Quran yang menggesa manusia menjauhi dan berlindung diri daripada syaitan. Malah manusia wajib menjadikan syaitan sebagai musuh dan sebagainya.
Berbalik kepada seseorang yang diganggu oleh makhluk halus, maka jelas ia adalah musuh kerana ia menyakiti manusia, menganggu manusia dan melakukan perkara yang tidak dingini oleh manusia, ianya memberikan kesan negatif.
Kita mesti menjauhi mereka, benda yang dinamakan saka ini tidak menjadi sesuatu yang baik kepada manusia. Dirawatlah dengan cara-cara yang diharuskan oleh syarak bagi mengelakkan saka ini terus menerus menganggu manusia.
Adapun Qareen adalah istilah al-Quranul karim yang jelas Allah S.W.T menyebut dalam beberapa ayat seperti dalam Surah Qaf (ayat 23), Surah Al-Fussilat (ayat 25) dan lain-lain.
Di antara makna-maknanya, Allah menyebut (mafhumnya), “Dan kami tetapkan bagi mereka, teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka. Dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat yang terdahulu dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang meragui.”
Istilah teman-teman dalam al-Quran adalah pada asal perkataan Qurana atau kawan-kawan setia. Maksudnya adalah dari suku sakat syaitan atau iblis ini menjadikan manusia sebagai teman mereka.
Firman Allah (mafhumnya), “Dan berkatalah Qareennya, inilah catatan amalan yang tersedia pada sisiku.” (Surah Qaf, ayat 23).
Dan Surah Qaf, ayat 27 bermaksud, “Yang menyertai dia, Qarennya berkata pula,”Wahai Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh.”
Ini merujuk kepada perkataan Qareen. Allah S.W.T menyifatkannya sebagai kawan rapat bukan kerana manusia hendak sangat berkawan dengan mereka, tetapi pada pandangan sesetengah ulama, sejak manusia dilahirkan ada makhluk halus yang mendampinginya, mengajak, memandu serta mempengaruhinya melakukan kejahatan. Itulah yang dimaksudkan sebagai Qareen.
Dalam hadis daripada Ibnu Mas’ud r.a, bahawasanya Nabi Muhammad s.a.w bersabda (maksudnya), “Setiap orang daripada kamu, ada bersama dengannya qareen (syaitan) daripada jin. Sahabat bertanya, apakah Rasulullah juga mempunyai qareen, baginda menjawab, ya, saya pun ada qareen itu, cuma Allah S.W.T membantu saya, dapat mempengaruhi qareen itu sehingga dia telahpun Islam dan dia berdamping dengan saya, dia tidak mendorong saya membuat sesuatu melainkan semuanya untuk kebaikan.” (Riwayat Muslim).
Hadis daripada Ai’shah r.ha berkata,”Suatu ketika Rasulullah s.a.w berada bersama dengan saya, lalu keluar meninggalkan saya kerana ada suatu urusan pada malam hari, tiba-tiba timbul cemburu dalam diri saya, apabila Rasulullah s.a.w kembali menemui saya, baginda mengetahui perasaan saya itu, maka baginda bertanya, apakah gerangan mu wahai Ai’shah? apakah kamu cemburu? Maka saya menjawab, manalah orang seperti saya ini tidak cemburu ke atas mu wahai Rasulullah s.a.w. Maka Nabi menyebut kepada saya, apakah kamu telah dikuasai oleh syaitanmu wahai Ai’shah. Maka saya menjawab, ya Rasulullah, apakah bersama saya ada syaitan? Rasulullah menjawab, ya, malah pada tiap-tiap insan ada syaitannya. Saya bertanya kepada Rasulullah, apakah kamu juga ada syaitan? Jawab baginda, ya, tetapi Allah S.W.T telah membantuku, aku Islamkan dia dan tidak menyuruhku melainkan untuk kebaikan.”
Hadis-hadis sebegini adalah hadis sahih, ia menunjukkan memang berlaku bahawa qareen, ia adalah syaitan, mendampingi semua manusia. Kalau Rasulullah s.a.w pun didampingi oleh qareen ini, inikan pula insan biasa.
Oleh yang demikian, jelas bahawa qareen ini ada pada setiap orang dan bergantung kepada seseorang insan itu, jika ia belum boleh menguasai dirinya dengan kerja-kerja ketaatan sehingga tidak ada ruang untuk melakukan kemaksiatan maka qareen ini seolah-olahnya putus asa untuk mengajaknya melakukan kejahatan, melainkan sekali sekala sahaja.
Adapun orang-orang yang mudah mendedahkan dirinya kepada melakukan perkara yang tidak baik, khasnya melakukan kemaksiatan, maka qareen inilah yang menjadi pendorong utama. Pada pandangan saya qareen adalah makhluk halus yang jahat.
Jika hendak dikatakan saka, hanya sekadar mengatakan ianya wujud ada, maka tidak salah mengatakan kita semuanya ada saka, tetapi saka yang saya maksudkan adalah saya yang sedia ada, bukan kerana dipelihara oleh keturunan, bukan disuruh oleh seseorang melakukannya tetapi kerana tabiat makhluk ini memang sentiasa berusaha menjerumuskan manusia kepada kejahatan. Wallahua’lam.


sumber dari: awwalulmukminin.blogspot.com

Al-Kauthar in urdu translation





sumber dari: groups.yahoo.com

kelebihan 10 awal bulan Zulhijjah






Beberapa dalil daripada al-Quran dan Hadis telah menyebut tentang kelebihannya:

1. Firman Allah SWT maksudnya:
“Demi fajar dan malam yang sepuluh.” (Al-Fajr: 1-2)

Kata Ibnu Kathir: “Yang dimaksudkan di sini ialah 10 malam yang pertama pada bulan Zulhijjah. Demikian juga tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Az-Zubair, Mujahid dan lainnya.” HR: Imam Bukhari.

2. Daripada Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW telah bersabda, maksudnya;
“Tidak ada hari yang amal soleh padanya lebih dikasihi Allah selain daripada hari-hari yang 10 ini. Para sahabat bertanya: Walaupun berjihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: Walaupun berjihad di jalan Allah, kecuali lelaki yang keluar (berjihad) membawa diri serta hartanya dan tidak kembali lagi selepas itu (syahid).” HR: Ahmad, At-Tirmizi.
3. Firman Allah SWT, maksudnya;
“Hendaklah kamu menyebut nama Allah pada hari-hari yang ditentukan.” (Surah Al-Haj: 28).
Kata Ibnu Abbas RA: Maksudnya ialah hari-hari yang 10 itu.

4. Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda, maksudnya;
“Tidak ada hari yang lebih besar di sisi Allah SWT dan beramal padanya lebih dikasihi oleh Allah daripada hari-hari yang 10 ini. Maka perbanyakkanlah padanya bertahlil, bertakbir dan bertahmid.”

5. Adalah Said bin Jubir RA (perawi yang meriwayatkan Hadis Ibnu Abbas di atas) apabila tiba hari yang tersebut beliau beribadah bersungguh-sungguh sedaya-upayanya. HR Ad-Darimi- Hasan.

6. Daripada Abi Qatadah al-Ansari bahawa Rasulullah S.A.W pernah ditanya tentang (keutamaan) puasa hari Arafah, baginda menjawab, ''Menghapuskan dosa selama setahun yang lalu dan yang akan datang".
(Hadis sahih dikeluarkan oleh imam Muslim, Tarmizi, Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi)

7. Kata Al-Hafiz Ibnu Hajar: "Yang jelasnya, antara sebab keistimewaan 10 hari Zulhijjah ini ialah kerana terhimpun di dalamnya beberapa ibadat yang besar iaitu: Solat, puasa, sedekah dan haji. Pada waktu lain, ibadat-ibadat ini tidak pernah terhimpun sebegitu ".
8. Ibnu Taimiah bila ditanya tentang kelebihan 10 akhir Ramadhan dan 10 awal Zulhijjah, beliau menjawab : " 10 akhir Ramadhan malamnya lebih afdhol dari malam-malam lain kerana ada padanya Lailatul Qadr, 10 awal Zulhijjah siangnya lebih afdhol dari hari-hari lain kerana ada padanya hari Arofah".

Jom sama-sama kita beramal, jadikan setiap inci kehidupan kita ada nilai ibadah.


sumber dari: jottumah.blogspot.com

Al-Kauthar -name of a river in Jannah





sumber dari: my.opera.com

Al-Kauthar in english




sumber dari: itdarasgah.com

Indeed, We Gave You Al-Kawthar






Allah says, in Surah Al-Kauthar:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Translation: Indeed, We have granted you, [O Muhammad], al-Kawthar. So pray to your Lord and sacrifice [to Him alone]. Indeed, your enemy is the one cut off. [Surah Kawthar, verse 1-3]
Many of you know the hadith where the Messenger of Allah (salallahu alayhi wa sallam) was napping under a tree, and he woke up, smiling; and he said, Allah revealed to me this surah.

Interestingly, the ‘ulama have discussed this–is it possible that Allah sends revelation in a dream? The answer is, surprisingly, no; of the 6-7 ways, the most common is through Jibreel (alayhi salaam). Even here, there’s no indication that the surah was revealed through a dream–perhaps Jibreel (alayhi salaam) came to the Prophet once he had woken, and revealed it to him. (For more information, check our posts on Route 114: Uloom Al-Qur’an)

In verse 1, Allah says: Inna ‘ataynaaka al-kawthar. These two words allude to an enormous giver, giving an enormous gift. Allah could’ve just said: ataytuka al-kawthar; but that would’ve been weak, human speech. Instead, he uses inna–emphasis, and refers to himself in the “royal we” (something we have in English, too).

And Allah mentions, al-kawthar … kawthar of what? The ‘ulama mention two opinions: that kawthar is a river in Paradise. There’s an authentic hadith, where the Messenger of Allah says:
دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا أَنَا بِنَهْرٍ حَافَتَاهُ خِيَامُ اللُّؤْلُؤِ، فَضَرَبْتُ بِيَدِي إِلَى مَا يَجْرِي فِيهِ الْمَاءُ، فَإِذَا مِسْكٌ أَذْفَرُ، قُلْتُ: مَاهَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَهُ اللهُ عَزَّ وَجَل
Translation: The Messenger of Allah said: I entered Paradise and I came to a river whose banks had tents made of pearls. So I thrust my hand into its flowing water and found that it was the strongest (smell) of musk. So I asked, “O Jibreel! What is this?” He replied, “This is Al-Kawthar which Allah, the Mighty and Majestic has given you.” 

And Kawthar, comes from the same word as katheerah (lots); so it means, a lot. Other ‘ulama said that kawthar means, a LOT. And when Allah says “we gave you kawther,” it’s … kawther of what? Kawther of everything. If you look at the Prophet (salallahu alayhi wa sallam), in almost every field, he was blessed with a LOT–although he chose to live a simple life. It’s like a blank cheque!

Then in verse two, Allah says: Pray to YOUR Lord, and sacrifice (to him). The “to him” (lahu), is dropped; and this is from the eloquence of the Qur’an. (If you don’t get it, don’t worry about it.)
One theme that runs through the Qur’an–anytime Allah ascribes something to Himself, that shows the great honour and nobility of that thing. So Allah here, is honouring His prophet (salallahu alayhi wa sallam).

Before we go on, in verse three, Allah mentions “the one who hates you.” From the depths of tafseer, we learn that this is Al-’Aas, the father of the famous companion Amr ibn Al-Aas (radiallahu ‘anhu). Verse two is almost a slight at him–that “you worship rocks and sticks, and I worship rabbal ‘alameen, the Lord of the universe.”

And from the humiliation of this person, Al-’Aas, is that he’s not even mentioned–Allah said, “the one who hates you,” inna shaaniaka, huwa al-abtaar. Al-’Aas used to say: “Muhammad is cut off, and in a few years, nobody will know him or remember him.” (Because the Prophet (salallahu alayhi wa sallam) didn’t have any sons.) But in fact, it’s Al-’Aas who is the real one who is cut off–the only reason we know of him is because of his son.

Another benefit of the generality: anyone who follows the path of Al-’Aas, will meet the same ending as him. Any orientalist, any person, regardless of who they are.

And notice the refutation comes in verse three–at the end of the Surah! What do we learn from this? Don’t get caught up in refutations. That’s not the right methodology of giving da’wah–and anyone who’s done so can affirm this. You might refute refute refute, and then the person walks away without Islam anyway.
One lesson we can see is that, when you give da’wah, you will be tested. It happened to the prophets, it happened to the righteous people of old; it will happen to you. Expect it, and prepare for it.

And finally … there are three types of people in the world: People who are remembered for their good (like the Prophets, the khulafa rashideen, the sahaba, the ‘ulama); people who are remembered for their evil (like Firawn, Rustum, Hitler); and those who–the majority of people–are forgotten. Don’t be from those who are remembered for their evil. Work the good work, and insha’Allah leave the rest to Allah.

Wallahu ta’ala ‘alam.



sumber dari: ilmfruits.com

10 surah menghalang 10 ujian






1- Surah Al-Fatihah dapat memadam kemurkaan Allah SWT.
2- Surah Yasin dapat menghilangkan rasa dahaga atau kehausan pada hari Kiamat.
3- Surah Dukhan dapat membantu kita ketika menghadapi ujian Allah SWT pada hari kiamat.
4- Surah Al-Waqiah dapat melindungi kita daripada ditimpa kesusahan atau fakir.
5- Surah Al-Mulk dapat meringankan azab di dalam kubur.
6- Surah Al-Kauthar dapat merelaikan segala perbalahan.
7- Surah Al-Kafirun dapat menghalang kita daripada menjadi kafir ketika menghadapi kematian.
8- Surah Al-Ikhlas dapat melindungi kita daripada menjadi golongan munafiq.
9- Surah Al-Falq dapat menghapuskan perasaan hasad dengki.
10- Surah An-Nas dapat melindungi kita daripada ditimpa penyakit was-was.

Sila share - Semoga dapat menjadi amalan kita semua. :-)



sumber dari: cayangmeowmeow.blogspot.com

korban -ibadah yang dituntut





Korban merupakan ibadah yang sunat kifayah (sekiranya seorang ahli keluarga berkorban maka seluruh ahli keluarga mendapat pahala) dilakukan oleh sesebuah keluarga pada hari raya `Idil Adha dan 3 hari Tasyriq iaitu 10-13 zulhijjah.

Firman Allah SWT :

Sesungguhnya Kami (Allah) telah memberi engkau (Muhammad) kebajikan yang banyak. Oleh itu dirikanlah solat kerana Tuhanmu ( pada Hari Raya Haji) dan sembelihlah (binatang) korbanmu (sebagai ibadah dan mensyukuri nikmat Tuhanmu).” 
(Al-Kauthar : ayat 1-2)

“Dan telah Kami (Allah) jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai syiar agama Allah. Kamu banyak memperoleh kebaikan daripadanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya.” 
( Al-Haj ; 36)

Nabi Muhammad SAW bersabda:


مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ
لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Maksudnya :

“Tidak ada satu amalan anak Adam di hari-hari Nahar (Hari-hari ‘Idul Adha) yang paling Allah sukai selain daripada menumpahkan darah (sembelih), kerana ia (binatang korban) itu akan datang di hari kiamat nanti dengan tanduk dan kukunya dan bulu-bulunya (sebagai saksi ke atas ibadah korban tuannya), dan sesungguhnya darah (binatang korban itu) akan tumpah di sisi Allah di suatu tempat sebelum tumpah ke bumi, oleh itu pilihlah olehmu binatang terbaik (paling menarik) untuk dikorbankan. ” 
(Hadis riwayat Hakim, Ibnu Majah dan Tirmizi dan dianggap sebagai Hadis Hasan Gharib)

Maksud hadis Nabi SAW yang lain :


Para sahabat pernah bertanya Rasulullah SAW : “Ya Rasulullah apakah yang dimaksudkan dengan Udhiyyah?” Rasulullah Saw menjawab: “ Itulah sunnah bapamu Ibrahim.” Para sahabat bertanya lagi : “Apakah yang kita akan perolehi daripada ibadah Udhiyyah?” Baginda menjawab : “ Tiap helai bulu (dari binatang yang dikorbankan) kamu akan mendapat satu kebaikan.” 
(Hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Majah)

“Barangsiapa yang diberikan kemudahan, sehingga memampukan dia untuk berkorban, akan tetapi dia tidak mahu berkorban, maka janganlah dia mendekati tempat solat kami (masjid) ini.” 
(Hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Majah)


sumber dari: jottumah.blogspot.com

Sunday, 18 November 2012

mari kuatkan hati emak dan ayah




Daripada Aisyah Ummul Mukminin r.a., Baginda Rasulullah s.a.w. telah berkata: Aku telah memasuki syurga, lalu aku mendengar di dalamnya suatu suara yang sedang membaca. Aku bertanya, Siapakah orang ini? Lalu mereka berkata: Harithah bin Nu`man. Lantas Rasulullah s.a.w. berkata: Begitulah ganjaran kebaikan untuk kamu, begitulah ganjaran kebaikan untuk kamu!! [ Beliau merupakan seorang yang amat baik terhadap ibunya]
(Hadis Riwayat Ahmad ,Musnad: 22951)

Mengenang hadis di atas, saya terasa amat terkilan dengan berita penderitaan dan kegelisahan hati ibu saya. Sekarang, penyakitnya telah diketahui.. dan ianya amat merisaukan seisi keluarga.


mak


Namun, saya rasakan seolah sayalah anak beliau yang paling sedih sekali mendengar berita ini. Saya hanya mampu berdoa dan menuliskan artikel ini sahaja. Saya tidak mampu memberi bantuan yang lebih kepada Mak.

PERINGATAN ALLAH

Mungkin sejak mendengar berita penderitaan Mak beberapa hari lepas. Saya banyak termenung dan terkenang beberapa peringatan Allah di dalam Al-Quran. Ayat-ayat tersebut, seolah-olah bermain di minda saya..

Allah berfirman…

وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجَاوَزُ عَن سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ

- dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung susah payah dan telah melahirkannya dengan menanggung susah payah juga. Sedangkan tempoh mengandungnya beserta dengan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa tiga puluh bulan. Setelah dia besar sampai ke peringkat dewasa yang sempurna kekuatannya dan sampai ke peringkat umur empat puluh tahun, berdoalah ia dengan berkata:

"Wahai Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmatMu yang engkau kurniakan kepadaKu dan kepada ibu bapaku, dan supaya Aku tetap mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan Jadikanlah sifat-sifat kebaikan meresap masuk ke dalam jiwa zuriat keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu, dan Sesungguhnya aku dari orang Islam (yang tunduk patuh kepadaMu)".

- mereka (yang bersifat dengan sifat-sifat yang terpuji seperti itu) ialah orang yang Kami terima dari mereka amalnya yang baik yang mereka telah kerjakan, dan Kami ampunkan kesalahan-kesalahannya; (Mereka akan dimasukkan) dalam kumpulan ahli syurga, sebagai memenuhi janji yang benar, yang telah dijanjikan kepada mereka.
(Al-Ahqaf: 15-16)
Begitu juga dengan sepotong ayat yang sering dibaca ini:

وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya Dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya), dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun; (oleh itu) bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan).
(Luqman:14)

HAKIKAT MAK DAN AYAH

Saya kenal perangai abang, kakak dan adik-adik saya. Masing-masing amat peka dengan urusan Mak dan Ayah. Namun, selaku saudara yang tidak berada disisi anda, saya ingin sama-sama kita berkongsi beberapa perkara:

1- Mak dan Ayah adalah anugerah yang tak ternilai di muka bumi ini. Hanya merekalah satu-satunya di dunia ini, tiada dua mahupun selebihnya. Oleh itu, anugerah akan ditarik bila-bila masa sahaja oleh Allah s.w.t., maka jangan kita biarkan peluang berbakti untuk mereka.

2- Mak dan Ayah dicipta untuk membahagiakan anak-anak, memberi mereka pakaian, makanan dan perlindungan. Tetapi sedarkah kita bahawa segala yang diberikan itu adalah berpunca dari perasaan semulajadi dalam jiwa manusia. Oleh itu, dalam situasi kita berkemampuan ini, mengapa kita tidak menyatakan perasaan semulajadi itu semula kepada mereka?

3- Ramai orang yang saya kenali, begitu menghargai ibubapa mereka setelah mereka pergi meninggalkan kita. Mereka berdoa dengan penuh harapan. Bahkan, ada yang melakukan majlis yasin kematian bagi menghadiahkan pahala kepada ibubapa mereka. Walaupun perkara itu tidak dibenarkan oleh agama. Oleh itu, adakah kita mahu mengikut jejak mereka? Menyesal di kemudian hari. Mengapa kita tidak membantu semampu kita sekarang ini?


APA YANG PATUT DILAKUKAN SAAT INI?

Saya sebenarnya tidak berhak memberi cadangan kerana saya tidak berada disisi mak dan ayah pada masa ini. Tetapi, saya mempunyai beberapa cadangan yang boleh kita lakukan.

1- Terus berdoa kepada Allah s.w.t.
Hubungan dengan Allah pada masa ini perlulah kuat, dan mendoakan kesembuhan untu Mak adalah yang terbaik pada masa ini kerana doa anak yang soleh itu akan diterima oleh Allah. Bahkan, kita perlu ingat, yang menyembuhkan penyakit Mak bukanlah doktor mahupun alatan perubatan moden, tetapi Mak akan sembuh dengan izin Allah s.w.t.

2- Terus membantu dari segi kewangan dan moral.
Walaupun ubat tidak menyembuhkan kerana Allah lah yang menyembuhkan. Tetapi ubat adalah “Penyebab” keizinan Allah. Oleh itu, berusaha mengubat penyakit Mak dengan pelbagai cara adalah diperlukan. Namun, ianya menagih perbelanjaan wang. Kadarnya tidak diketahui, namun pasti diperlukan. Maka, bantulah Mak dan Ayah dengan wang, sepertimana mereka membantu kita ketika membesarkan kita.
Bantuan moral juga diperlukan oleh Mak. Sewaktu saya menghubungi Mak tempoh hari, saya mendengar suara kerisauan teramat sangat. Dan kerisauan tersebut amat mencemaskan. Oleh itu, berilah kekuatan moral sepertimana yang dilakukan oleh Ayah, Abg Die, Abg Lim, Kak Ah, Mat Patih, Abg Mat, Abg Kori dan lain-lain. Mereka bersama Mak ketika Mak amat memerlukan anak-anaknya bersama beliau.


BERSABARLAH…

Abang-abang, kakak-kakak, dan adik-adik yang ku sayangi sekelian.

Pada detik ini, kita berhadapan dengan pertembungan perasaan yang teramat sadis. Duka, sedih dan pilu memenuhi lubuk hati kita. Ibu yang kita kasihi sedang menderita. Sedangkan kita tidak merasai penderitaan tersebut. Entah sakitnya panjang, entah sakitnya pendek.. namun ianya KESAKITAN.
Namun, marilah sama-sama kita bersabar dengan dugaan yang Allah berikan ini. Semoga, ujian ini menambahkan amalan kita, dan lebih mendekat diri kita dengan Allah s.w.t. Ingatlah pesanan Allah s.w.t.:

· وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمْوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
· الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
· أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

- Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman.
Dan berilah khabar gembira kepada orang yang sabar.

- (Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: "Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami akan kembali."
- Mereka itu ialah orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan dari Tuhan mereka serta mendapat rahmatNya; dan mereka itulah orang yang mendapat petunjuk hidayahNya.
[Al-Baqarah: 155-157]

Wallahu Taala Alam.


mak



sumber dari: aljazary.blogspot.com

keperluan berjanggut




Ramai di kalangan pemuda kini yang lebih bersikap tidak mahu berjanggut. Sekiranya hormon janggut kurang, ia adalah masalah lain. Yang menyedihkan adalah orang yang mempunyai hormon, tetapi tidak mahu berjanggut.

Adapula yang berjanggut, tetapi mengikut trand barat. Sedangkan ini bukanlah peribadi Muslim.
Saya tidak pasti. Tetapi setahu saya, orang arab menyamakan antara jambang dan janggut. Oleh itu, saya membawakan beberapa hujah untuk kita lebih bersemangat menjalankan sunah Nabi s.a.w. ini.


lovelogo

Sebagai Mentaati Allah dan Rasul-Nya

Allah s.w.t. berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Hendaklah mereka Yang mengingkari perintahNya, beringat serta berjaga-jaga jangan mereka ditimpa bala bencana, atau ditimpa azab seksa yang tidak terperi sakitnya.
[Annur:63]

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
Dan apa jua perintah yang dibawa oleh Rasulullah (s.a.w) kepada kamu maka terimalah serta amalkan, dan apa jua yang dilarangNya kamu melakukannya maka patuhilah laranganNya.
[Al-Hasyr:7]

Rasulullah s.a.w. bersabda:

Nipiskanlah misai dan biarkanlah janggut.
[Sahih Muslim]


keindahan
Ianya adalah norma Rasulullah s.a.w.

Rasulullah s.a.w. bersabda:

sebaik-baik bimbingan adalah bimbingan Muhammad
[Sahih Muslim]

Telah sabit dari sifat tubuh badan Rasulullah bahawa baginda mempunyai janggut yang baik sekali. Ianya dipersetujui oleh keseluruhan sahabat.

Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan Yang baik,
[Al-Ahzab:21]
Fitrah Semulajadi Manusia

Rasulullah bersabda:

sepuluh perkara fitrah: memendekkan misai, membiar panjang janggut, siwak, menyedut air ketika wudhuk, memotong kuku, membasuh al-barajim (rujuk gambar dibawah), mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan beristinjak.
[Sahih Muslim]



sumber dari: aljazary.blogspot.com

Pandangan Jawatankuasa Fatwa Negeri Perlis Menegah Pembinaan Tugu 1 Malaysia



simbol



Membina replika tugu ‘1Malaysia’ adalah ditegah kerana ia mengandungi unsur penghormatan yang dikhuatiri boleh menjurus kepada pemujaan al-Ansab sebagaimana yang ditegah di dalam surah al-Maidah ayat 90:

Mafhumnya: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya arak, judi dan al-Ansab (menyembah berhala) dan a-Azlam (bertenung nasib) adalah najis daripada amalan syaitan. Maka hendaklah kamu jauhkan daripadanya moga-moga kamu berjaya”

Tegahan ini juga berdasarkan kaedah Sadd al-Zara’i (menutup pintu kemudharatan) bagi memelihara kemurnian akidah, ini sebagaimana larangan Baginda SAW terhadap para sahabat yang ingin menjadikan pokok Zat Anwath sebagai tempat berkumpul. (Hadith riwayat al-Tirmizi dan katanya: “Hadith ini Hasan Sahih”. Ia juga dinilai Sahih oleh al-Haithami, Ahmad Syakir dan al-Albani)

Selain daripada itu kewajaran tegahan ini juga dilihat dari sudut pembaziran yang diharamkan oleh Islam.

--------------------------------

Keputusan Jawatankuasa ini telah diangkat kepada Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis (MAIPs) dan telah diperakukan dalam mesyuarat yang bersidang pada 19 April 2011. Keputusan ini juga telah disembah maklum kepada DYMM Tuanku Raja Perlis.



sumber dari: aljazary.blogspot.com

Menengok Hadhramaut Kuno






Hadhramaut wilayah yang sarat dengan nilai sejarah. Al-Quran menyebutnya dengan al-ahqaf lebih pada 17 tempat. Nabi Hud AS adalah Nabi pertama dari bangsa arab yang diutus kepada mereka. Negeri ini disebut negeri 'Ad pertama, "yang belum pernah dijadikan seumpamanya di negeri itu". 
(QS. al-Fajr : 8).

Kaum Ad merupakan bangsa pertama yang menempati negeri subur di antara Yaman dan Oman ini. Menurut ahli sejarah, tidak ada bangsa lain yang menempati Hadhramaut sebelum kaum ‘Ad. Al-Qur'an menceritakan kaum ‘Ad sebagai kaum yang kuat dan perkasa. Namun karena mereka menolak ajakan Nabi Hud AS dan malah terus menyembah berhala, akhirnya mereka binasa. Sebagian yang mengikuti ajaran Nabi Hud AS (disebut ‘Ad kedua) selamat.

Kaum Ad, Tsamud dan Dinasti Qahthan berada dalam satu kurun. Di satu waktu, terjadi perang antara Ad dengan Tsamud. Dan pada waktu lain, terjadi perang antara Ad dengan Ya'rib Bin Qahthan yang lebih dikenal dengan sebutan Qahthan.

Tidak dapat diketahui secara pasti berapa lama Kaum ‘Ad bertahan di Hadhramaut. Sebagian ahli sejarah menyebutkan mereka bertahan di sana selama 1000 tahun. Sebagian lain mengatakan selama 2000 tahun. Ada pula yang menyebutkan 700 tahun. Konon, mereka berasal dari seorang ibu yang memiliki negeri besar mencakup Babilon, Asyur (Iraq), Mesir dan India, 22 abad sebelum Masehi.

Nabi yang diutus kala itu adalah Hud as yang wafat dan dimakamkan di daerah sebelah timur Hadhramaut, dekat Beir Barhut (sumur Barhut). Nabi Muhammad menyebut sumur itu sebagai tempat dilemparnya arwah orang-orang kafir. Orang orientalis menyebutkan, Beir Barhut adalah sebuah goa besar, dalam dan gelap. Tekstur dalamnya naik turun dan terputus-putus. Panjangnya sekitar 120 kaki, lebar 450 kaki dan kedalamannya 600 kaki.

Kehidupan pada masa kaum Ad sangat makmur. Berbekal kekayaan dari hasil pertanian yang subur, dilengkapi dengan keahlian mereka dalam merancang bangunan, mereka membangun rumah dan berhala sembahannya dari batu yang indah.

2. Dinasti Qahthan (10 – 18 Abad SM)
Qahthan adalah dinasti pertama setelah kaum ‘Ad. Semua bangsa arab Qahthan berasal dari keturunan dinasti ini. Diceritakan, dinasti ini berasal dari nama seseorang keturunan Nabi Nuh AS yang bernama lengkap Qahthan bin 'Abir bin Syalekh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh AS. Salah satu anak keturunannya berjuluk Hadhramaut (kematian telah datang, red) karena setiap hadir perang, dari pihak musuh pasti banyak korban berjatuhan.

Menurut Imam al-Haddad, Hadhramaut adalah asal nama daerah di Mahra seperti Dei’ut dan Seihut. Selain nama itu, Hadhramaut dikenal dengan nama Abdal.

Selain Hadhramaut, masih banyak keturunan Qahthan, diantaranya Ya'rib bin Qahthan. Saudara tua Hadhramaut ini dikenal sebagai raja agung penguasa negeri Saba (Ma'rib sekarang). Dia melantik saudaranya, Hadhramaut, sebagai penguasa negeri antara Yaman dengan Oman yang kemudian dinamai dengan namanya.

Kekuasaan Dinasti Qahthan terus berlanjut di Hadhramaut hingga berabad-abad, sejak lebih dari 1000 tahun SM. Menurut sebagian ahli sejarah, kekuasaan mereka 18 abad SM sedangkan kaum ‘Ad 22 abad SM. Menurut versi Yunani, 20 lebih kerajaan dikuasai keturunan Qahthan. Diantaranya adalah kerajaan Hadhramaut, al-Ma'in dan al-Saba.

Ketiga kerajaan ini dikuasai keturunan Qahthan sampai masa Dinasti Himyar. Karena itu, dalam silsilah raja Hadhramaut, ada yang bernama Ma'in, dan di kerajaan Saba' ada yang bernama Hadhramaut. Begitu juga dengan dinasti Himyar. Ini berarti, dulu Hadhramaut terkadang independen, terkadang di bawah otoritas Saba', sesuai dengan kondisi politik saat itu. Namun yang pasti, penguasa semua negeri itu adalah keturunan Qahthan. Otoritas terakhir adalah dinasti Kindah, sampai kemudian datang ajaran Islam.

3. Dinasti Ma'in (1500 – 850 tahun SM)

Pada mulanya, Yaman terbagi menjadi beberapa negeri, termasuk di dalamnya Hadhramaut. Semua wilayah itu memiliki raja sendiri sampai kemudian terjadi perang antara mereka. Perang itu untuk memenuhi ambisi menguasai seluruh wilayah dan menjadikannya satu negeri besar dengan penguasa tunggal.

Negeri besar pertama di Yaman adalah negeri Ma'in yang terkenal dengan perdagangannya. Negeri yang saat ini masuk dalam wilayah Provinsi Jauf ini berdiri sekitar 15 abad SM. Kekuasaannya meluas hingga ke luar Yaman, termasuk Hijaz (Saudi Arabia) dan sekitarnya.

4. Dinasti Saba' (850 – 115 tahun SM)

Dinasti ini terletak di Negeri Saba’ yang beribukota Ma'rib. Pada abad ke-9 SM, Saba’ berhasil mengalahkan dinasti Ma'in. Dinasti ini membangun bendungan Ma'rib yang menjadikan Saba’ sebagi pusat pertanian dan perdagangan kala itu. Dinasti ini bertahan dari tahun 850 hingga 115 SM.

5. Kehidupan Sosial di Masa Dinasti Qahthan

Kondisi sosial di masa Dinasti Qahthan sangat makmur. Hadhramaut saat itu sampai kepada puncak kemajuan di semua bidang, menjadi puncak keramaian, memiliki pasukan yang tangguh dan ekonomi yang maju. Wangi-wangian dan padupa sebagai andalan negara itu. Banyak pedagang yang berdagang ke negeri utara --Suriah dan sekitarnya-- membawa luban (sejenis kemenyan, red) dan wangi-wangian lainnya dari Qahthan. Dari utara, yang saat itu menjadi pusat perdagangan, mereka kembali membawa emas, perak dan makanan.

Hadhramaut sangat strategis, berada di tengah dua jalur menuju utara hingga Bahrain (teluk arab), Shur (Lebanon), jalur ke Arab selatan dekat laut merah dan padang pasir Najd, hingga Makkah. Hadhramaut kala itu disebut sebagai negeri luban.

6. Agama Yang Dianut pada Masa Dinasti Qahthan

Penduduk Hadhramaut kala itu menyembah berhala. Berhala yang paling terkenal adalah Sein yang diletakan di sebuah tempat peribadatan khusus bernama Sein dzu mudzab. Berhala ini sangat istimewa dan dipisahkan dari berhala lain. Disebutkan, mudzab adalah nama kota besar yang telah hancur yang sekarang dikenal dengan kota Khuraibeh Douan (saat ini masuk dalam wilayah Provinsi Hadhramaut).

Konon, ada dua kalimat yang hingga kini masih terucap di kalangan masyarakat Khuraibeh, yaitu “yasin 'alaik” dan “ya haula ya haula.” Sebagian orang mengatakan kedua kalimat itu adalah nama dua berhala pada zaman dulu. Namun sebagian lain membantah pendapat itu dan mengatakan kedua kalimat itu adalah ayat pertama dari surat Yasin dan ucapan La Haula wala Quwwata illa Billah. Kalimat itu biasa diucapkan ketika hujan turun dan mengairi ladang pertanian.

Dari dua pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa pada zaman itu sudah ada manusia yang beriman kepada Sang Pencipta. Diceritakan, negeri Mudzab memiliki pusat kota bernama Maefa'a, ibukota pertama dan kota peradaban yang hingga kini masih ada puing-puingnya, berupa bekas istana, tempat peribadatan, dan lainnya. Sekarang, yang masih nampak jelas adalah tulisan dan lukisan di daerah antara Maefa'a dan 'Izan.

Setelah itu, berdiri kota lain bernama Shabwa. Kota ini lebih besar dibanding kota-kota sebelumnya. Hal itu terbukti dengan peninggalannya yang luar biasa. Hadharim (etnis Hadhramaut) kala itu terkenal berwibawa dan ahli memanah. Satu diantaranya adalah Rasym yang salah satu keturunannya bernama 'Asyira (Syakim).

6. Dinasti Himyar (165 SM hingga 525 M)

Himyar salah satu daerah di negeri Saba’. Sebagian orang malah menyebutnya Saba’, bukan Himyar. Dinasti Himyar berdiri setelah Dinasti Saba’ sekitar 165 SM hingga 525 M. Ibu kotanya Dzafar. Orang-orang Habasyah (Afrika) pernah menyerang dan meruntuhkan Dinasti Himyar. Namun kemudian mereka diusir dan kekuasaan direbut kembali oleh keturunan Himyar. Pahlawan arab yang populer saat itu adalah Saif bin Dzi Yazin al-Himyari yang disokong Persia (Iran dan sekitarnya). Persia menguasai pemerintahan di Yaman, Hadhramaut, Iraq, dan Bahrain sampai era kedatangan Islam.

Raja-raja yang paling terkenal sebagai penguasa Hadhramaut kala itu adalah Syamar Yar'asy (dijuluki dengan nama Raja Saba dan Raja Dzi Raidan), raja Hadhramaut, dan Syarahbil bin Ya'fur bin Abi Karib As'ad yang menguasai Dinasti dzi Raidan, Hadhramaut, dan Yamanat (Yaman). Dialah raja yang membangun bendungan Ma'rib pada pertengahan abad kelima masehi.

7. Perdagangan

Hadharim punya andil besar dalam sejarah perdagangan Arab. Mereka menjalin hubungan dengan Roma, Yunani, Persia, China dan India. Hadhramaut memiliki kota pusat perdagangan dan memiliki pelabuhan penumpang dan barang yang datang dari India dan China. Semua komoditi perdagangan dibongkar muat di pelabuhan itu, kemudian diangkut ke Saba, Syam dan Iraq.

Padupa yang menjadi kekayaan alam produksi Hadhramaut termasuk salah satu yang diperhitungkan dalam perdagangan. Daerah pusat perdangan dan pelabuhan itu bernama al-Is'a (atau Shihr sekarang, 50 km dari Kota Mukalla). Selain itu, ada daerah lain pangkalan pedagang, seperti Shibam dan Syabwa. Ketiga daerah ini mengalami kemajuan pesat di dunia perdagangan yang tidak ada membandinginya kala itu.



sumber dari: hadhramaut.info

I’JAZ AL-QUR`AN






Walaupun aku tidak mahir dalam bidang ‘Ulumul Qur’an, namun kerana ingin menyahut seruan Nabi saw “sampaikan daripadaku walaupun satu ayat”, aku terpanggil untuk sama-sama berkongsi ilmu yang aku perolehi melalui pembacaan. Kali ni aku ingin berkongsi tentang I’jaz al-Qur’an.

I’jaz AI-Quran ada beberapa bahagian. Antara lain ialah: 

i’jaz balaghi, i’jaz mengenai berita gaib, 
i’jaz tasyri’i (per¬undang-undangan) dan i’jaz ‘ilmi, 
i’jaz al-thibbi (perubatan), 
i’jaz al-falaki (astronomi), 
i’jaz al-jughrafi (geografi), 
i’jaz al-thabi’i (fizik), 
i’jaz adadi (jumlah), 
i’’jaz i’lami (informasi), dan i’jaz-i’jaz lainnya.

Kali ni aku ingin berkongsi tentang I’jaz ‘Adadi yakni rahsia Angka-angka dalam Al-Qur’an. Perkataan “sa’ah” disebutkan 24 kali dalam al-Qur’an dan jumlah jam pada sehari semalam pun berjumlah 24 jam. 

Berikut ini adalah ayat-ayat Al¬Quran yang di dalamnya disebutkan perkataan tersebut:
1. Mereka menanyakan kepadamu tentang al-sa’ah (hari Qiamat). Bilakah terjadinya? Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Qiamat) itu adalah pada sisi Rabbmu…” 
(Q.S. Al-A’raf: 187)

2. …. orang-orang yang mengikuti Nabi dalam sa’ah kesulitan. 
(Al-Taubah: 117)

3. Dan (ingatlah) akan sa’ah (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) barang sesaat pun di siang hari …. 
(Yunus: 45)

4. …. Dan sesungguhnya sa’ah (Qiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. 
(Al-Hijr: 85)

5. …. Hendaknya manusia mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahawa kedatangan al-sa’ah (Qiamat) itu tidak ada keraguan padanya… 
(Al-Kahfi:21)

6. …. Sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepada mereka, baik seksa mahupun al-sa’ah (Qiamat). 
(Maryam: 75)

7. Sesungguhnya al-sa’ah (hari Qiamat) itu akan datang, Aku merahsiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri dibalas sesuai dengan yang diusahakannya. 
(Thaha: 15)

8. (Iaitu) orang-orang yang takut terhadap (azab) Rabb mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya; dan mereka takut terhadap tibanya al-sa’ah (hari Qiamat). 
(AI-Anbiya: 49)

9. Dan sesungguhnya al-sa’ah (hari Qiamat) itu pasti akan datang; tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. 
(Al-Mu’minun: 7)

10. Bahkan mereka mendustakan al-sa’ah (hari Qiamat). 
(AI¬Furqan: 11)

11. …. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan al-sa’ah (hari Qiamat). 
(Al-Furqan: 11)

12. Manusia bertanya kepadamu tentang al-sa’ah (hari berbangkit). Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan mengenainya hanyalah milik Allah. ” 
(Al-Ahzab: 23)

13. …. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi al-sa’ah (hari kebangkitan) itu sudah dekat waktunya. 
(Al-Ahzab: 63)

14. Sesungguhnya al-sa’ah (hari Qiamat pasti akan datang) tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. 
(Al-Mu’min: 40)

15. Dan tahukah kamu, boleh jadi al-sa’ah (hari Qiamat) itu dekat. 
(Al-Syura: 17)

16. …. Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang kejadian al-sa’ah (hari Qiamat) itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. 
(Al-Syu’ara: 18)

17. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang al-sa’ah (hari Qiamat). Kerananya janganlah kamu ragu-ragu tentang hari Qiamat, dan ikutlah aku …. 
(Al-Zukhruf: 43)

18. Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan al-sa’ah (hari Qiamat) kepada mereka secara tiba-tiba sedangkan mereka tidak menyadarinya. 
(Al-Dukhan: 32)

19. Dan apabila dikatakan (kepadamu): “Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan al-sa’ah (hari berbangkit) itu tidak ada keraguan padanya…. ” 
(Al-Jasiah: 32)

20. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka, (mereka) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan se-sa’ah pada siang hari. 
(Al-Ahqaf: 35)

21. Dan tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan al-sa’ah (hari Qiamat), (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba. 
(Muhammad: 18)

22. Sesungguhnya al-sa’ah (hari Qiamat) itu hari yang dijanjikan kepada mereka …. 
(Al-Qamar: 46)

23. …. Dan al-sa’ah (hari Qiamat) itu lebih dahsyat dan lebih pahit, 
(Al-Qamar: 46)

24. (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang al-sa’ah (hari berbangkit), kapankah terjadinya. 
(AI-Nazi’at: 42)

Teringat zaman belajar dulu, salah seorang ustazku yang sangat aku kagumi, Tuan Guru Abdul Hamid atau kami panggil dengan panggilan Tok Guru Pak Mid Bukit Besar, Kedah pernah menyebutkan. Katanya lebih kurang begini: “Kita pakai jam, dan jam dalam bahasa Arab disebut Sa’ah. Secara automatik sepatutnya kita sentiasa ingat akan datangnya hari Qiamat. Dengan itu, sedikit sebanyak ia menghalang kita melakukan maksiat kepada Allah.”

AlhamdulilLah, semoga apa yang diajarkan kepada aku menjadi jariahnya yang sentiasa mengalir ke alam barzakh. Al-Fatihah untuk beliau.

WalLah hu a’lam.



sumber dari: laptopusang.wordpress.com